Vote sebelum baca 🌟
Kelvin memeluk erat tubuh mungil Erika dan menyembunyikan wajahnya di bahu Erika sedangkan gadis yang tiba-tiba dipeluk terlonjak kaget. "Gue gak mau pisah dari Lo, sayang." Adunya manja.
Erika tertawa kecil seraya menepuk-nepuk punggung Kelvin. "Jangan lebay deh. Kita berpisah sebentar doang. Cuma beberapa hari aja." Gemasnya.
Hari ini, Erika pergi ke kampus untuk mengurus PL sedangkan Kelvin tidak bisa ikut karena ada urusan penting di kantor.
"Satu hari aja 24 jam, 1.440 menit, dan 86.400 detik sayang. Apalagi kalau dikalikan ke beberapa hari. Dan Lo bilang itu waktu yang sebentar?" Tanya Kelvin tak percaya.
Erika memutar bola mata malas. "Iya deh. Gue salah," ujarnya mengalah supaya Kelvin tidak mendebatnya.
"Ka, busnya udah datang nih. Buruan naik." Sela Kana.
Erika melepaskan pelukan Kelvin secara paksa. "Gue berangkat dulu ya?"
Kelvin mengangguk seraya mengacak rambut Erika sekilas. "Hati-hati di jalan."
"Oke."
Erika naik ke bus. Mengikuti Kana dan Pacar Kana.
Gadis itu duduk di samping jendela. Membuka jendela dan menatap Kelvin yang ternyata juga menatapnya tanpa kedip. "Mau dibeliin oleh-oleh apa nantinya, Vin?" Tanyanya ke Kelvin.
"Gak ada. Yang penting Lo pulang dengan selamat. Itu udah menjadi oleh-oleh paling berharga buat gue, sayang."
Erika tersenyum mendengar jawaban manis Kelvin.
"Pacarnya siapa sih ini? Manis banget. Jadi makin cinta deh gue." Kikik Erika sedangkan Kelvin tertawa lebar.
Interaksi keduanya terpaksa terhenti kala bus mulai berjalan.
Kelvin melambaikan tangannya, melepas kepergian sang kekasih.
"Kemarin-kemarin lo ngejek gue bucin. Tapi, sekarang malah Lo yang bucin." Ejek Kana seraya menyikut lengan Erika. Membuat Erika menyengir polos.
"Gitulah jadinya kalau ketemu orang yang tepat, Ka. Bucin banget dan gak peduli terhadap pandangan orang lain." Imbuh Iky, pacar Kana.
Pacar Kana turut ikut menemani Kana ke kampus lantaran takut Kana kenapa-napa. Sangat protektif, bukan?
"Iya sih, bang. Gue rasanya udah jadi bucin juga kayak kalian." Sahut Erika geli.
"Bagus, bagus." Tawa Kana puas.
"Btw, nanti Abang nunggu kami dimana? Di kampus?" Celetuk Erika.
"Dimana aja lah. Gak usah khawatir masalah itu."
Erika manggut-manggut pelan. Kemudian, ia pun diam kala jalanan sudah mulai berbelok-belok. Ingin menghemat tenaganya supaya tak berakhir mabuk seperti dulu.
Gadis itu mencari posisi ternyaman. Memejamkan matanya. Bersiap tidur. Membiarkan Kana dan Iky sibuk membucin. Yah, walaupun dirinya terlihat sangat mengenaskan akibat terjebak di dekat kedua pasangan itu.
Di saat-saat seperti ini, Erika mendadak merindukan Kelvin.
Andaikan saja Kelvin ada di sisinya, pasti dia tidak akan menjadi nyamuk.
Pikiran Erika tentang Kelvin buyar seketika kala merasakan bus melaju terlalu kencang. Menganggu niat tidurnya.
Tubuhnya bergidik ngeri ketika menyadari bus sedang melaju kencang di area berbahaya. Dimana banyak jurang-jurang curam yang bisa merenggut nyawa kapan saja.
