Berada di tengah antara dua putranya, Gallan merasa sedikit bosan. Ia melirik Rega asik menonton layar TV dan Juan juga tak jauh berbeda, hanya saja ia terus menguyah makanan ringan.
Getaran ponsel milik Gallan membuat sang pemiliknya mengecek. Sebuah notifikasi chat dari grup para tetangga, membuat Gallan tersenyum sumringah
"Ada yang mau nongkrong ngga?" Rega dan Juan sama - sama melirik ke ayah mereka.
"Nongkrong dimana? Sama siapa?" tanya Juan sedikit penasaran.
"Tempat biasa sama om Tian sama om Yoga, ada Era sama Deril juga." Juan langsung menatap ayahnya dengan wajah curiga. Si anak bungsu ini tau, papahnya ingin minum alkohol dengan yang lainya.
Gallan langsung menjentikkan jarinya ke kening Juan, ia tau apa yang putranya itu pikirkan.
"Ikut ga?" tanya Gallan kembali.
"Ogah." Juan langsung berdiri dari sofa, pergi dari ruang tengah menuju kamarnya.
Gallan kini menatap satu putranya lagi. Dibandingkan Juan, Rega memiliki banyak sifat yang mirip dengan Gallan. Sayangnya, kaki Rega belum lama ini terkilir sehingga harus dibalut dengan perban.
"Kamu gimana?" Rega melirik ke kakinya.
"Halah, kecil itu." Gallan menepuk pundak putra pertamanya.
"Bisa di atur, yuk siap - siap!" Gallan sudah berdiri dan merangkul lengan Rega.
"Tapi pah, nanti kalau ketauan mamah gimana?"
"Bilang aja nonton live music, kamu jangan minum di sana."
Rega dengan muka sinis menatap Gallan. Tangan Gallan melepaskan lengan Rega.
"Nongkrong ga cuma minum, kita nikmatin suasana di sana, oke?" Rega menghela napas tapi kemudian mengulurkan tanganya sebagai tanda setuju.
.
.
.
Juan mendengar suara mobil sang mamah. Ia ingin berdiri tapi saat ini adalah masa kritis mengedit foto, karena baru saja ia mendapatkan feels untuk melakukanya.
Selang beberapa menit, mamah dengan masih menggunakan riasan dan kemeja duduk di sofa kamar Juan.
Juan merasa, mamahnya sedang tidak pada mood yang baik. Juan memilih pura - pura tidak tau terlebih dahulu.
"Kakak sama papah kamu dimana?"
"Gatau mah, aku dari tadi ngedit foto terus." Juan sedikit mencuri pandang pada mamah untuk mengetahui raut muka apa yang mamahnya miliki.
"Kamu mau ngelindungin mereka?" Juan terdiam sejenak, ia lalu bersandar pada punggung kursi.
"Adek," ucap mamah dengan nada yang serius.
Sambil meletakan tangan pada dagu, Juan mulai berpikir bagaimana menyampaikan pada mamahnya.
"Aku sih ... Cuma denger katanya mereka mau nongkrong."
"Nongkrong? Jam segini?"
"Hm ...mungkin sambil minum." Mamah terlihat langsung membuka ponselnya.
"Mah, inget ... Informan harus dilindungi."
Mamah menatap putra bungsunya. "Kita liat nanti."
"Mah...!"
.
.
.
Gallan minum terlalu banyak, ia merasakan tubuhnya sudah mabuk. Rega berusaha menyadarkan sang ayah saat pesan masuk dari mamahnya muncul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak