Bab Duapuluh Tiga

386 35 11
                                    

Keyzan baru saja membuka mata saat Jounta, Brazka, dan Crystal memasuki kamar inapnya. Dia tersenyum lemah, lantas berusaha duduk.

"Kak, tolong benerin kasurnya."

Jounta sigap menekan tombol di bagian kiri bawah ranjang Keyzan sambil mengamati kesesuaiannya, "Segini? Kurang tegak apa kurang landai?"

"Udah cukup segini, Kak."

Setelah Keyzan setuju, Jounta pun menyuruh Cystal menduduki bangku di sebelah ranjang adiknya ini, "Duduk sini aja."

Crystal tersenyum, lalu menuruti Jounta, "Key, apa kabar? Gimana? Udah enakan? Udah mendingan?"

"Kak Crystal ngapain jauh-jauh ke sini? Naik apa?"

Keyzan memang sengaja menghindari pertanyaan itu sebab jawabannya sudah pasti—dia belum semembaik seperti yang selalu orang-orang asumsikan setiap ia bermalam di sini untuk beberapa hari, tidak semudah itu, tidak secepat itu, pada kenyataannya.

"Kan lumayan deket dari kampusku, Key. Naik ojol, dong."

Keyzan jadi spontan melirik Jounta, "Cowo apaan Kak Jounta kok ngebiarin cewenya malem-malem ke sini sendiri?"

Jounta menyengir, baru menggaruk tengkuknya, kikuk, "Kan aku jagain kamu, Key. Orang Papa sama Kak Cayden lagi ke rumah."

"Alesan," Brazka menyahut dari tempatnya berdiri dekat jendela sana, "Eh, Kak Crystal bawain kamu buah, Key. Ada anggur, ada jeruk, ada apel—"

"—ada cokelat juga," Keyzan tertawa, "Ngga usah disembunyiin, Kak. Keliatan dari sini, tau," Lantas, dia beralih dari mimik tertangkap basah Brazka menuju wajah kalem Crystal yang tak henti memandanginya, "Kak Crystal ngapain repot-repot bawa oleh-oleh, sih? Kaya abis liburan aja."

"Ngatur aja," Brazka menimpali lagi, kali ini terang-terangan mengunyah cokelat, "Eh, infusmu abis, ya? Aku pencetin belnya, deh."

Kemudian, Brazka bergerak menuju sekian tombol yang berjajar di atas ranjang Keyzan dan menekan salah satunya yang langsung menuju ruang perawat.

"Enak bener," Semula Jounta mau memarahi Brazka karena tak mengikuti titahnya sebelum masuk ke sini, tapi mengingat Keyzan yang tidak mau dianggap sebagai orang sakit, dia jadi membiarkan saja situasi ini berjalan apa adanya, "Bagi, dong. Masa sekotak kamu embat sendiri?"

Alhasil, kakak-kakak Keyzan itu berebut menikmati cokelat dari Crystal. Meski ada setitik rasa iri sebab tak bisa mencicipinya, Keyzan sama sekali tak ingin menunjukkan kekecewaan itu. Jadi, dia buru-buru mengalihkan, "Ih, Kak. Masa tamunya ngga disuguhin apa-apa? Ambilin es kopi di kulkas, tuh. Kan tadi Kak Cayden mesen."

"Oh, iya. Bentar," Jounta akhirnya berlalu menuju kulkas di bawah TV, lalu mengambil satu cup iced americano dan menyodorkannya untuk Crystal, "Minum aja, ngga ada yang punya, kok. Kak Cayden emang suka beli banyak-banyak, tapi ngga diabisin. Jadi, lumayan buat tamu-tamu yang jenguk Key."

Crystal tersenyum setelah menerima sodoran Jounta, baru menyeruput minuman pahit mengandung kafein ini, "Makasih," Kemudian, dia beralih lagi menuju Keyzan, "Key, cepet sembuh, ya. Ntar kalo kamu sembuh, Jounta mau ngajak kamu ke Dufan, katanya."

"Iya, Kak! Charger hp, di laci meja belajar, di kamarku lah. Masa kamar Mang Samir sama Bi Zaima, sih?"

Begitu mendengar seruan Brazka di sudut ruangan sana, mereka baru paham kalau anak itu sedang menelepon Cayden.

"Laiya! Pokoknya, ada di situ, ngga aku pindah ke mana-mana. Jangan diberantakin, loh, Kak. Ih, nyarinya pake mata, dong."

Keyzan menggeleng maklum, lalu menimpali omongan Crystal yang sempat terputus tadi, "Kalo ke Dufan, aku naik wahana apaan? Semuanya bahaya buat penderita jantung. Oh, paling cuma bisa naik bianglala, ya?"

This is Home! [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang