Jika diumur yang sekarang, mungkin akan sulit membedakan perbedaan umur antara Rega dan Juan. Mereka terlihat sama seperti anak kembar di usia remaja saat ini. Padahal, dulu sangat terlihat perbedaan perkembangan keduanya karena jarak kelahiran berbeda hampir 1 tahun.
Rega kecil walau belum bisa bicara lancar selalu memberikan waktu untuk bicara dengan adiknya yang ada di dalam perut. Rega juga selalu mencium dan mengusap usap perut mamahnya seolah sedang berkomunikasi dengan adik kecilnya.
Karena perut mamah nya yang semakin membesar,Rega yang biasa digendong mamahnya mulai jarang digendong. Hal itu membuat rasa bersalah mamah pada Rega menjadi sangat besar. Namun, semua juga demi keselamatan semua karena saat itu kondisi fisik mamah juga semakin menurun karena kehamilan nya.
Di masa masa menjelang persalinan, entah kenapa Rega menjadi sangat manja pada mamahnya. Bahkan Rega terkadang tidak mau dipegang oleh papahnya sendiri.
Seharusnya mamah masuk ke rumah sakit seminggu sebelum waktu perkiraan melahirkan untuk menjaga kondisinya. Namun, karena Rega yang tidak bisa ditinggal dan mamah juga tidak ingin Rega berada di rumah sakit, diputuskan untuk setiap hari ada dokter yang datang untuk mengecek keadaan mamah.
Gallan sendiri sebagai seorang ayah dan suami hanya bisa mengikuti keinginan istrinya. Gallan yang terlihat santai sebenarnya memiliki beban yang berat dalam hatinya. Dia tau resiko untuk persalinan kedua istrinya serta Rega yang sepertinya sulit dipisahkan dari mamahnya. Semua hal itu menjadi sebuah beban tersendiri bagi Gallan jika terjadi hal yang sangat tidak di inginkan.
.
.
.Hari itu, entah kenapa Rega benar benar merengek untuk digendong, bahkan sudah berusaha ditenangkan Rega sama sekali tidak mau. Hati seorang ibu tentu saja tidak tega melihat anaknya seperti itu. Walaupun Gallan melarang istrinya, sang istri lebih memilih menuruti keinginan putranya untuk kali ini saja, lagi pula sudah sangat lama ia tak menggendong putranya itu.
Rega terpejam dalam gendongan mamahnya, tapi hal tak terduga adalah kontraksi yang lebih awal dari prediksi harus dirasakan mamah saat ia sedang bersama Rega. Mamah saat itu masih dengan posisi berdiri, ia yang takut Rega kenapa kenapa segera memanggil pengasuh Rega dan menyerahkan putranya, serta meminta untuk dipanggilkan suaminya.
Walau hanya berbeda beberapa menit. Gallan menemukan tubuh istrinya yang tergeletak dilantai. Tentu saja semua pikiran Gallan menjadi sangat kacau. Namun, ia harus bisa memutuskan semua dengan cepat. Gallan segera menggendong tubuh istrinya, ia keluar dan berniat untuk segera membawa istrinya ke rumah sakit.
Sebuah kebetulan, saat itu Tian sedang membawa mobil dan berbincang dengan Yoga di halaman. Melihat Gallan yang panik dan membawa istrinya dengan segera Yoga serta Tian membantu Gallan.
.
.
.Tian menyetir mobil dan Yoga menghubungi rumah sakit. Baru kali ini Tian melihat Gallan sangat gelisah. Seumur hidupnya bertemu dengan Gallan ia tak pernah melihatnya seperti itu, bahkan saat kelahiran putra pertamanya, Gallan terlihat sangat tenang. Akan tetapi, sekarang ia melihat seorang Gallan yang menggenggam tangan istrinya dengan kuat dan wajah penuh kekhawatiran.
Sampai di rumah sakit deretan dokter sudah berjajar dan bersiap, tentu saja ini karena istri Gallan adalah VVIP di rumah sakit tersebut.
Jika tidak ditahan oleh Yoga, Gallan mungkin ingin ikut masuk ke ruang dimana istrinya di bawa. Saat itu semua pikiran terburuk Gallan datang dan ia juga tak bisa berpikir dengan baik.
Tian serta Yoga terus berada di samping Gallan, Yoga menghubungi istrinya untuk memberitahukan kondisi yang terjadi serta mertuanya untuk meminta mereka menjaga Rega.
Sebelum kakek dan nenek Rega datang, Tian meminta istrinya untuk menjaga Rega terlebih dahulu, karena saat itu Istri Yoga harus menjaga Deril.
Selain mereka bertiga, Willy, kakak dari istri Gallan datang dengan muka yang cemas. Ia mendapat kabar dari pihak rumah sakit tentang kondisi adiknya. Tak lama mertua Gallan juga datang kesana, disusul para sahabat Gallan mulai berdatangan
Karena hanya boleh 3 orang saja yang berada di dekat ruangan, akhirnya hanya ada Gallan, Willy serta Yoga disana.
.
.
.
Ketika dokter keluar ruangan, sebuah kabar buruk yang terbayang dalam pikiran Gallan ternyata benar benar terjadi. Pilihan antara istri dan anaknya, dengan sangat berat Gallan memilih anaknya sesuai wasiat dari istrinya. Tentunya Willy sangat tidak terima
"BAJINGAN! KAU LEBIH MEMILIH ANAK MU KARENA DIA MEMILIKI DARAH MU HA?!! KAU MEMBIARKAN ADIK KU MATI?!"
"BANGSAT!JIKA INI BUKAN PERMINTAAN SERIN! AKU JUGA TIDAK MAU MEMILIH PILIHAN INI!"
Jika tidak ada Yoga, mungkin akan terjadi hal lebih buruk dari adu mulut ini, namun pada akhirnya kedua laki - laki ini bisa tenang.
.
.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak