[Deril-Julio] Siaran malam

245 20 3
                                    

Julio membuka matanya dan kini stick sumpit yang ia pegang terdapat tanda merah, melirik ke yang lainya hanya dia yang mendapatkan tanda itu.

"ARGH!!!!" teriak Julio karena dia yang harus menemani Deril siaran malam hari ini.

5 orang lainnya saat ini sedang saling bersorak gembira karena mereka tidak terpilih. Deril langsung menepuk pundak si bungsu dalam geng ini.

"Selamat adik ku"  ujar Deril menyemangati Julio untuk siaran malam ini.

"Hati - hati, kemarin ada rumor perempuan berjalan di aula olahraga," ucap Leno mulai menakut - nakuti adik kecil mereka itu.

"Aish! Jangan membuatnya takut!" ujar Deril tidak mau Lio termakan omongan tersebut.

"Benarkah?" tanya Lio penasaran

"Jangan percaya!"

"Tanya aja sama si Jeff, di kelas mereka juga ada yang liat."

"STOP!"  ucap Deril agar mereka berhenti bicara yang tidak -tidak

.
.
.

Sesuai janji saat sore hari, Julio sudah bersiap - siap. Lio sedang mengikat sepatu di teras sambil menunggu deril menjemputnya.

Mobil papah masuk ke halaman rumah, kini turun Johan dari mobil tersebut dengan muka heran.

"Mau kemana dek?" tanya Johan pada putranya yang sudah rapi.

"Siaran," jawab Lio sambil mengeluarkan ponselnya. Johan duduk di kursi kosong sebelah Lio.

"Siaran?"

"Nemenin Deril doang, Pah."

"Ohh, pergi sendiri?"

"Dijemput."

"Gamau papah anter aja?"

"Apaan sih, aku kan bukan anak kecil lagi." Muka sebal Lio membuat Johan ingin tertawa, benar - benar tidak berubah, masih saja menggemaskan seperti saat kecil.

"Yaudah ati - ati."  Setelah mengucapkan itu, suara motor Deril terdengar mendekat kemudian masuk ke halaman rumah.

Deril membuka helm dan turun untuk menyapa Johan.

"Sore om," ujar deril sambil mengepalkan tangan untuk bersalaman ala anak - anak sekarang ini, Johan membalas salam tersebut dengan menempelkan kepalan tanganya.

"Bawa pulang Lio jangan kemaleman ya."

"kek anak gadis aja ga boleh pulang malem," protes Lio merasa dia sudah seperti anak gadis dilarang keluar oleh ayahnya.

"Siap om! Sebelum jam 12 nanti aku anter balik. Oiya om, papah juga tadi bilang katanya om harus ikut futsal malem ini."

"Yah gampang nanti, yaudah ati - ati kalian berdua."

.
.
.

Deril masuk ke area gerbang sekolah, di sana sudah ada satpam yang berjaga. Karena sudah biasa, Deril hanya mengklason lalu langsung masuk ke parkiran.

Lio melihat suasana sekolah yang sepi menjadi sedikit khawatir.

"Sepi banget!"

"Ya ... udah malem, masa mau rame. "

"Gimana sih, kok lu bisa siaran malem jam segini?"

"Jadwalnya kebagian jam segini, lagian ga setiap hari siaran malem."

Lio mengekor di belakang Deril sambil memegang jaket milik Deril dengan sangat erat. Untung saja masih ada cahaya, tapi lorong menuju aula ke ruang siaran itu cukup menakutkan.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang