• BAB DELAPAN •

515 41 4
                                    

Crystal:

Good morning, Sayang :*

Jounta tersenyum sumringah ketika pesan singkat itu membangunkan lelapnya. Ia memandang sejenak menuju jendela besar di samping tempat tidurnya, matahari pagi ternyata sudah menyusup melalui celah-celah lapisan kaca itu. Jounta lalu mengetikkan beberapa huruf di layar ponselnya dengan perasaan senang bukan main.

Good morning to you, Crystal. Semalem mimpiin aku ngga? Ntar jangan lupa lunch sama aku, ya :)

Sent.

Setelah itu, Jounta memutuskan untuk segera beranjak dari ranjang. Lantas, ia mengambil handuk sekalian setelan untuk kuliah di lemari, namun tiba-tiba saja pintu kamarnya menjeblak lebar.

Cayden ada di sana dengan cengiran.

"Kebiasaan. Kenapa ngga ngetuk dulu, sih, Kak?"

Biarpun Jounta mengomelinya, Cayden tetap tak peduli hingga ia mendudukkan diri di ranjang adiknya, "Hari ini ada kelas?"

"Kenapa? Kakak mau ngajak aku jalan-jalan?"

Cayden mendecih sesaat, "Hari ini aku libur, sih. Tapi, Brazka sama Keyzan sekolah, kamu juga ada kelas. Padahal aku mau nyari topi—"

"—aku ngga ada kelas hari ini. dibatalin tadi," Jounta menyambar cepat, tapi memorinya melayang pada janjinya semalam bahwa ia akan pergi makan siang dengan Crystal jam duabelas nanti, "Eh, tapi aku ada rapat sama klub dance," Seketika itu, ia putuskan untuk berbohong, "Sori, Kak. Btw, hari ini Papa nyuruh Kakak ke kantor Papa, kan? Bukannya mau diajarin soal pengelolaan tambang?"

Cayden mengedikkan bahunya, "Kamu pikir aku tertarik gitu?"

Jounta berpaling menghadap lemarinya lagi sambil berpikir, benar juga—mana mungkin Cayden tertarik dengan hal itu sementara jurusan kuliah yang ia ambil saat ini sama sekali bukan pilihannya. Dia pun begitu. Mereka tak jauh berbeda.

"KAK!"

Tahu-tahu saja, di sela keheningan ini, Brazka muncul di tengah keduanya.

"Kak, siapa yang nganterin aku sama Keyzan hari ini?" Brazka melempar tatapan penasaran pada Cayden dan Jounta, tapi kedua kakaknya itu malah balik saling melempar tatapan tak mau terlibat, "Kalo ngga cepet-cepet, kita bisa telat, Kak."

"Kan Papa yang biasa nganter," Cayden mengingatkan kalau mengantar dan menjemput adik-adiknya itu jarang jadi tugasnya dan Jounta, "Mang Samir ke mana?"

"Papa udah berangkat duluan, ada meeting sama investor, katanya," Brazka mulai bersungut-sungut, tangannya pun sudah terlipat di depan dada, "Mang Samir lagi sakit, nih."

"Tumben Mang Samir sakit, udah ke Dokter belum, ya?" Jounta malah dengan sengaja pura-pura tak menggubris Brazka, "Yah, kalo alesan Papa itu emang udah biasa, sih."

Brazkan jadi memutar bola matanya, malas, "Bilang aja kalo emang ngga satupun dari kalian yang mau nganter kita."

Namun, seketika itu Cayden dan Jounta sama-sama tergelak, ada tawa di seisi ruangan luas ini.

"Iya, iya. Gitu aja sewot. Lagian, masa ngga inget seberapa sering aku nganter jemput kamu sama Keyzan," Cayden berseru penuh percaya diri sambil melirik Jounta, "Ngga kaya Kakak kamu yang ini, ada aja alesannya kalo disuruh nganter apa jemput. Ya, kan?"

"Enak aja. Bukan Kak Cayden doang kali. Kamu aja sampe ngga bisa ngitung udah berapa kali aku nganter jemput kalian berdua, kan?" Jounta memberi penekanan bahwa dia juga patut diakui di sini, "Coba tanya Keyzan, deh. Dia pasti belain aku."

This is Home! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang