Part 46📍

9.3K 768 12
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Seorang gadis cantik menuruni tangga dengan terburu-buru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang gadis cantik menuruni tangga dengan terburu-buru. Namun, sialnya, ia malah tergelincir dan meluncur bebas di tangga.

Matanya berkaca-kaca seketika akibat rasa sakit tak terkira di bagian kakinya. Ia menunduk, menyembunyikan air matanya supaya tidak dianggap cengeng oleh orang lain. Dia juga berusaha berdiri tapi kakinya tidak bisa diajak kompromi. Kakinya sangat sakit saat dipaksakan berdiri.

Kelvin yang baru saja keluar dari kosnya terkejut melihat Erika terduduk mengenaskan di tanah. Kian terkejut lagi melihat kaki Erika berdarah. Bergegas menghampiri Erika dan memeriksa keadaan gadis itu.

"Kaki gue sakit banget, Vin." Lirih Erika mengadu.

Kelvin meringis pelan melihat Erika menangis. Rupanya gadis itu cengeng juga karena selama ini, Erika yang dia kenal adalah gadis yang keras kepala dan kuat. Lantas, diusapnya air mata Erika dengan lembut.

"Sabar ya, sayang. Ayo kita obatin dulu biar sakitnya hilang," ujarnya seraya menggendong tubuh mungil Erika. Membawa gadis itu ke teras dan mendudukkannya di atas kursi.

"Tunggu bentar. Gue ngambil obatnya dulu di kamar."

Erika mengangguk pelan tanpa menatap Kelvin sebab pandangannya tertuju ke kakinya yang dibanjiri darah.

Gadis itu mengangkat kakinya yang berdarah ke atas kursi, melihat lebih dekat asal lukanya.

Matanya melotot kaget kala melihat luka itu berasal dari kukunya yang patah. Ia meringis ngeri, menahan ngilu.

"Wajar aja rasanya sakit banget." Keluhnya.

"Loh, Ka. Ngapain duduk di teras Kos Kelvin? Katanya mau jajan?" Celetuk Kana heran.

"Gue jatuh, Na. Lihat nih, kuku gue sampai patah dan berdarah." Adunya.

Kana tertawa resah. Baru berpisah sebentar, tapi sahabatnya itu sudah terluka. "Kok bisa terluka gitu?"

"Gue jatuh dari tangga."

"Makanya, gak usah pakai high heels. Udah gue bilangin tangganya sedang licin karena hujan, tetap aja Lo nekat memakainya." Omel Kana.

Erika mengerucutkan bibir kesal. "Ya, kan gue gak punya kaus kaki."

"Hadeh." Kana menghampiri Erika. Lalu, memberikan kunci kos. "Lo di sini aja ya. Gak usah kerja."

"Gak. Gue mau kerja."

"Emangnya Lo sanggup naik turun nganterin koran?"

Erika tertekuk lesu. "Ya udah deh. Gue gak pergi dulu. Tapi, izinin gue ya."

"Oke."

Kelvin kembali bersama kotak obatnya setelah Kana pergi.

Pria itu mengobati luka Erika dengan telaten. Begitu pelan dan hati-hati, tapi Erika tetap mendesis kesakitan saat diobati.

"Kok bisa jatuh dari tangga?" Gumam Kelvin.

"Gue tergelincir karena tangganya licin."

"Ohh gitu. Lain kali jangan pakai heels lagi ya, sayang. Gue gak mau Lo terluka lagi."

"Gak bisa! Gue suka pakai heels."

Penolakan tegas Erika membuat Kelvin mendelik. "Lo mau jatuh dan terluka lagi?"

"Gak akan jatuh lagi kok. Tadi itu nasib sial."

"Batu banget sih dibilangin."

Kelvin berdehem pelan kala melihat tatapan jengkel gadis pujaannya. "Oh iya, gue ke perusahaan dulu. Lo istirahat aja di kamar." Mengalihkan pembicaraan.

"Ya." Erika berdiri. Hendak kembali ke kos nya tapi Kelvin menahan tangannya.

"Maaf. Gue ngomel gini karena gue sayang sama Lo. Gue gak mau Lo terluka lagi walaupun cuma luka kecil."

Erika sedikit tersentuh mendengar ucapan pria tersebut. Kemudian, diusapnya puncak kepala Kelvin gemas. "Iya, gapapa kok. Gue ngerti."

Kelvin mengerjap kaget mendapatkan reaksi Erika. Sebelum akhirnya tersenyum lebar.

Hatinya berbunga-bunga melihat Erika sudah menerimanya.

Selama ini, gadis itu selalu marah-marah tanpa mempedulikan alasannya.

"Boleh gue tanya sesuatu?" Tukasnya, berusaha mengontrol perasaannya.

"Tanya apa?"

Kelvin menempelkan punggung tangan Erika ke pipinya sedangkan matanya menatap intens mata Erika. "Janji mau jawab jujur?" Tuntutnya.

"Iya, janji." Kekeh Erika.

"Kalau gitu, gimana perasaan Lo ke gue?"

Erika tersentak kaget mendapati pertanyaan itu. Terlihat sangat salah tingkah saat ditanyai, terbukti dari berusaha mengalihkan pandangannya ke arah lain dengan wajah bersemu merah.

"Jujur aja, sayang. Gue gak akan marah kok karena kalau Lo masih belum punya perasaan apa-apa ke gue, berarti usaha gue masih kurang dan gue akan berusaha lebih keras lagi untuk ke depannya." Pancing Kelvin meski sudah mendapatkan jawaban sendiri atas pertanyaannya.

"Erika ... Jawab, Ka." Pintanya pelan. Diam-diam menikmati tingkah menggemaskan gadisnya.

Sementara itu, Erika tertunduk tanpa berani menatap mata Kelvin. "Gue yakin Lo pasti tahu gimana perasaan gue." Cicitnya.

Kelvin menarik Erika lembut ke atas pangkuannya. "Gue mau dengar langsung dari Lo, sayang." Bisiknya seraya menangkup wajah Erika. Membuat jantung Erika berdebar kencang.

"Gak tau ah! Gue kesal sama Lo!" Jerit Erika frustasi karena tingkah Kelvin membuatnya malu bukan main. Ia berusaha turun dari atas pangkuan Kelvin tapi pria itu tak membiarkannya.

Kelvin mengurung tubuh mungil Erika dalam pelukannya. "Jadi, mulai hari ini kita balikan ya! Kita pacaran lagi!" Claimnya sesuka hati.

Bersambung...

20/5/23

Akhirnya setelah sekian abad, Erika pun luluh🤡💃

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang