Part 13📍

17.7K 1.1K 17
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Di kantin, Erika dan Kelvin duduk berhadapan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di kantin, Erika dan Kelvin duduk berhadapan. Erika terlihat sibuk dengan bakso kesukaannya sedangkan Kelvin sibuk menatap Erika sambil senyum-senyum sendiri.

"Lucu."

Gumaman Kelvin membuat Erika mendongak. Gadis itu sedikit salah tingkah akibat tatapan intens Kelvin. Namun, ia berusaha menyembunyikannya. "Lo gak makan? Nanti mie ayamnya dingin loh." Komentarnya.

"Wajah Lo terlalu sayang untuk diabaikan, sayang. Mie ayamnya bisa gue pesan lagi nanti tapi Lo gak. Kenapa gak dari dulu aja sih kita bertemu? Lo kemana aja? Kok gak pernah kelihatan di kampus?" Cerocos Kelvin panjang lebar.

"Emang wajah gue gimana?" Tandas Erika seraya memegang pipinya sendiri.

"Cantik dan menggemaskan." Sahut Kelvin terus terang. Menghadirkan tatapan datar dari Erika.

"Berarti kalau gue jelek, Lo gak akan natap apalagi deketin gue? Emang ya. Semua cowok itu mandang fisik." Decak Erika sembari melanjutkan makannya.

"Jangan menutup mata akan fakta, sayang. Di dunia ini, bukan cowok saja yang mandang fisik tapi juga cewek. Gue juga yakin Lo pun mandang cowok dari fisiknya." Balas Kelvin santai.

"Iya sih. Saking mandang fisiknya, cowok di dunia nyata tampak jelek semua di mata gue." Kekeh Erika.

Kelvin mengerjap heran. "Maksudnya?"

"Maksud gue, cuma cowok fiksi yang menurut gue tampan. Beuhh, apalagi cowok di komik-komik. Tampan banget mereka. Gak ada tandingannya dengan cowok di dunia nyata."

Kelvin menggelengkan kepala heran mendengar selera Erika. "Apa gunanya tampan tapi gak nyata?" Cemoohnya.

"Gunanya? Untuk mencuci mata dong." Balas Erika songong.

"Bukannya sekarang lo udah punya gue?" Kelvin menaik-turunkan alisnya menggoda. "Gue yakin, gue gak kalah tampan dari cowok dalam komik bacaan Lo." Imbuhnya percaya diri hingga membuat Erika meringis.

"Lo emang tampan tapi sorry, Lo gak setampan dan semenarik cowok fiksi. Lo tuh jauh berbeda dari cowok-cowok fiksi gue." Ketus Erika.

"Emang cowok fiksi Lo kayak gimana sih?" Sahut Kelvin kesal sendiri akibat dibanding-bandingkan.

Erika menatap Kelvin seraya menghela nafas panjang. "Intinya mereka itu Perfect dari segala aspek!"

Kelvin mendecih pelan. "Tapi, meskipun mereka Perfect. Mereka gak akan pernah bisa Lo milikin. Daripada menyukai mereka yang gak nyata, lebih baik menyukai gue yang udah jelas nyata."

Erika menatap Kelvin malas. Enggan menyahut ucapan absurd pria itu. Lebih memilih menyantap baksonya daripada meladeni Kelvin.

"Oh iya, sayang. Lo pernah pacaran sebelumnya?" Pria itu mendadak kepo dengan masa lalu Erika.

"Gak pernah." Jawabnya berbohong lantaran malas menceritakan masa lalunya ke Kelvin. Ia tak ingin berdebat lagi akibat masalah sepele.

"Masa? Gak percaya gue kalau gadis cantik dan menggemaskan kayak lo gak punya mantan pacar." Sahut Kelvin curiga.

Erika mengendikkan bahu cuek. "Kan udah gue bilang selera gue tuh cowok fiksi, bukan cowok nyata."

Pria itu menggelengkan kepala tak habis pikir. "Mulai sekarang, Lo harus ngubah selera Lo, sayang."

"Males."

Kelvin mencubit gemas pipi Erika. "Nyebelin banget Lo, sayang."

Erika langsung menepis tangan Kelvin dari pipinya. Cubitan Kelvin membuat pipinya nyut-nyutan.

"Lo gimana? Pernah pacaran sebelumnya?" Tanya Erika penasaran.

"Gak pernah."

Erika mendelik sinis. "Gak percaya gue. Cowok sksd dan pemaksa kayak Lo gak mungkin gak pernah pacaran."

Kelvin tertawa geli mendengar penilaian Erika untuknya. "Yah, gue gak pernah pacaran karena gak ada perempuan yang menarik perhatian gue. Fyi, Lo perempuan pertama yang menarik perhatian gue, sayang."

Gadis cantik itu memutar bola mata malas mendengar ucapan pria di hadapannya. "Mustahil."

"Beneran deh. Tanya aja ke teman-teman gue kalau gak percaya."

"Mana mungkin mereka menjawab jujur." Sarkasnya.

"Duh, gak percayaan banget sih sayangnya gue. Emang belum pernah gue pacaran sebelum sama Lo, sayang. Lo pacar pertama gue sekaligus perempuan pertama yang menarik perhatian gue." Jelas Kelvin sedikit kesal akibat diragukan terus menerus.

"Oke. Anggap aja gitu."

Kelvin kian menggeram kesal tapi dia tak bisa berbuat apapun.

Bersambung...

21/3/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang