[Dentama Family] Ketika bayi pilih sepatu

261 23 9
                                    

Johan duduk di lantai sambil menunggu berpasang-pasang sepatu di depanya. Julio kecil kembali pada papanya sambil meletakan sepatu hitam untuk acara formal lalu kembali lagi ke tempat sepatu. Johan menata sepatu kecil di depanya sambil terseyum karena banyak sepatu lucu yang berjejer dan kini bertambah satu lagi.

"Lio mau pakai yang mana?"Lio berjongkok di hadapan sang papa tapi dia juga terlihat bingung. 

"yang ini?"Johan mengambil sepatu sandal yang biasa Lio gunakan untuk pergi bermain, tapi anak 2 tahun itu menggeleng dengan pilihan tersebut.

"yang ini?" sepatu formal hitam membuat Lio juga langsung menggeleng.

.

.

.

Yoland selesai menggunakan anting, ia merasa waktu bersiap suami serta dan anaknya sepertinya lebih lama dibanding dirinya. Akhirnya ia memilih untuk menghampiri mereka berdua.

"Kalian udah siap bel-yaampun!!!" ucap Yoland begitu menemukan keduanya di ruang wardrobe.

Yoland memijit keningnya, sekarang ia tidak mengerti apa yang dilakukan dua pria ini. Banyak sepatu berjejer di lantai dan mereka terlihat seperti sedang bermain.

Johan tersenyum diikuti Lio. "Mamah aku pusing," ucap Lio sambil menghampiri sang ibunya dan memeluk kaki jenjang itu.

"Pusing kenapa?"

"Banyak sepatu."

"Ya, kamu keluarin semua?"

"Aku lagi pilih." Tangan kecil Lio meraih tangan Yoland tak lupa sambil tersenyum. Setelah menghela napas, Yoland membiarkan Lio menggandeng dirinya dan kini ia berjongkok di samping Johan.

"Yang ini aja," ucap Yoland sambil menunjuk sepatu sendal yang sebelumnya ditunjuk Johan.

"Tadi Lio bilang gamau."

"MAU!!" Bantah keras Lio membuat Johan merasa terkhianati, ia memegang bagian dadanya seolaholah ia sangat sakit hati.

"Ah dada papa sakit, Lio kenapa gituin papah?" Yoland yang tau kalau Johan itu kadang memiliki reaksi berlebih membiarkan akting suaminya.

Lio langsung memeluk sang ayah, tentu itu yang di harapkan dirinya.

"Cium dulu cium." Lio akhirnya memberikan ciuman di pipi. Johan lalu menunjuk bibir, dan sekali lagi ia mendapatkannya.

"Lagi." Lio langsung memberontak tidak mau, ia meninggalkan Johan dan berlari ke samping ibunya.

"Udah ayok, nanti ke ulang tahunya Mariel telat loh."

Pada akhirnya Lio menggunakan sepatu pilihan ibunya, semua sepatu yang telah ia keluarkan kini ditinggal begitu saja berjejer di ruang wardrobe.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang