Part 22📍

13.4K 958 12
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Ketika semua barang bawaan sudah selesai dibereskan, Erika dan Kana pun tepar di ruang tamu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ketika semua barang bawaan sudah selesai dibereskan, Erika dan Kana pun tepar di ruang tamu.

Sekujur tubuh mereka terasa sangat lelah. Terutama Erika.

"Besok gue mau pulang bentar, Ka. Gapapa 'kan gue tinggal bentar sendirian di sini?" Celetuk Kana bak orangtua yang takut meninggalkan anaknya sendirian di rumah.

"Ngapain pulang?"

"Ngambil kokarde, surat pengantar magang, dan buku magang kita. Paketnya baru sampai pas gue udah di sini."

"Oh, gitu. Gapapa lah. Asal perginya jangan malam."

"Gak kok. Gue pulangnya sore. Bareng pacar gue."

"Bagus deh kalau sama ayang. Ambilin baju putih sama baju tidur gue sekalian ya."

"Oke."

Obrolan mereka terhenti begitu saja kala melihat orang yang sangat mereka kenali turun dari ojek.

"Para ibu-ibu udah balik shopping tuh." Cetus Kana sembari menunjuk ibunya dan ibu Erika.

Erika tertawa geli. "Bisa-bisanya ya mereka pergi shopping bareng. Padahal baru kenal. Udah akrab aja sampai gandeng tangan segala."

"Biasalah emak-emak." Kikik Kana.

Erika dan Kana keluar dari ruang tamu. Menuruni tangga dan berjalan menghampiri ibu mereka
masing-masing.

Kana mengambil alih bawaan ibunya dan menaiki anak tangga bersama sang ibu sedangkan Erika mengintip kantong belanjaan ibunya.

"Beli apa, Bu?" Tanya Erika penasaran.

"Beli baju. Bajunya bagus-bagus loh, murah banget lagi. Tadi ibu beli beberapa untuk ayah dan kedua adikmu."

Erika menganga kaget. "Untuk aku gak ada, Bu?" Tanyanya memastikan.

"Gak ada."

Erika mengerucutkan bibirnya kesal. "Masa aku gak dibeliin? Ibu pilih kasih deh."

Ibu Erika menggelengkan kepala gemas melihat tingkah anak sulungnya. "Kamu kan tinggal di sini. Uang juga ibu kasih. Jadi, kamu bisa beli kapan pun kamu mau. Lagian tempatnya lumayan dekat kok dari sini." Cerocosnya. "Tapi jangan sampai kalap beli baju loh. Baju kamu kan udah banyak banget." Nasihatnya lagi.

"Banyak apanya, Bu? Bajuku cuma beberapa. Dapat dihitung dengan jari." Bantah Erika.

"Dapat dihitung dengan jari apanya? Bajumu udah selemari penuh di rumah." Omel ibu Erika geram sehingga membuat Erika menyengir.

"Udah ah, ibu mau masuk dulu. Capek berdiri terus." Ibu Erika menenteng belanjaannya, menaiki tangga, dan melenggang masuk ke dalam kos. Meninggalkan Erika yang berdecak pelan.

"Gimana gak capek coba? Perjalanan ke sini aja butuh waktu berjam-jam. Malah ditambah jalan-jalan pas udah sampai." Gumamnya seraya berjalan menaiki tangga.

"Sayang, nanti kita jalan-jalan bareng juga yuk." Ajak Kelvin yang duduk manis di sebrang kos Erika. Pria itu sudah duduk di sana dari tadi dan memperhatikan setiap gerak gerik Erika.

Gadis cantik itu sedikit terkejut melihat keberadaan Kelvin tapi ia cepat-cepat menetralkan ekspresi kagetnya. "Gak ah. Gue masih pusing dan mual." Tolaknya halus karena sekarang, Kelvin adalah targetnya.

Target yang hendak ditaklukkan, dibuat jatuh cinta sedalam-dalamnya, dan dihempaskan begitu saja setelah tujuan tercapai.

"Mau gue beliin obat?"

"Gak usah. Palingan nanti juga sembuh sendiri."

"Ohh, oke deh. Lo udah makan?"

"Belum."

"Makan di situ yuk." Ajak Kelvin sembari menunjuk rumah makan di samping kos Erika.

"Duh, sayang banget gue gak bisa makan bareng Lo. Ada ibu gue, Kana, dan ibu Kana di atas. Gak enak gue ninggalin mereka dan makan sendirian."

"Ya udah. Ajak aja mereka makan bareng kita." Putus Kelvin.

'Enteng banget mulutnya ngomong gitu.' komentar Erika dalam hati.

"Ayo ajak mereka juga, sayang. Nanti gue yang traktir." Bujuk Kelvin. Tak ingin melewatkan kesempatan berkenalan dengan ibu Erika dan menjerat hati calon ibu mertuanya.

"Ka, ke sini Ka. Kita makan bareng dulu. Tadi ibu udah beliin ayam bumbu kesukaan kamu." Ajak Ibu Erika dari dalam kos sedikit berteriak hingga dapat didengar oleh Erika dan Kelvin.

Erika berpura-pura merasa bersalah ke Kelvin. Gadis itu tersenyum sungkan. "Maaf ya, Vin. Kita gak bisa makan bareng. Ibu dan yang lainnya udah nungguin gue di dalam."

Kelvin mendesah kecewa. "Ya udah deh. Kalau udah selesai makan, ke sini lagi ya. Gue masih kangen sama Lo."

"Gak bisa, Vin. Gue mau menghabiskan waktu sama ibu sebelum ibu pulang." Alasannya.

"Emang ibu Lo kapan pulang?"

"Besok."

"Oke. Kalau gitu, sampai ketemu besok. Jangan menghindar lagi." Sindir Kelvin.

"Lah? Kapan gue menghindar?" Elak Erika. "Ada-ada aja lo sampai bilang gue menghindar segala. Gak lihat di dalam ada ibu gue, teman gue, dan ibu teman gue?" Kekehnya memojokkan Kelvin.

Pria tampan itu tersenyum penuh arti. "Lo pikir, gue gak tahu sifat Lo, sayang?"

Bersambung...

13/4/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang