Extra Part 3📍

8K 500 4
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Kaki Erika terasa seperti jelly

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kaki Erika terasa seperti jelly. Lemah, lesu, dan gemetar.

Lantaran terlalu lelah, Erika duduk di dekat tangga sambil meluruskan kedua kakinya.

'Huhu, capek banget. Sayangnya, urusan gue belum selesai. Jadi, belum bisa pulang.' Keluhnya dalam hati.

"Erika." Sapa seseorang.

Gadis itu sontak mengalihkan pandangannya ke asal suara. Ternyata teman sekelasnya. "Eh, Selly. Sedang apa di sini, Sel?"

Selly memamerkan laporan magangnya yang sudah dijilid rapi. "Minta tanda tangan dosen pembimbing dan pimpinan prodi nih."

"Trus udah dapat?"

"Udah dong."

"Wah, irinya. Udah bisa bersantai dong Lo." Erika mendesah iri.

"Hehe, iya."

"Sendiri aja ke sini?"

"Iya, Ka. Habisnya teman-teman gue masih di kampung."

"Sama dong." Tawa Erika.

"Kalau Lo ngurus apa? Laporan magang juga?"

"Rencananya iya, tapi ibu dosen pembimbing sedang ada podcast dan katanya baru selesai jam 11.30." Renggut Erika.

"Sabar, ya."

Erika mengangguk pasrah. Memang apalagi yang bisa dilakukannya selain sabar?

Toh, nasib mahasiswa sudah ditakdirkan menunggu dan bersabar.

"Eh, gue duluan ya. Mau belajar dulu untuk UAS besok." Selly anak ambisius. Jadi, Erika tidak heran lagi mengetahui Selly rajin belajar. Berbeda dengan dirinya yang hanya belajar kebut semalam setiap kali ada ujian.

"Oke."

Erika menyandarkan kepalanya ke dinding. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah.

Ia melirik ke sampingnya kala menyadari seseorang duduk di sisinya dan sedikit terkejut melihat Kelvin si pelakunya.

"Gimana, sayang? Udah selesai urusannya?"

Erika menggeleng sebagai jawaban.

"Trus ngapain aja dari tadi?"

"Ngambil kartu ujian dan baju seragam."

Erika menyandarkan kepalanya ke bahu Kelvin. "Capek banget tahu ngantri ngambil kartu ujian. Hampir dua jam gue ngantri di sana. Lama banget 'kan?  Belum lagi bolak balik fotokopi bukti pembayaran. Duh, melelahkan pokoknya. Sekarang aja gue gak punya tenaga lagi untuk berdiri." Adunya.

Kelvin mengusap rambut Erika gemas. "Mau gue gendong?" Tawarnya.

"Sebenarnya mau, cuma ya gak mungkin juga Lo gendong gue di area kampus. Bisa-bisa kita viral."

Kelvin ikut tertawa melihat gadisnya tertawa geli. Ucapan Erika benar adanya. Di kampus mereka, segala sesuatu bisa menyebar dengan cepat.

Ucapannya di depan kampus tadi saja sudah menyebar. Semua orang yang melewatinya, menatapnya dengan tatapan penasaran.

Untunglah setelah ini mereka tidak akan di kampus selama satu semester. Jadi, orang-orang yang kepo tidak bisa memuaskan rasa penasarannya.

"Btw, gue mau nanya sesuatu sayang. Boleh?"

Erika mengerjap bingung. Tumben sekali Kelvin menanyakan pendapatnya terlebih dahulu, membuatnya penasaran saja. "Tentu saja boleh. Mau nanya apa emangnya?"

Kelvin memainkan tangan Erika gugup. "Gimana menurut Lo ajakan gue tadi pagi?" Tanyanya resah.

"Maksudnya?"

Kelvin menatap Erika greget. "Ajakan menikah itu loh. Lo mau gak nikah sama gue?"

Gadis cantik itu mengalihkan tatapannya ke arah lain. Salah tingkah mendapati pertanyaan sakral itu.

"Mau gak?" Tanya Kelvin lagi.

Erika mengusap tengkuknya malu.

"Mau gak mau, pokoknya Lo harus nikah sama gue. Awas aja kalau Lo gak mau nikah sama gue. Gue culik Lo dan nikahin Lo secara paksa." Candanya seraya menoel pipi merah kekasihnya.

Sepertinya, tanpa mendengar jawaban Erika pun, dia sudah tahu jawaban sang kekasih.

"Ih, jahat. Masa gue diculik." Ambek Erika.

"Ya, makanya terima ajakan gue." Kikiknya.

"Gak mau ah."

Kelvin mencubit pipi Erika gemas. "Lo mau gue culik?"

"Setelah gue pikir-pikir, gue rela deh kalau diculik sama Lo. Ayok culik gue, Kepin." Erika menyodorkan kedua tangannya ke Kelvin dengan ekspresi menggoda sehingga membuat pria itu tertegun.

Sial! Erika benar-benar membangkitkan hasratnya untuk menculik gadis itu.

Padahal awalnya dia hanya bercanda, tapi tanpa tahu dirinya, dia malah membayangkan kehidupan setelah menculik Erika untuk dirinya sendiri.

"Nanti gue culik beneran, malah nangis." Gumamnya lirih.

"Hehe, bercanda." Ringisnya. "Oh iya, mengenai ajakan Lo, gue mau kok nikah sama Lo," ucapnya mengalihkan pembicaraan creepy mereka.

Wajah Kelvin cerah seketika mendengar jawaban yang sangat ditunggu-tunggunya. Melupakan niat jahatnya menculik Erika.

"Asalkan nikahnya setelah kita tamat kuliah dan dapat pekerjaan." Imbuh Erika.

"Gak usah bekerja, sayang. Gue bisa kok menuhin semua kebutuhan Lo."

"Gak gitu cara pikirnya, Kepin sayang. Gue bekerja bukan sekedar memenuhi kebutuhan tapi juga memenuhi harapan orang tua gue. Selama ini mereka udah capek-capek sekolahin gue tinggi-tinggi. Banyak uang yang sudah mereka keluarin untuk gue. Masa gue gak kerja pas udah lulus? Kecewa dong mereka. Sia-sia dong perjuangan mereka yang ingin melihat anaknya sukses." tutur Erika memberikan pengertian. Di lain sisi, dia juga jengkel mendengar perkataan Kelvin.

"Iya juga sih. Pikiran gue dangkal banget ya. Maaf, sayang. Gue gak maksud apa-apa. Gue cuma mau Lo hidup nyaman bersama gue." Kelvin mengecup punggung tangan Erika lantaran menyadari tatapan sinis Erika kepadanya.

"Lagian, yakin kita bakal sampai tahap nikah?" Tanya Erika, sangat menohok Kelvin.

Pria itu merasa Erika ragu menikah dengannya.

"Yakin perasaan Lo masih sama? Yakin Lo gak akan berpaling seiring berjalannya waktu? Yakin Lo gak akan bosan sama gue? Yakin Lo tahan dengan sifat nyebelin gue?"

"Iya, gue yakin. Sangat sangat yakin." Sahut Kelvin tegas.

Erika mengendikkan bahu acuh. "Yah, kita lihat aja gimana ke depannya. Apakah kita akan menikah atau kandas sebelum pernikahan."

"Di masa depan, kita harus nikah, sayang!" Tekan Kelvin, membuat Erika mencubit lengan pria itu.

"Udah-udah! Jangan bahas nikah-nikah terus. Gue masih kecil tau. Masih jauh dari kata pernikahan." Telinganya panas mendengar kata 'nikah' terus menerus terucap dari mulut sang kekasih.

"Masih kecil tapi sudah bisa buat anak kecil, ya?" Kekeh Kelvin.

"Heh! Mulutnya dijaga! Jangan nodai kepolosan gue," ucap Erika lebay.

"Oh, iya. Lo kan masih polos. Polos banget. Maaf ya, anak kecil. Hampir aja gue nodain kepolosan Lo."

Ucapan sarkas Kelvin membuat Erika tertawa. Tawa yang ikut menular ke Kelvin.

-Selesai-

1/7/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang