Keyzan menyaksikan obrolan tanpa arah Cayden, Brazka, dan Ryndzie dari atas tempat tidurnya. Ini sudah petang, sejauh mata sayunya memandangi luar jendela. Namun, pesan di layar ponsel Keyzan menunjukkan bahwa Jael dan Hedaz tidak bisa menjenguknya lantaran ada pelajaran tambahan mendadak. Ketika Keyzan menghela napas, Brazka menemukan kekecewaan itu.
"Sepet amat itu muka," ujar Brazka setelah mendekati Keyzan sambil mengunyah sandwich-nya, "Oh, pasti Jael sama Hedaz ngga jadi dateng, ya?"
"Kok tau, Kak?"
"Tadi ketemu pas aku pulang," sahut Brazka, kali ini kepayahan menelan sebab dia tiba-tiba tersedak hingga terbatuk beberapa kali, "Ya udah, sih. Kan ini rame."
Keyzan pun mengangguk, lalu memulai lagi, "Udah berapa hari aku ngga masuk sekolah, ya?"
"Halah. Kalo sakit ngga usah mikirin sekolah. Tenang aja, nanti tugasmu aku yang kerjain."
Keyzan jadi tergelak geli, "Cupu, ah. Masa apa-apa dibantuin? Kapan bisanya aku? Kapan ngertinya aku?"
"Ngobrolin apa, sih? Sengit banget."
Begitu Cayden menginterupsi, Ryndzie turut bergabung juga.
"Ayamnya ngga dimakan?" tanya Ryndzie, masih mendapati kotak chicken wings yang dia beli bersama Cayden tadi masih utuh, "Udah jamnya makan malem, kan?"
Keyzan menoleh sepintas ke atas nakas, lalu tersenyum untuk Ryndzie, "Makasih, Kak. Repot-repot amat beliin ayam. Ini Kak Brazka beli sandwich juga banyak. Ntar pas Kakak pulang, bawa, ya. Buat Yangti."
"Yangti titip salam buat kamu, Key, cepet sembuh katanya," balas Ryndzie, lalu melirik Cayden sekilas, "Kakakmu ini tadi ampe nabrakin orang-orang demi sampe sini."
"Soalnya Jounta, tuh, buru-buruin mulu."
Brazka mencebik, "Pasti Kak Cayden diomelin orang-orang."
"Salah sendiri mereka ngalangin jalan."
Karena ada nama Jounta disebut, Keyzan jadi teringat, "Kak Jounta pulang jam berapa, ya?"
"Tadi bilang udah di jalan. Paling ngapelin Crystal dulu," kata Cayden sambil mengecek room chat-nya dengan Jounta, baru mendongak lagi, "Kamu ngga tidur, Key?"
"Enak aja. Masa ada tamu ditinggal tidur, Kak?"
"Laiya," sambar Ryndzie, "Ya tamunya ini yang kudu sadar diri."
"Ih, aku ngga maksud ngusir Kakak, sumpah."
"Hayo," Brazka sengaja mengompori, "Pulangnya dianter Kak Cayden, kan?"
Ryndzie sudah menggeleng, tapi Cayden malah mengangguk.
"Tunggu dulu, Papa lagi beli makanan," Keyzan mencegah dengan senyuman memelas, sehingga Ryndzie dan Cayden jadi menukar tatapan, "Tanggung. Makan dulu aja, Kak."
Namun, Ryndzie harus dengan berat hati menolak ajakan Keyzan, "Sori, ya. Aku ngga bisa ikutan, nih. Tau sendiri, Yangti di rumah sendirian."
"Kapan-kapan aja," bela Cayden, "Kasian Yangti juga."
Alhasil, Keyzan menurut, ia tak memaksa lagi, sedangkan Brazka tidak berkomentar lebih lanjut.
"Mau aku anter sekarang?" tawar Cayden, "Keburu malem."
Sebelum menyetujui Cayden, Ryndzie beralih sejenak menuju Keyzan, ia elus lengan dengan selang infus itu sebentar, "Key, cepet sembuh, ya. Ntar kita jalan-jalan."
"Heran, deh," Keyzan mencebik sekilas, "Semua pada ngajakin aku pergi kalo semisal sembuh. Ngga Kak Crystal, ngga Kak Ryndzie, semua gitu."
Ryndzie mengernyit, "Crystal siapa? Tadi disebut mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
This is Home! [✓]
Roman pour AdolescentsKeluarga Li sudah tidak memiliki kehangatan seperti dulu. Semenjak istrinya meninggal dunia, Christophine Li atau biasa disapa Chris, tinggal dengan keempat anak laki-lakinya yang tampak seperti monster. Mereka selalu menganggapnya sebagai ayah yang...