Vote sebelum baca 🌟
Keesokan harinya, Erika bersama tim PKM-nya sibuk membuat proposal di ruang baca. Dibantu oleh Pak Ari.
Mereka membagi bagian proposal yang hendak dibuat dan mulai membuatnya dari jam 10 pagi sampai 6 sore.
Pak Ari memberikan kontribusi besar dalam pembuatan proposal sehingga Erika merasa beruntung mempunyai dosen yang tak lepas tangan begitu saja.
"Terima kasih atas kerja keras Ananda semua. Semoga apa yang kita usahakan hari ini membuahkan hasil memuaskan," ujar Pak Ari mengakhiri kegiatan mereka setelah Erika meng-upload proposal mereka di situs yang telah ditentukan.
Erika baru bisa menghela napas lega setelah semuanya selesai.
Kini, gadis itu sangat kelelahan. Bukan hanya kelelahan membuat proposal tapi juga kelelahan menghadapi tingkah absurd Kelvin.
Pria satu itu selalu saja mencuri-curi kesempatan untuk menempel padanya sehingga Erika selalu was-was lantaran takut ditegur dosen.
"Kita makan malam bareng dulu, sayang." Ajak Kelvin seraya menggandeng tangan Erika.
Gadis cantik itu menggeleng pelan.
"Kenapa nolak terus sih?" Omel Kelvin.
"Karena gue capek lah!" Balas Erika ngegas.
Kelvin menatap Erika datar. "Gue juga capek."
"Nah itu tau. Jadi, cepat lepasin! Gue mau pulang." Ketusnya.
"Gak. Gue gak akan lepasin Lo sebelum makan malam bareng gue."
Kesabaran Erika yang sudah setipis tisu akhirnya lenyap sudah. Berakhir menghempaskan tangan Kelvin dan menunjuk-nunjuk wajah Kelvin geram. "Gue gak mau. Jangan paksa gue terus!!" Teriaknya muak.
Untung saja kampus sudah sepi, jadi mereka tak akan menjadi tontonan orang banyak.
"Sayang..." Tekan Kelvin mengintimidasi. Berusaha membuat Erika kembali takluk padanya.
"Gue capek, Vin! Gue cuma mau tidur sekarang. Please, Ignore Me!" Lirih Erika lelah sembari tertunduk dalam.
Kelelahan membuat emosi Erika mudah meledak. Padahal, biasanya Erika bisa mengontrol emosinya.
Kelvin menghela nafas panjang. Lantas, mengelus puncak kepala Erika. "Oke. Untuk hari ini aja." Putus Kelvin berat hati.
Pria itu melepaskan genggamannya. Lalu, berjalan meninggalkan Erika yang tertegun di tempat.
Entah kenapa, Erika merasa sedikit bersalah karena berteriak kepada Kelvin.
"Huh! Kenapa gue malah mikirin perasaannya sih?" Dumelnya pelan dan melanjutkan perjalannya menuju kos.
****
Perasaan Erika sedikit membaik setelah bangun tidur. Pikirannya kembali jernih.
Erika duduk sembari melihat jam di hp nya. Mulutnya sedikit terbuka melihat jam sudah menunjukkan pukul 22.30 malam. Padahal, dia tidur sekitar jam tujuh.
"Tadi Kelvin nganterin makanan untuk Lo. Katanya, jangan lupa makan biar gak sakit. Makanannya gue simpan di atas rak-rak piring." Celetuk Sky.
"Sok perhatian banget dia." Cibir Erika pelan.
"Lah, kenapa? Dia kan emang perhatian." Balas Sky heran.
Erika memijit keningnya gemas. "Asal Lo tahu, Sky. Dia tuh suka banget maksa-maksa gue. Apapun keinginannya harus dituruti. Apanya yang perhatian coba?"
"Emang dia maksa Lo apa sih?"
"Banyak."
"Contohnya?"
"Ya, gitu deh." Sahut Erika singkat.
"Gak jelas."
"Biarin."
Erika mengambil makanan yang dibelikan Kelvin. Meskipun sedikit takut Kelvin memasukkan sesuatu, dia tetap memakannya karena sudah kelaparan.
"Tahu gak sih?" Celetuk Sky memulai rutinitas malam harinya, yaitu bergosip.
"Gosip apa lagi kali ini?"
"Tadi, pas micro teaching, Tania gak bisa ngajarnya karena terfokus membaca materi di infokus dan gak memberi motivasi di awal. Tapi, anehnya dia malah lulus dengan nilai B. Sedangkan gue, yang memberi motivasi dan gak terfokus ke materi dapat nilai C dan gak lulus. Harusnya nilai dia tuh C juga." Curhat Sky dengan ekspresi jengkel.
Erika menghela nafas kasar. "Sebenarnya nilai mikro kita itu tergantung nilai pengamat dan yang paling utama, kecocokan modul dengan materi yang diajar. Dulu, modul Lo kan gak cocok dengan materi. Makanya, mikro Lo gak lulus." Jelasnya.
"Iya sih. Ini tuh gara-gara Kana. Dia bilang modul gue kayak gitu, padahal yang ditunjukkannya salah. Andaikan aja gue gak dengerin dia, pasti gue ga akan ngulang."
Sky malah menyalahkan Kana hingga membuat Erika berdecak kesal.
Kadang, setelah melakukan kesalahan, seseorang memang selalu mencari kambing hitam supaya perasaannya sedikit membaik. Akan tetapi, Erika tak suka melihat cara Sky.
"Lo nya aja yang gak paham maksud Kana. Trus, Lo sendiri kan yang ngemis ke Kana supaya di bantu dia? Jadi, kenapa malah nyalahin dia? Kenapa gak nyalahin diri Lo sendiri karena gak mau berpikir keras dalam menyelesaikan tugas?"
Kata-kata itu terlontar begitu saja dari mulut Erika tanpa dapat ditahan.
Melihat ekspresi sinis Sky, gadis itu pun menyengir.
"Gue nanya karena gak ngerti, njir!" Umpat Sky kesal.
"Makanya jangan nyalahin Kana. Tapi, salahin aja diri Lo karena gak usaha memahaminya sendiri."
Keduanya memang telah terbiasa berdebat begitu.
Sky yang tukang gosip dipertemukan dengan Erika yang penegak keadilan.
Jadi, begitulah endingnya. Perdebatan.
Bersambung...
22/3/23
Selamat menunaikan puasa besok ya guys🌹
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...