Part 51📍

9K 648 3
                                    

Vote sebelum baca 🌟

Wajah ceria Erika berubah muram kala melihat Renald masuk ke dalam kantor

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wajah ceria Erika berubah muram kala melihat Renald masuk ke dalam kantor.

Erika berkomat kamit di dalam hati supaya Renald melewatkannya begitu saja setelah urusan pria itu selesai.

Sayangnya, harapannya tak terwujud. Renald berjalan menghampirinya.

'Tahan, Erika! Tahan! Cuma seminggu lagi kok ketemu dia.' bisiknya menguatkan diri sendiri.

Tingkah menyebalkan Renald selama ini sangatlah mengganggunya. Ingin rasanya mengumpat keras di depan Renald, meluapkan kekesalan terpendamnya. Tapi, mengingat mereka masih akan bertemu, ia pun mengurungkan niat.

"Dek, mau ikut Abang gak?"

Erika mengabaikan Renald.

"Nanti kita bercinta. Pelan-pelan aja kok." Celetuk Renald seraya tertawa menyebalkan.

Dengar bukan?

Semakin hari, Renald semakin frontal dan tidak sopan.

Oh ayolah! Erika bukan gadis polos yang tak tahu arti kata bercinta meskipun di luar ia bertingkah seakan tak paham.

"Gimana dek? Mau gak?"

Erika mengabaikan pertanyaan bodoh Renald. Sibuk membuat klipingnya tanpa mengubris sedikit pun, melihat Renald saja tidak.

Ekspresi wajahnya juga sangat datar. Menyembunyikan ekspresi kesal dan marahnya.

Sekarang, Erika sudah bertekad akan mengabaikan Renald.

Biarkan saja pria tua itu berbicara sendiri! Pasti akan pergi kalau sudah capek berbicara sendiri.

"Dek.."

Sekilas pun, Erika tak meliriknya.

"Ckck, mentang-mentang gak ada Dion di sini, jadi berani nyuekin bapak." Celetuk Renald mengejek gadis itu.

Erika menelan saliva kasar. Emosinya sudah diubun-ubun. "Pergi sana! Ganggu orang aja kerjaan bapak!!" Teriaknya, menarik perhatian orang-orang di sekitarnya.

Renald tertawa tanpa dosa dan berlalu pergi begitu saja.

"Lama-lama gue bisa gila, Na." Keluh Erika seraya menutup wajahnya frustasi.

"Sabar, Ka. Bentar lagi kita pergi kok dari sini." Hibur Kana.

Erika menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. "Arghhhhhh!!" Jeritnya tertahan.

Akhirnya, mood Erika anjlok seharian itu karena ulah satu orang.

****

Mood Erika sedikit membaik kala membaca komik romantis.

Ah, komik memang pelarian terbaik dari segala kenyataan yang ada.

Wajah tampan dan cantik para karakter, alur cerita indah nan memuaskan, dan art yang memanjakan mata mampu membuat siapapun melupakan masalah hidup untuk sejenak.

"Ganggu aja nih anak." Ketusnya melihat nama Kelvin terpampang di layar ponselnya. Kemudian, ia pun menolak panggilan Kelvin.

Sekarang, waktunya healing bersama komik kesayangannya! Tidak boleh diganggu gugat!!

Erika kembali sibuk membaca komik.

Selang beberapa detik kemudian, Kelvin memanggilnya dari kos sebelah dan menyuruhnya keluar.

Erika memutar bola mata malas dan mengabaikan lagi.

Kelvin atau siapapun itu, Erika tak peduli!

Erika tidak berminat bersosialisasi dengan siapapun sekarang karena dia sedang butuh hiburan.

"Woi, Erika! Buruan keluar! Sakit telinga gue dengar ocehan Kelvin." Tegur Kana.

"Gak. Gue mau baca komik."

Kana menggelengkan kepala heran. "Ya ampun, Ka. Tunda dulu kali. Nanti lanjut baca lagi."

"Gak mau."

"Ckck, kalau gini sikap Lo, bisa-bisa Kelvin pun ikutan kabur kayak cowok lain."

Erika memang memiliki kebiasaan mengabaikan para cowok. Semua pesan dan panggilan ditolaknya jika sudah memasuki dunia komik.

Sejauh ini, belum ada pria yang tahan dengan kebiasaannya sedangkan Erika tak peduli karena komik lebih menarik dibandingkan mereka.

Erika tidak pernah menyesal dijauhi mereka.

Erika juga tidak kesal kala para pria itu memamerkan gebetan mereka di story seperti ingin menyatakan secara terang-terangan bahwa mereka punya cadangan selain dirinya.

Erika jadi penasaran ... Akankah Kelvin tahan jika diabaikan sebentar?

Kalau tidak, ya sudah. Erika akan menerima kenyataan buruk tersebut dengan lapang dada.

Mungkin dia akan mengalami sakit hati sebentar, setelah itu melupakan kisah mereka dan kembali seperti semula.

Namun, kenapa Erika tak rela membayangkan hal tersebut terjadi?!

Kaki Erika melangkah dengan sendirinya ke luar kos.

"Akhirnya keluar juga." Desah Kelvin lega.

Erika mengembungkan pipi kesal. Merajuk bak anak kecil.

"Jangan kabur dari gue ya, Vin?" Cetusnya lirih, membuat Kelvin melongo kaget.

"Hah?"

Erika menatap Kelvin lurus. "Apapun yang terjadi, jangan kabur dari gue." Ulangnya.

Kelvin tersenyum lebar seraya menyugar rambutnya salah tingkah.  "Emangnya gue tahanan Lo, sayang? Sampai-sampai bilang gak boleh kabur segala." Candanya.

"Iya. Lo kan tahanan gue. Tahanan cinta, maksudnya," katanya polos sehingga membuat Kelvin bahagia.

Rasa kesal dan marah akibat diabaikan seharian oleh Erika pun lenyap begitu saja. Berakhir dengan perasaan senang, berdebar, salah tingkah, dan ingin merengkuh tubuh mungil sang kekasih ke dalam pelukannya.

Erika memang paling ahli memporak-porandakan suasana hatinya.

Bersambung...

2/6/23

firza532

Please, Ignore Me!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang