Vote sebelum baca 🌟
Perasaan lega bercampur senang membanjiri Erika kala praktek mikronya selesai. Nilai yang didapatkannya pun sangat memuaskan meski sempat terkendala di infokus.
Infokus rusak total sehingga PPT dan video pembelajaran Erika tidak bisa ditampilkan. Jadi, Erika terpaksa mengajar menggunakan papan tulis dan spidol.
Untung saja Erika menguasai materi, kalau tidak, sudah pasti ia kebingungan di depan kelas atau fokus membacakan materi di buku.
Erika cukup bangga dengan nilai A yang susah payah didapatkannya.
"Ka. Sorry ya. Gak bisa temenin Lo ke perpus. Ibu gue datang jenguk gue." Ringis Shila merasa bersalah.
"Gapapa kok. Cepat pulang gih. Jangan biarin ibu Lo nunggu terlalu lama."
"Beneran gapapa 'kan? Gue pulang duluan nih."
"Iya ih. Pulang aja. Gue bisa sendiri kok." Kekeh Erika gemas.
Kedua orang itu berpisah. Satu berjalan meninggalkan gedung dan satunya lagi berjalan menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku-buku pinjaman.
Baru saja menginjak lantai dua, Erika mendengar suara teman-teman Kelvin hingga ia refleks berlari turun dan bersembunyi di bawah tangga lantaran malas bertemu mereka. Apalagi kalau ada Kelvin. Sungguh menguji emosi.
"Hebat juga ya si Kelvin bisa mempertahankan hubungan tanpa rasa cinta selama dua bulan ini. Kalian sendiri kan tahu kalau si Kelvin ini selalu cuek dan dingin ke perempuan."
Perkataan Shion mampu membuat jantung Erika berdetak kencang. Gadis itu memasang telinganya baik-baik, tidak ingin ketinggalan satu patah kata pun.
"Lagian ide siapa sih yang memberikan dare pacaran selama satu semester? Masih untung Kelvin mau nerima dare kita dan gak ngamuk ke kita." Decak Shion.
Erika mengepalkan tangan kesal mendengar dirinya menjadi bahan taruhan. Ia memang sudah menduga Kelvin mendekatinya karena dare, tapi saat mendengar faktanya langsung ... Terasa sangat menyebalkan.
"Kayaknya si Kelvin berhasil melakukan dare kita deh. Jadi, kita harus segera siapin hadiahnya dari sekarang. Kalian gak lupa kan hadiah dari kita itu laptop keluaran terbaru?"
Semua teman Kelvin mendesah lesu. "Mampus. Kayaknya gue gak bisa jajan sepuasnya selama magang."
Perasaan Erika berkecamuk memikirkan semua obrolan mereka. Antara ingin marah dan memaki-maki Kelvin karena pria itu sudah menguji kesabarannya selama ini, tapi rupanya pria itu sedang melakukan taruhan.
Semua kata cinta dan sayang yang Kelvin ucapan hanyalah omong kosong belaka. Sangat-sangat memuakkan.
Saking muaknya, Erika ingin melabrak Kelvin sekarang juga.
Akan tetapi, gadis itu berusaha berpikir rasional. Tak ingin dikuasai oleh emosi dan berakhir mempermalukan dirinya sendiri.
Dan ... Setelah dipikir-pikir lagi, Erika juga pernah melakukan dare semacam itu. Mendekati seseorang, baperin, lalu tinggalin.
Erika tertawa kecil. Lebih tepatnya menertawakan diri sendiri. "Oke. Anggap aja ini karma." Sugestinya pada diri sendiri.
Erika bukannya merasa sedih mendengar alasan Kelvin mendekatinya, tapi kesal akibat dipermainkan laki-laki. Terutama oleh laki-laki yang selalu menguji kesabarannya dan membuatnya ketakutan.
Erika tidak terima kesabarannya selama ini tak ada artinya. Kesabarannya hanya alat bagi Kelvin untuk membuat dare berhasil.
"Emang sialan tuh anak." Decak Erika sembari keluar dari tempat persembunyiannya kala teman-teman Kelvin sudah pergi jauh.
Gadis itu kembali melanjutkan perjalanannya ke lantai dua sembari memikirkan balasan apa yang harus diberikannya untuk Kelvin.
Memutuskan Kelvin dan marah-marah karena dijadikan bahan taruhan? Ah, tidak! Itu sudah biasa sekaligus tidak menyakitkan bagi Kelvin. Pria itu pasti malah merasa bangga sudah membuatnya marah-marah.
'Oke. Kayaknya seru deh kalau gue buat dia jatuh cinta beneran. Setelah itu, gue tinggalin deh. Meskipun dia memohon-mohon, gue gak akan pernah balikan sama dia.' bisik batinnya seraya menyeringai senang.
Harga diri setinggi langit Erika terasa tercoreng akibat menjadi target taruhan orang lain. Makanya ia memutuskan untuk balas dendam.
Erika berdehem pelan melihat kemunculan Kelvin.
"Sayang, Lo lihat teman-teman gue gak?"
"Gak lihat."
"Duh. Kemana sih mereka. Udah gue suruh tungguin di sini, malah ninggalin gitu aja." Dumelnya.
"Memang mau ngapain? Ngerjain tugas kelompok ya?" Tanya Erika sok perhatian.
"Gak sih."
"Kalau gak ngerjain tugas, gimana kalau Lo nemenin gue aja? Gue mau makan di kantin tapi gak ada teman."
Kelvin mengerjap kaget mendengar tawaran Erika untuk pertama kalinya. Biasanya, Erika selalu menolak ajakannya dengan berbagai alasan.
"Kenapa? Gak mau ya?"
Kelvin seketika gelagapan melihat ekspresi sedih Erika. "Gak. Gue mau kok." Jelasnya cepat. Mendapatkan balasan senyuman manis dari Erika.
"Kalau gitu, gue ngumpulin buku dulu. Tunggu bentar ya."
Kelvin menatap kepergian Erika dengan tatapan heran. Namun, di lain sisi ia merasa bahagia karena Erika tidak lagi menghindarinya.
Erika bahkan berinisiatif mengajaknya lebih dulu. Suatu kemajuan yang sangat pesat.
Oh astaga! Betapa bahagianya hati Kelvin setelah melihat perubahan Erika. Kelvin menjadi tidak rela harus berpisah dari Erika.
Bersambung...
26/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...