Bab Empatpuluh Satu

274 26 1
                                    

Seusai dari rumah duka, keluarga Li mengantar jasad Violet ke dalam liang lahat dengan diiringi tangis. Prosesi pemakaman berlangsung khidmat, meski harus menyisakan lubang raksasa di hati kelima laki-laki ini. Sepulang dari sana, Keyzan terburu mengunci kamar—dan itu sudah terjadi sejak dua jam lalu.

"Key! Keyzan! Keyzan Li! Buka pintunya!" Brazka bahkan sampai serak, dia juga tak berhenti menggedor pintu kamarnya sendiri. "Ini kamarku juga, Key!"

Namun, tidak ada sahutan apa-apa dari dalam sana.

Begitu Brazka melempar tatapan ke Cayden dan Jounta yang berdiri gamang di sebelahnya, ternyata mereka bersamaan menggeleng.

"Kalo Key pingsan gimana, Kak?"

Tidak ada yang menanggapi kekhawatiran Brazka, tapi Cayden dan Jounta seperti bertukar pikiran yang sama hingga terbersit ide untuk mendobrak pintu ini. Jadi, setelah anggukan keduanya, Brazka pun menghitung langkah mundur.

"Aku kasih aba-aba, deh. Satu, dua, tiga!"

Setelah hitungan ketiga, Cayden dan Jounta sama-sama menabrakkan sisi bahu mereka ke pintu. Tapi tetap tidak ada yang berubah, bahkan bergeser pun tidak sama sekali.

"Susah, Kak," keluh Jounta sambil mengusap bahunya yang lumayan kesakitan, "Papa mana, sih? Lama banget."

"Emang harus pake kunci cadangan," tukas Cayden dengan keyakinan di atas rata-rata, "Kan Papa lagi nyari itu sama Mang Samir."

Setelah beberapa menit berlalu, Chris, Samir, dan Zaima datang tergopoh. Ada serenteng kunci di genggaman Chris. Begitu menyuruh anak-anaknya mundur, dia fokus melesakkan anak kunci ke lubang pintu.

"Semoga kunci yang di dalem ngga nyantel."

Harapan Chris barusan juga menjadi harapan semua orang.

Ternyata Tuhan masih berpihak pada mereka. Pintu berhasil terbuka, tapi keadaan di dalam sini yang tidak seperti dugaan siapapun.

"Key!"

Chris spontan berseru saat mendapati Keyzan tergeletak di lantai. Dia terburu memangku kepala Keyzan di atas pahanya dan berulang kali menepuk pipi-pipi ini. Selain Chris, semua orang jelas merasa panik, terlebih Brazka yang sudah mondar-mandir ke sana kemari.

"Key, bangun, Key."

Ini pertama kalinya bagi Chris menyaksikan secara langsung bagaimana Keyzan tidak sadarkan diri—setelah sekian lama hanya berkutat dengan urusan pekerjaan. Dia baru tahu begini rasanya; sesak, takut, dan tidak tahu harus melakukan apa. Dia baru menyesal harus mengalami ini setelah Violet tidak di sini. Ya, setelah berulang kali dia mengabaikan telpon dan pesan Violet yang mengabarkan bahwa Keyzan kambuh. Ya, setelah berkali-kali dia masa bodoh dengan keadaan rumah dan menganggap semua yang terjadi di dalam sini harusnya hanya diurus Violet.

Chris baru sadar bahwa selama ini dia menyepelekan segalanya, dia meremehkan semuanya—termasuk cacat jantung Violet dan Keyzan.

Karena Chris tidak tahu cara menangani ini, dia hanya diam saat Zaima dengan cekatan mengoleskan minyak kayu putih di bawah hidung Keyzan.

"Ibu dulu sering gini. Katanya, nyadarin Keyzan pake cara paling aman, tuh, ini, Pak."

Keterangan Zaima itu hanya bisa Chris sambut dengan anggukan.

Mereka semua menanti reaksi selanjutnya, tapi Keyzan belum memberi tanda-tanda akan sadar.

Alhasil, Samir mendekat ke tempat Chris merosot di lantai itu.

This is Home! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang