Bab Duapuluh Enam

296 27 4
                                    

"Yah, cowo lagi."

Cayden usai berjinjit demi mengintip bayi dalam gendongan Violet, baru menggelayut di kaki Chris. Lantas, dia mengajak orang tuanya masuk ke rumah dan duduk di sofa ruang tengah sambil melirik sekilas pada kamera yang tadi dipasang Samir dan Zaima di atas tungku perapian.

"Harus bersyukur," Chris akhirnya memangku Cayden, lalu melempar senyum untuk Violet yang sedang menidurkan anak ketiganya itu, "Kan seru, jadi banyak pasukan buat main perang-perangan."

Namun, Cayden hanya mencebik sepintas.

"Kak Cayden ngga penasaran nama adek barunya siapa?" tanya Violet, sambil menidurkan si mungil yang sejak tadi terus tersenyum ini, "Lucu, tau. Dia ngga berenti pamer senyum."

"Emang siapa—"

"—woah! Adek balu! Adek balu! Bahi kicil!"

Sebelum Cayden sempat meneruskan kalimatnya, ada Jounta yang melepaskan diri dari gandengan tangan Zaima hingga dia berlari untuk bisa bergabung di sini. Cayden mendecih, dia tidak suka atensi orang tuanya jadi teralih dan terbagi begini. Chris paham betul perubahan raut si sulung, yang tahun ini menginjak usia empat tahun, jadi dia segera mengusap wajah Cayden agar tak memberi delikan pada Jounta terus menerus.

"Ih, masa Kak Cayden cemburu gini? Kasian adek-adeknya, tuh. Ntar takut."

Cayden sama sekali tidak menyimak omongan Chris, tapi dia tetap memperhatikan cara Jounta mengagumi bayi di gendongan Violet itu.

"Boleh pehang?"

"Pegang? Adek Jounta mau pegang Adek Brazka?" Violet pun mengangguk, "Iya, boleh, dong," Lalu, dia menuntun jari-jari Jounta agar mendarat di pipi gembil Brazka.

"Namanya Brazka?"

"Iya, bagus, kan, Kak?" Violet jadi menengok sebentar ke arah Cayden dan masih mendapati raut masam di wajah itu, "Jangan cemberut, nanti gantengnya luntur."

"Udah ada Jounta, kenapa ada lagi?"

Kali ini, Chris harus menertawakan kepolosan Cayden dulu sebelum membalas, "Kamu takut ngga disayang lagi, ya? Mana bisa Papa sama Mama ngga sayang sama Cayden, sih? Kan semua orang bilang, kamu yang paling ganteng," Meski alasannya tak masuk akal, tapi hanya itu hal sepele yang terlintas di benaknya.

"Kakak jahat. Kakak jahat."

Kemudian, Jounta tiba-tiba menuding Cayden, sehingga Violet harus menurukan telunjuk-telunjuk itu, "Adek Jounta ngga boleh gitu. Inget, harus sopan sama nurut ke Kakak Cayden. Kan Adek lebih muda dari Kakak. Ya? Kak Cayden ngga jahat, Kak Cayden cuma lagi bingung aja, Sayang."

Segala pengertian itu disimak baik-baik oleh otak balita Cayden dan Jounta, mereka memang diam saja, tapi tidak sepenuhnya bersimpati. Ketika ada hening menyergap, Chris dan Violet jadi bertukar pandang hingga sama-sama berhenti di wajah Brazka yang benar-benar bersih itu—bahkan, dia tidak menangis di perjalanan dari rumah sakit tadi.

"Ta, Den, makan siang dulu, yuk?"

Cayden dan Jounta serempak mendongak pada panggilan Zaima, tapi tidak ada yang bergerak mendekat, sehingga Zaima pun memberi atensi sebentar untuk anggota baru keluarga Li ini.

"Wah, gantengnya adek Cayden sama Jounta ini. Selamat, ya, Pak. Selamat, ya, Bu. Saya sama Mang Samir ikutan seneng," Zaima tersenyum tulus begitu menemukan wajah damai Brazka, dia juga terkesima dengan mata sipit yang terus berbinar itu, "Namanya siapa?"

"Brazka, Bi. Makasih, ya. Anak-anak ntar makan siangnya sama saya aja, Bi."

Titah Violet barusan segera Zaima patuhi. Dia akhirnya menyerah untuk membujuk Cayden dan Jounta hingga memilih pamit undur diri dari hadapan sang majikan. Sebelum itu, Chris juga turut memberinya sepatah duapatah kata.

This is Home! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang