Vote sebelum baca 🌟
Erika keluar dari kos. Guna mencari udara segar karena suhu di dalam kos terlalu panas. Belum lagi kipas anginnya rusak.
"Sayang." Sapa Kelvin sumringah, menyambut kehadiran Erika.
Gadis itu melirik Kelvin sekilas tanpa menyahut satu patah kata pun. Duduk santai di kursi sambil main hp tanpa mempedulikan Kelvin.
"Lo PL di mana, sayang?" Tanya Kelvin penasaran.
Pengumuman tentang PL baru saja dikirim ke grup. Waktu mendaftarnya 5-23 Mei.
Erika merasa waktu begitu cepat berlalu. Kemarin masih sibuk kuliah, sekarang sibuk magang, dua bulan lagi sibuk PL, dan setelah itu sibuk skripsi.
"Sayang! PL di mana?" Kelvin bertanya lagi melihat Erika termenung.
"Belum tau. Gue masih mempertimbangkannya." Sahut Erika gemas melihat kegigihan Kelvin.
"PL di sekolah dekat rumah gue aja, sayang. Biar gue bisa ketemu Lo tiap hari."
"Gue pikir-pikir dulu deh." Sahutnya pura-pura mempertimbangkan.
"Kalau Lo PL di sekolah dekat rumah gue, Lo gak akan bayar kos. Gue juga bakal masakin Lo tiap hari, gantiin Kana." Bujuk Kelvin hingga membuat Erika tertawa.
"Masakin gue tiap hari? Yakin tuh?" Cemoohnya.
"Iya, sayang. Gue akan masakin semua makanan kesukaan Lo. Gini-gini gue jago masak loh." Kelvin menyugar rambutnya songong.
"Hmm, tawaran yang menarik. Awas aja nanti kalau gak masakin gue karena ngeluh capek."
Kelvin tersenyum lebar melihat tawa Erika. Hatinya sangat damai melihat Erika tampak nyaman mengobrol bersamanya. Berbeda dari biasanya. Sinis, kesal, marah, ataupun tanpa emosi.
"Demi Lo, gue gak akan pernah ngeluh capek, sayang."
Kelvin tiba-tiba mengubah raut wajahnya menjadi serius. "Oh iya, tadi Lo ke mana? Gue cari di kantor kok gak ada?"
"Ke rumah sakit."
"Siapa yang sakit?"
"Orangtua Kabid gue."
"Ohh. Kirain Lo sembunyi dari gue."
Erika berdecak pelan. "Ngapain juga gue sembunyi dari Lo."
"Selama ini Lo kan sering sembunyi dari gue." Bantah Kelvin gemas.
Erika pura-pura tidak mendengarnya. Fokus ke hp nya.
"Gue gak suka dicuekin, sayang." Ketus Kelvin.
"Sttt. Lo diam aja deh. Gue mau baca komik dulu."
"Ngapain baca komik segala? Gak guna."
Erika mendelik sinis. "Ngobrol sama Lo tuh yang gak guna." Tandasnya sinis.
Kelvin mengelus dadanya. Berusaha bersabar.
****
Seluruh pegawai di tempat magang Erika pergi ke cafe dalam rangka acara perpisahan para pegawai yang akan pensiun.
Erika dan Kana juga ikut. Erika pergi bersama Pak Dio menggunakan motor sedangkan Kana ikut bersama pegawai lain, menggunakan mobil.
Erika datang lebih awal di tempat tujuan. Di sana sudah ada pegawai yang menjadi bintang acara.
Lantaran merasa asing sendirian di sana, akhirnya Erika pun melarikan diri ke kolam renang. Dimana tak ada satu orang pun di sana.
"Aish! Sial. Rupanya rok gue benar-benar tergilas rantai motor." Decaknya kala melihat roknya kotor. Untung saja dia sedang memakai rok hitam hingga tak terlalu jelas.
Gadis itu misuh-misuh sendiri seraya membersihkan roknya menggunakan tisu. Ia semakin mengomel kala noda di roknya sangat susah dibersihkan.
"Sayang. Sendirian aja nih? Kana mana?"
Erika refleks menoleh ke asal suara. "Lah? Kok Lo di sini juga?" Tanyanya kaget.
Kelvin tersenyum manis sembari duduk di samping Erika. "Kebetulan gue dan Allan nongkrong di sini."
Erika mengerutkan kening heran. "Ini masih jam kerja loh. Lo cabut?"
Kelvin mengangguk santai.
"Astaga. Berani amat."
"Berani dong. Soalnya gue nyontoh para senior." Kikik Kelvin.
Erika menggelengkan kepala tak habis pikir melihat keberanian Kelvin. "Lagian, perusahaan itu milik keluarga gue. Siapa yang berani marahin gue?" Sahutnya songong.
"Iya juga sih." Ringisnya.
"Nih minum dulu. Pasti haus banget kan."
Erika menerima jus jeruk yang disodorkan Kelvin. "Makasih." Menyeruputnya pelan karena dirinya memang sedang kehausan.
Kelvin tersenyum senang karena Erika menerima pemberiannya. Tidak seperti dulu, selalu berusaha menolaknya.
"Btw, Vin. Kelihatan gak sih rok gue kotor?" Tanya Erika seraya memamerkan bagian rok yang kotor.
"Lumayan kelihatan." Jawab Kelvin jujur.
Erika tertekuk lesu.
"Bentar, gue beliin rok baru dulu buat Lo. Tadi gue lihat ada toko pakaian di sekitar sini."
"Eh, gak usah. Gue gak bawa uang lebih." Tolak Erika hingga Kelvin tersenyum gemas sembari mengusap puncak kepala Erika.
"Tenang aja, sayang. Gue yang beliin kok."
"Oke lah. Nanti gue ganti uangnya."
"Gak perlu diganti, sayang." Cetus Kelvin gregetan melihat Erika selalu menolak kebaikannya.
Apa salahnya sih Erika menerima niat baiknya?!
Toh, kebaikannya tidak akan membunuh gadis itu.
Ia juga tidak akan menyebut-nyebut pemberiannya atau pun menuntut Erika membalas kebaikannya. Niatnya murni membantu Erika.
Bersambung...
16/5/23
Belakangan ini, aku sibuk banget. Mood ku juga turun drastis.
So, maklumi aja ya kalau updatenya lama hehe.
And, makasih buat kalian yang udah baca, like, dan komen cerita ini❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, Ignore Me!
RomanceKehidupan Erika sangatlah membosankan hingga tuhan mendatangkan seorang pria gila di dalam hidupnya. Merenggut kehidupan membosankannya dan menggantinya dengan kehidupan menegangkan. Ancaman, paksaan, dan keposesifan selalu menghiasi harinya semenj...