Vote sebelum baca 🌟
Baru hari kedua magang, Erika sudah merasa sangat lelah karena waktu terasa berlalu begitu lama.
Erika merasa kuliah lebih menyenangkan dibandingkan magang. Ia juga merasa mengikuti program kampus mengajar lebih menyenangkan dibandingkan magang.
Entah karena tak punya kenalan akrab atau apa. Erika benar-benar kelelahan saat magang.
Pekerjaannya pun cukup membosankan, yaitu menyusun koran dan membuat kliping. Seperti halnya yang dilakukan Erika saat ini.
Erika menyusun koran yang jumlahnya tidak sedikit. Lama-lama Erika berasa jadi penjual koran daripada magang jurusan jurnalistik. Mulai berpikir apakah dia salah memilih tempat magang.
Apakah seharusnya ia memilih tempat magang di percetakan online saja?
Namun, Erika lelah membuat berita terus menerus. Erika tak sanggup membayangkannya.
Bukan masalah membuat berita, tapi masalah mencari bahan berita karena berita yang dibuat dan di posting itu harus berita terkini, faktual, dan jelas.
"Hah!" Erika mendesah pelan. Mengeluh tanpa suara.
Gadis cantik itu terkesiap kala Pak Bima berdiri di depannya.
Ia deg-degan. Takut melakukan kesalahan tanpa disadarinya.
"Siapa namamu, nak?"
"Erika, pak." Jawab Erika seraya tersenyum ramah.
Yah, begitulah kebiasaan Erika selama berada di tempat magang. Selalu tersenyum, tersenyum, dan tersenyum. Bibirnya bahkan sampai kaku akibat tersenyum terus ke para pegawai.
"Oh, Erika ya. Coba lihat ke belakang kamu, Ka." Cetus Pak Bima.
Erika mengernyit heran, tapi tetap menoleh ke belakang. "Ada apa ya, pak?" Tanyanya tak mengerti ketika tidak menemukan apapun di belakangnya.
"Ada sayap di punggung kamu, Ka. Pasti kamu bidadari yang turun dari khayangan 'kan?" Tanya Pak Bima dengan ekspresi serius.
Erika tertawa geli. Begitu pun dengan para pegawai di dalam ruangan Erika yang dapat mendengar ucapan sok serius Pak Bima.
"Bapak bisa aja." Cengir Erika.
"Iya, 'kan? Apa mungkin kamu lupa cara pulang ke khayangan?"
Erika semakin tertawa mendengar perkataan Pak Bima. Menggelikan tapi menghibur kebosanan yang sempat dirasakannya akibat menyusun koran terus.
"Perlu bapak bantu pulang gak? Kasihan bapak melihat bidadari nyasar di muka bumi ini."
Bapak-bapak di bagian Erika memang friendly. Sering mengajak Erika dan Kana mengobrol dibandingkan para pegawai perempuan.
"Udah, Pak Bim. Lanjut karoke aja daripada menganggu Erika." Tawa Bu Lisa.
Pak Bima tertawa kencang. "Bu Lisa kangen mendengar suara bapak ya?" Godanya.
"Iyain aja deh, pak."
"Ya udah. Semangat kerjanya, Erika dan Kana. Untuk sekarang belum ada jadwal mencari berita di luar. Nanti kalau udah ada, Pak Seto yang akan mengajak kalian pergi."
"Oke, pak." Sahut Erika dan Kana kompak.
Seperginya Pak Bima, Erika berbisik lirih ke Kana. "Gue males banget deh nyusun koran terus."
Kana melotot kaget. "Sttt. Nanti ada yang dengar."
Erika menyengir melihat tatapan penuh peringatan sahabatnya.
"Eh, ada Anand. Tumben datang ke sini?" Tanya Bu Lisa melihat pegawai bagian lain datang ke bagian IKP.
Pria berambut ikal itu celingak celinguk, mengamati seisi ruangan. "Mau lihat anak magang, kak."
Erika dan Kana saling bertatapan. Lalu, sok sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Biasalah, pencitraan!
"Kirain kenapa. Rupanya mau lihat anak magang." Decak Bu Lisa.
Erika melirik sekilas pria yang bernama Anand itu.
Melihat pria itu tersenyum padanya, Erika pun membalas senyuman pria tersebut.
"Halo! Namamu siapa, dek?" Tanya Anand ramah.
"Erika, bang."
"Kalau nama adek siapa?" Kali ini, Anand bertanya ke Kana.
"Kana, bang."
"Dari universitas mana?"
"Universitas xx, bang." Sahut Kana.
"Jurusan?"
"Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, bang."
"Loh, kok nyasar ke sini?"
"Karena di jurusan kami ada mata kuliah pilihan, bang. Mata kuliah pilihan kami Jurnalistik Media Cetak. Makanya kami magang di sini, bang."
"Gitu rupanya."
Kana dan Anand pun asik mengobrol berdua sedangkan Erika menjadi nyamuk di tengah-tengah mereka.
Erika hanya bisa tersenyum pasrah sembari melanjutkan pekerjaannya.
'pengen ngilang aja rasanya dari sini.' keluh Erika dalam hati.
Erika semakin ingin menghilang ketika melihat sosok yang sangat ingin dihindarinya. Sosok yang membuat moodnya turun drastis.
Bersambung...
17/4/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...