Vote Sebelum baca 🌟
Tubuh Erika terasa semakin lelah setelah berkumpul dengan teman-teman Kelvin.
Ingin segera kembali ke kosnya tapi pengumuman di grup angkatan membuat keinginan Erika pupus seketika.
Erika tertunduk lesu seraya menghela nafas kecewa.
Kelvin yang berada di sampingnya mengerutkan kening heran melihat tingkah gadis itu.
Kelvin merangkul bahu Erika. "Kenapa, sayang?" Tanyanya perhatian.
"Gapapa." Jawabnya sambil menyingkirkan tangan Kelvin dari bahunya lantaran risih diperlakukan demikian.
Kelvin memutar bola mata malas. "Jawaban klasik perempuan." Komentarnya namun Erika mengabaikannya.
Pria itu tiba-tiba merebut ponsel di tangan Erika. "Oh, ternyata karena ini." Cetusnya mengerti setelah membaca pesan dalam grup sedangkan Erika berdecak kesal karena ponselnya diambil begitu saja.
"Jangan khawatir, sayang. Gue bakal nemenin Lo menghadiri kuliah umum ini biar gak kesepian di sana." Kekeh Kelvin. Menghadirkan decakan kesal Erika.
"Lebih baik Lo gak usah ikut karena kita beda fakultas." Tandas Erika langsung.
Kuliah umum dikhususkan untuk Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora saja. Jadi, dia menjadikan alasan tersebut supaya Kelvin jauh-jauh darinya.
Erika muak melihat wajah dan tingkah nyeleneh Kelvin.
"Kalau gue gak mau?"
Erika memijit pangkal hidungnya mendengar jawaban menyebalkan Kelvin. "Terserah Lo aja deh."
"Berhubung masih ada waktu satu jam lagi sebelum perkuliahan dimulai, gimana kalau kita nyari kelas?"
"Ngapain?" Tanya Erika.
"Ngerjain tugas Lo, sayang. Biar Lo gak punya alasan lagi buat nolak VC ataupun cuekin chat gue." Sindir Kelvin.
Erika terdiam sejenak. "Gimana kalau kita ngerjainnya di perpus?" Usulnya.
Lumayan lah punya babu gratis untuk menyelesaikan tugasnya.
"Gak mau. Gue maunya berduaan sama Lo aja."
Penolakan Kelvin membuat Erika mengendikkan bahu cuek. "Kalau gitu, gak jadi. Gue mau pulang ke kos aja."
Erika ogah berduaan dengan Kelvin di dalam kelas kosong. Bisa-bisa nanti Kelvin melakukan hal buruk padanya. Lebih baik ia menghindar daripada terjadi hal-hal yang tak diinginkan.
Masa depannya masih panjang dan dia tak akan membiarkan Kelvin menghambat masa depan cerahnya.
"Oke. Kita ngerjainnya di perpus aja." Putus Kelvin menyerah. Yang terpenting, ia bisa berduaan dengan Erika.
****
Berkat Kelvin, semua tugas Erika selesai dengan cepat.
Erika sangat berterima kasih atas hal tersebut, tapi bukan berarti Erika senang ditempeli Kelvin terus-terusan.
Erika sungguh muak. Ingin menendang Kelvin jauh-jauh darinya.
Namun, hal tersebut terlalu mustahil untuk terjadi.
Sikap keras kepala dan egois Kelvin tak bisa dilawan.
Kelvin tetap teguh pada pendiriannya meskipun Erika sudah mengusirnya dengan berbagai macam alasan.
Lihatlah sekarang, Kelvin tetap mengekori Erika masuk ke dalam gedung B. Tempat kuliah umum akan diadakan.
Erika sengaja mengambil tempat duduk paling depan supaya Kelvin tidak bisa melakukan hal aneh padanya.
Akan tetapi, pemikiran Erika salah.
Kelvin tetap berani melakukan sesuatu padanya.
Kelvin berani menggenggam tangannya di dekat semua orang.
"Lepasin tangan gue." Bisik Erika seraya terus berusaha menarik tangannya. Namun, apalah daya. Tenaga Kelvin lebih kuat darinya.
Kelvin tidak membiarkan tangannya lepas sedikit pun.
"Vin. Lepasin." Tegas Erika sambil melotot.
Bukannya menuruti perkataan Erika, Kelvin malah tersenyum miring. "Gak mau, sayang."
"Kelvin. Lepas!" Decak Erika gusar. Takut ketahuan oleh orang lain sedangkan Kelvin malah senang melihat wajah kalut Erika.
"Gak mau." Kelvin mengalihkan pandangan ke arah lain dengan cueknya. Membiarkan kekasihnya semakin kalut.
Jantung Erika kian berdebar kencang kala perkuliahan dimulai. Matanya melirik tangan mereka gusar. Ia semakin takut ketahuan oleh dosen.
Mereka memang hanya berpegangan tangan saja, tapi Erika merasa tidak etis berpegangan tangan saat perkuliahan berlangsung. Ia merasa berpegangan tangan saat dosen menerangkan materi bukanlah tindakan terpuji dari seorang mahasiswa.
"Lepasin, Vin." Rengek Erika tak tahan lagi.
Kelvin menoleh ke arah Erika. Lalu, tersenyum manis. "Gitu dong. Kalau berbicara sama gue itu harus manis." Pria itu mencubit hidung Erika gemas.
Tindakannya membuat Erika menegang kaku.
"Perempuan dan laki-laki di depan saya, tolong perhatikan materi yang saya sampaikan."
Erika semakin menegang kaku ketika menyadari tatapan dosen tertuju ke arah mereka berdua.
Rasanya, Erika ingin menghilang saat itu juga karena terlampau malu ditegur dosen dan menjadi pusat perhatian.
Siapapun, tolong bawa Erika dari sana sekarang juga!
Bersambung.
12/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...