Bab Empatpuluh Dua

265 26 2
                                    


Keyzan menemukan Chris sudah duduk di ruang tunggu tepat di depan ruangan Dokter Jatra. Setelah melewati beberapa orang yang juga mengantri sama dengannya, dia pun sampai di sebelah ayahnya.

"Eh, loh. Cayden mana?"

"Aku suruh balik duluan, Pa. Kasian. Buru-buru bimbingan."

"Kan Papa suruh anter kamu sampe masuk sini sampe ketemu Papa."

"Yaelah," Keyzan pun mengibas tangannya, "Aku udah hafal jalannya, ngga mungkin tersesat. Lagian udah gede ini, dari kecil juga mondar-mandir opname di sini. Aman, Pa."

Alhasil, Chris tidak mendebat lagi. Dia kini sibuk dengan layar iPad demi mengamati saham-saham yang dia tanam ke berbagai perusahaan menjanjikan itu. Urusan kantor juga sudah dia serahkan ke Yira dan semua kendali selama dia tak di kantor juga dipegang Daril. Jadi, sejauh ini aman. Dia bisa menemani Keyzan kontrol bulanan.

"Papa sibuk banget, ya?"

Chris reflek menoleh, lalu memangku layar datarnya ini, "Ngga, Key. Kenapa?"

"Papa nyuruh Mang Samir sama Bi Zaima pensiun?"

"Key," panggil Chris, kini memiringkan badannya agar menghadap Keyzan, "Kamu kan udah tujuhbelas tahun, masa masih bergantung sama orang dan ngga bisa mandiri? Ngga boleh egois juga, mereka punya batasan, mereka punya hidup sendiri."

Padahal Keyzan belum mengatakan apa maksudnya, tapi Chris bagai cenayang yang bisa membaca isi pikirannya.

"Kalo aku opname, Mang Samir sama Bi Zaima ngga jadi balik, kan?"

"Ya jangan gitu. Baru juga dibilangin, loh."

"Kan kalo itu berarti seandainya. Ngga bermaksud gitu juga. Iya, ngga."

Akhirnya, Keyzan memilih untuk diam.

Namun, sepersekian detik kemudian, nama Keyzan Li dipanggil Zeva, yang tersenyum ramah di ambang pintu ruangan Jatra.

Lantas, Chris mengekori si bungsu ini.

"Hai, Key. Gimana kabarnya?"

Sambutan Jatra itu hadir sesaat setelah Chris dan Keyzan duduk di hadapan mejanya—yang penuh dengan berkas-berkas pasien sekaligus dua layar hasil tes pasien.

"Lumayan, Dok. Ngga berulah."

Jatra tertawa, "Obatnya rutin diminum, kan? Ngga ada keluhan sama obatnya, ya? Ngga ada alergi kaya gatal-gatal atau batuk-batuk?"

"Ngga ada, Dok. Aman, kok."

Jatra mengangguk, lalu mencatat beberapa hal di kertasnya, baru tersenyum lagi menuju wali pasien alias Chris, "Saya tau Bapak mau nanyain soal operasi Key yang mau dilakukan setelah dia berusia tujuhbelas tahun, kan? Jadi, Key beneran udah ulang tahun, ya?" Lalu, dia memindah tatapannya kembali ke Keyzan.

Zeva, yang berdiri di sebelah kursi Jatra, jadi turut menggoda Keyzan, "Cie. Berarti udah legal punya pacar, dong."

Keyzan mencebik sekilas, "Belajar dulu kata Papa, Kak. Kak Zeva duluan aja ngasih undangan nikah ke aku."

Zeva, yang menutup tawanya dengan sebelah tangan, terbahak sejenak, "Duh. Di-roasting balik pake ulti, nih."

Kemudian, mereka kembali ke percakapan awal.

Jatra berakhir memutar salah satu layar komputernya sampai Chris dan Keyzan bisa melihat jelas gambar jantung ini. Dia pun memulai, "Tahun ini kita memang merencanakan operasi jantung pertama Keyzan, yang gunanya untuk menutup lubang jantung Keyzan. Masih ingat kenapa harus kita lakukan setelah Key berusia tujuhbelas tahun? Karena di usia remaja ini, ketahanan jantungnya jauh lebih kuat. Terus, ini hasil rontgen dada terbaru kemarin," Prolog selesai, sehingga ini saatnya melanjutkan ke inti, "Nah, bisa dilihat dengan jelas, di bagian ini," tunjuknya ke titik demi titik di layar, "lubang di kedua sisi atrium jantung ini belum juga tertutup. Kalau jantung normal kan harusnya ngga ada lubang ini, harusnya hanya dipisahkan oleh dinding pembatas yang disebut septum. Lubang kebocoran ini timbul karna septum Key ngga terbentuk dengan sempurna."

This is Home! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang