"Ngga usah sekolah, Key. Di rumah aja."
Keyzan memberengut saat Brazka mencegahnya bersiap, bahkan merebut kembali seragam yang mau dia pakai.
"Kamu ini amnesia jangka pendek, ya? Orang baru kemaren pulang dari RS."
Keyzan mengesah sambil memperhatikan Brazka mengeringkan rambut dengan handuk di depan cermin sana, "Aku ketinggalan banyak pelajaran, tau, Kak."
"Gampang," Brazka tiba-tiba berbalik menghadap Keyzan, "Nanti aku yang benerin. Tenang aja."
Keyzan pun akhirnya menggelung diri lagi di dalam selimut. Dia diam-diam sedang menaruh kecewa, padahal dia sudah siap mengikuti materi reproduksi di kelas biologi hari ini, tapi urung sebab napasnya masih sering tersengal.
"Aku sarapan dulu, terus lanjut sekolah, ya. Sampe nanti sore! Dah, Key!"
Brazka segera menyampirkan ransel di punggung setelah memastikan penampilannya rapi, kemudian melambai ke Keyzan yang hanya mengangguk sekilas dengan senyum tipis. Bagaimanapun, dia juga sadar bahwa sikapnya ini keterlaluan. Dia mengekang, dia membatasi, dia melakukan semua itu dengan dalih supaya Keyzan bisa membaik, tapi dia paham betul ada raut terpaksa menerima di wajah adiknya tadi.
"Key ngga turun?" tanya Cayden begitu Brazka duduk di hadapannya, lalu mengangsurkan roti gandum dan selai kacang seperti yang dia kunyah saat ini, "Ngga kamu bolehin sekolah?"
Brazka mengangguk seraya mengoles selai ke rotinya, "Besok aja."
"Jangan kejem-kejem napa?" tegur Cayden, tapi tak bersambut sebab Brazka malah meneguk susunya, "Coba pikirin perasaan Key. Dia kan juga mau diperlakuin normal kaya kita."
Brazka memicing dalam sekejap, "Kalo nanti dia kenapa-kenapa, Kakak yang tanggung jawab, ya?"
Baru setelah itu, Cayden memilih untuk mengalah dan buru-buru menandaskan susunya yang tinggal separuh gelas demi menutupi kecanggungan ini, "Aku anter, ya."
Setelah Brazka setuju, dia kini sibuk celingak-celinguk.
"Sepi banget. Kak Jounta belum bangun?"
Sebenarnya bukan hanya Jounta yang sedang Brazka cari, melainkan keabsenan Chris juga. Tapi, dia terlalu gengsi untuk menyinggungnya. Belum sempat Cayden membalas, Jounta bergabung dengan mengambil tempat di sebelahnya.
"Nyariin mulu, kangen?" ujar Jounta sembari membenahi letak headphone di sisi kepalanya.
"Dih, pede amat?"
"Buktinya, tuh."
"Aku kan cuma nanya ke Kak Cay, tapi ngga dijawab-jawab."
"Kan aku udah nongol duluan," tandas Jounta, mulai tersenyum miring, "Btw, Key kapan dibolehin sekolah?"
"Minggu depan."
"Kelamaan," Cayden malah tidak terima dengan pungkasan Brazka barusan, "Kasian, tau. Besok juga udah bisa."
"Lusa aja, deh."
Kali ini, Jounta setuju dengan Cayden, "Tega bener, Braz. Besok lah. Hari ini biar full istirahat."
Akhirnya, Brazka diam sebab dia kalah suara. Dua banding satu. Kecuali jika ada Chris, mungkin hasilnya bisa seri. Kemudian, mereka menyantap sarapan masing-masing tanpa obrolan lagi, sampai kemudian Brazka gatal untuk penasaran.
"Papa tumben belom bangun."
"Masih tidur kali, soalnya semalem pulang-pulang malah mabuk," sahut Jounta tanpa perlu memandang lawan bicaranya, dia tetap berkonsentrasi pada makanannya, "Kenapa emang?"
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Home! [✓]
Fiksi RemajaKeluarga Li sudah tidak memiliki kehangatan seperti dulu. Semenjak istrinya meninggal dunia, Christophine Li atau biasa disapa Chris, tinggal dengan keempat anak laki-lakinya yang tampak seperti monster. Mereka selalu menganggapnya sebagai ayah yang...