[Leno-Liam] Hubungan yang rumit

85 8 0
                                    

William dan Leno duduk bersama di dalam tenda. Keponakan yang sudah mulai beranjak dewasa, baru saja menagih janji sang paman untuk pergi camping bersamanya.

"Aku bawa hadiah om," ucap Leno sambil meletakan whiskey besar di hadapan mereka berdua.

"Kalau ketauan papah sama mamah kamu bisa kena marah nanti."

"Aku tunjuk om sebagai pengacara aku buat ngebela di hadapan papah sama mamah nanti." Sambil tertawa, Leno harus menerima jeweran di telinga kirinya.

Mereka berdua bersulang sambil menikmati suara rintik hujan yang mulai turun.

"Om, aku belum bilang siapa-siapa jadi om orang pertama yang bakal aku kasih tau." Leno terlihat sedikit sombong saat akan memberitahukan rahasianya.

"Aku dah punya pacar." William meneguk whiskey dalam gelasnya. Ia tersenyum tanpa mengucapkan apapun.

"Om! Ucapin sesuatu dong!" protes Leno yang terlihat lucu di mata William.

"S.E.L.A.M.A.T." William dengan sengaja mengucapkan sambil menampilkan wajah meledeknya.

Leno terlihat sekali terganggu dengan ulah William. Ia kembali menuang whiskey ke gelas sendiri dan langsung meneguknya.

"Jangan ambil keputusan dalam hubungan waktu emosi, dan pikirin mateng-mateng, kalau ga mau nyesel." Ucapan William terdengar begitu bijak. Leno melirik pamannya sedikit penasaran. Ia ingat jika William pernah menikah, tetapi tak lama.

"Om kangen mantan istri om ya?" William dengan percaya langsung menggelengkan kepalanya. 

William mengambil whiskey dan menuangkan ke dalam gelas. Ia lalu mengangkat gelasnya untuk bersulang. Leno melakukan yang pamannya itu lakukan.

"Itu cuma pernikahan politik, Ada satu cewe yang ga pernah bisa om lupain. Yah, mau gimana? Om kamu ini sebenernya cuma cowo pengecut." Wajah William mengisyaratkan sebuah kesedihan, membuat Leno tidak mengucapkan sepatah katapun.

"Tapi, Om rasa pilihan yang om ambil ga buruk-buruk amat. Apalagi punya ponakan kayak kamu."

Ditengah hujan yang semakin deras mereka lanjut minum untuk taruhan, sampai akhirnya William kalah.

.

.

.

Leno mengetuk pintu ruang kerja ibunya.

"Mah, Leno masuk ya?"

"Masuk aja Len."

Leno terlihat ragu, tapi ia penasaran. Elisha yang sadar dengan tingkah Leno mengerutkan dahinya.

"Kamu kenapa?"

Leno langsung mendekat, ia menarik kursi di depan meja kerja ibunya.

"Mah, kok...." Leno menjeda ucapannya, Elisha jelas makin bingung.

"Kok, om manggil nama istrinya om Gallan ya?"

Elisha memijat keningnya. Ia merasa adiknya pasti membuat ulah.

"Kamu belum tanya ini ke siapapun kan?" Leno langsung mengangguk.

"Jauh sebelum om Gallan sama tante Serin, Om kamu itu tunangan dari tante Serin." Leno terdiam dan mencoba memproses informasi dari ibunya.

"Bentar, Kok bisa sih? Padahal kan udah tunangan tinggal nikah? Rumit amat si.!"

"Ga rumit kalau kamu lebih gede nantinya, namanya juga hidup, kita gatau siapa jodoh kita kan?" Leno menunduk, ucapan ibunya tidaklah salah, hanya saja Leno merasa kasihan pada pamannya sekarang.

"Leno."

"Ya mah?"

"Jadi kamu camping atau mabuk mabukan kemarin?" Leno langsung berdiri dari kursinya, ia tak mau menjawab pertanyaan satu itu.

.

.

.

Leno dan Juan sedang main bersama di warnet. Makanan Leno datang duluan, Ia segera membuka bungkus sumpit dan menyantap mie pesanannya.

"Bagi dong." ucap Juan sambil masih bermain game. Leno kemudian menyuapi sahabatnya itu.

"Lu kalau mau rate om gue berapa?"

"Ha? Dah gila lu ya?!" Masih sambil menguyah makanan di mulut, mata Juan melotot karena game karakternya baru saja di bunuh pemain lain.

"Maksud gue penilaian lu sebagai anak kalau punya bapak kayak om gue, pikiran lu jangan aneh aneh!"

Juan terdiam sejenak. "Hm, om lu kaya, ganteng, badanya bagus, keren, asik diajak nge-game, jadi mungkin 7/10."

"Kok kaga 10/10?"

"Yang sempurna itu Tuhan, terus yang terpenting bagi gue itu nyokap, gue ga bisa nilai karena ga kebayang aja om lu sama nyokap gue."

Leno terlihat memikirkan sesuatu membuat Juan bingung. Juan ingin bertanya, tetapi pelayan warnet mengantarkan pesanan nasi katsu miliknya. Semua itu membuat Juan langsung melupakan apa yang dia ingin tanyakan.

"Hah, dunia kenapa sempit amat," gumam Leno dengan lirih.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang