Vote sebelum baca 🌟
"Hari ini kita UTS ya, Ananda. Silahkan siapkan kertas dan penanya. Semua tas dan hp diletakkan di belakang."
Erika dan seisi kelas melongo kaget mendengar ucapan dosen Metosa mereka.
"Pak, kok tiba-tiba UTS? Bukannya kemarin kata bapak kami cuma mempresentasikan hasil review jurnal?" Tanya ketua kelas memberanikan diri.
"Kemarin kan sudah bapak bilang kalau kita UTS hari ini. Gimana sih kalian ini?" Decak Pak Lio.
"Gak ada bapak bilang ke kami." Sahut Erika dan seisi kelas.
"Mungkin bapak bilang gitu di kelas lain." Imbuh Farel.
Pak Lio terdiam sejenak. "Mungkin memang bapak lupa mengatakannya ke kalian, tapi harusnya kalian tahu kalau pertemuan Minggu sekarang sudah UTS. Jadi, silahkan keluarkan kertas selembarnya. Jawab saja apa yang ada di dalam otak kalian karena kita juga gak punya waktu untuk mengundurnya. Semua materi harus selesai sebelum kalian magang." Jelasnya panjang lebar sehingga membuat para mahasiswa mendesah kecewa.
Meski kecewa, ujian tetap berlangsung. Selama ujian pun, mahasiswa tak berani melihat hp karena Pak Lio berpatroli dan memberikan ancaman nilai 0.
"Lesu banget wajah Lo, sayang." Celetuk Kelvin kala melihat Erika keluar dari kelas.
Erika melirik Kelvin sekilas lalu mengalihkan pandangannya.
Bagaimana Erika tidak lesu kalau dari 10 soal, hanya 4 soal yang dapat dijawabnya dengan sangat yakin. Selebihnya Erika meragukan jawabannya sendiri.
"Ikut gue!" Titah Kelvin sembari menggenggam tangan Erika.
"Gak! Gue mau pulang." Tolak Erika dan berdiam diri di tempat. Enggan mengikuti langkah Kelvin.
"Ingat kata gue semalam?" Kelvin menatap Erika lurus sedangkan Erika berdecak sebal. "Gue gak nerima penolakan." Tekannya.
Erika menghentakkan kaki kesal. "Gue pengen tidur tau." Tukasnya.
"Tidurnya setelah kita makan siang aja."
"Gak. Gue mau tidur sekarang. Jadi, lepasin tangan gue." Berusaha menarik tangannya tapi cengkraman Kelvin begitu erat.
"Makan dulu, setelah itu baru pulang ke kos." Tegas Kelvin tak mau mengalah.
"Oke. Fine!" Putus Erika kesal bukan main. "Setelah makan, jangan nahan gue lagi." Pintanya dan disetujui Kelvin.
Erika mengikuti langkah Kelvin. Namun, alangkah terkejutnya Erika mengetahui Kelvin membawanya bergabung dengan teman-teman pria itu.
Kening Erika mengernyit tak suka. Tatapan tajamnya tertuju pada Kelvin. "Kok ajak gue kumpul bareng teman-teman Lo lagi sih?" Bisiknya.
"Mereka masih penasaran, sayang. Makanya mereka maksa gue biar bawa Lo ke sini."
Erika menghela nafas kasar.
Bersama Kelvin saja ia sudah tak nyaman, apalagi di tambah teman-teman Kelvin.
Lama-lama, Erika merasa seperti badut Kelvin yang dipertontonkan ke semua teman Kelvin.
Oh ayolah! Erika bukan bahan memuaskan rasa penasaran mereka!
"Halo Erika!!" Sapa teman Kelvin bersemangat seraya melambaikan tangannya sedangkan Erika membalasnya dengan senyuman tipis.
"Duduk di sini, Ka."
Erika menurut saja supaya tidak ribet. Sementara itu, Kelvin pergi memesan makanan.
Sembari menunggu Kelvin, Erika bermain ponsel tanpa mengajak teman Kelvin basa-basi.
Gadis itu dapat merasakan tatapan menusuk dari semua teman Kelvin, tapi ia pura-pura cuek.
"Maaf kalau kami menganggu, Ka. Habisnya kami penasaran sih sama Lo."
"Iya." Sahut Erika singkat seraya terus main hp.
"Tau gak sih? Belakangan ini Kelvin menjadi berubah. Dia lebih ekspresif dibanding biasanya."
"Oh gitu." Sahut Erika lagi.
"Selain ekspresif, dia juga lebih sering ceritain tentang Lo ke kami. Tiada hari tanpa mendengar ocehannya tentang Lo."
"Padahal, dia awalnya deketin Lo ka---"
Suasana menjadi hening kala salah satu teman Kelvin menggantung ucapannya.
"Karena apa?" Tanya Erika mulai curiga melihat ekspresi aneh semua teman Kelvin. Ekspresi yang seakan menyalahkan.
"Maksud gue, di awal dia mau deketin Lo, dia ragu banget Ka. Dia juga lebih tertutup dan gak mau cerita apa-apa. Kalau bukan karena kami paksa, pasti dia gak akan cerita sedikit pun ke kami." Jelasnya namun Erika masih merasakan kejanggalan.
Entah karena terbiasa membaca cerita atau pun menulis cerita, Erika merasa janggal mendengar kata-kata yang terucap dari mulut teman Kelvin. Ia merasa bukan itu maksud ucapan awal teman Kelvin karena penyusunan kata-katanya terlalu berbeda.
Ia yakin ucapan seharusnya yang dilontarkan teman Kelvin adalah alasan Kelvin mendekatinya, bukan tentang perasaan Kelvin.
Namun, Erika tak bisa bertanya lebih lanjut karena yakin mereka akan tetap mengelak.
Jadi, Erika hanya bisa menyimpan kecurigaannya seorang diri dan bertekad akan mencari tahunya sendiri.
Ia harus tahu apa alasan Kelvin mendekatinya!
Bersambung...
18/3/23
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...