"Pak, jangan terlalu cepat bawa busnya!" Teriak Erika dari belakang. Memberanikan diri menegur supir.
"Iya nih, pak. Bisa-bisa nanti kita kecelakaan kalau sekencang ini." Sahut penumpang lainnya.
"Pelan-pelan aja, pak. Memang bapak ngejar apa sih?" Penumpang lain Turut protes ketika sopir tak kunjung menurunkan kecepatan.
"Pak!! Turunkan kecepatan busnya!" Bentak Iky geram.
"Diam kalian!" Sahut sopir ikut berteriak sehingga membuat suasana di dalam bus terasa mencekam.
Perasaan Erika mendadak tak enak melihat gerak gerik sopir. Matanya melirik ke sana ke mari, mencari cara menghentikan tingkah impulsif sang sopir.
"Bapak kenapa sih?!" Teriak Kana kesal.
Sopir tertawa kencang. "Saya ingin kalian semua mati bersama saya!" Tepat setelah mengatakan itu, bus pun masuk ke dalam jurang. Menghadirkan jeritan syok dari seluruh penumpang.
Bus besar itu terguling-guling menuju dasar jurang bersamaan dengan teriakan seluruh penumpang.
****
Gelas di tangan Kelvin meluncur bebas ketika tidak sengaja melihat berita di sosial media.
Sebuah bus terjatuh ke dalam jurang. Menewaskan sopir dan 9 penumpang di tempat sedangkan penumpang lainnya terluka parah.
Para penumpang yang terluka parah segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pertolongan. Salah satu penumpang bernama Yessy meninggal dunia di perjalanan menuju rumah sakit akibat kekurangan darah.
"Bus melaju terlalu kencang dan nyaris membahayakan nyawa saya jika tidak refleks menghindar." Terang Suryadi, pengendara motor yang hampir terseret ke dalam kecelakaan maut tersebut.
Berdasarkan dugaan sementara, sopir mengendarai bus dalam keadaan mengantuk. Namun, penyelidikan masih terus berlanjut hingga saat ini.
Tubuhnya membeku, wajahnya pucat pasi, dan tangannya gemetar hebat karena mengenali foto bus.
Bus itu, bus yang ditumpangi Erika untuk pergi ke kampus.
"Ini tidak mungkin!" Desisnya menolak untuk percaya.
Jantungnya berdebar sangat kencang. Takut Erika lah yang menjadi korban.
Kelvin melihat berita lainnya untuk mencari tahu siapa saja korban yang meninggal dunia.
Hatinya semakin hancur kala melihat foto perawakan seorang gadis yang sangat dikenalinya dinyatakan sebagai korban yang tewas di tempat. Wajah gadis itu sudah hancur tak berbentuk dan bersimbah darah.
"Tidak!!!" Raung Kelvin frustasi. Ia terduduk mengenaskan di lantai sambil mendekap erat ponselnya.
Untuk pertama kalinya, Kelvin menangis.
Menangisi kemalangan yang menimpa kekasih pujaan hatinya.
"Baru tadi kita bertemu sayang, tertawa, dan bercanda ria. Namun, sekarang, Lo udah pergi. Meninggalkan gue untuk selama-lamanya." Lirihnya menyayat hati.
Kelvin menghantukkan kepalanya ke dinding. Berharap segera terbangun dari mimpi buruk itu.
Namun, apalah daya. Rasa sakit di kepalanya terasa sangat nyata. Menyadarkannya bahwa dia berada di dunia nyata, bukan di dunia mimpi.
"Gimana gue bisa melanjutkan hidup tanpa Lo, sayang?"
-Tamat-
2 Juni 2023
Season 1 cerita Kelvin & Erika selesai!!
Terima kasih sudah mendukung cerita Kelvin & Erika Sampai part ini.
Sampai jumpa di season 2📌
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...