Karena sedang libur, Leno tidur bersama dua orang tuanya. Mereka menggunakan piyama tidur yang sama berwarna biru.
"Tadi di sekolah ngapain aja?" tanya Elisha penasaran dengan aktivitas si kecil.
"Hmm tadi ditanya cita-cita." Baryu mengangkat satu alisnya karena penasaran.
"Gimana coba pas kamu ditanya sama Bu guru, papah mau tau."
"Ya, gurunya tanya, kamu kalau gede pengenya jadi apa? Terus aku jawab mau jadi kayak papah!" ucap Leno dengan bangga. Wajah Baryu berseri senang mendengar sang anak ingin menjadi seperti dirinya.
"Loh kamu ga mau jadi kayak mamah?"
"Gamauu!" jawab Leno dengan memanjangkan kalimat dibelakang.
"Kenapa ga mau?"
"Mamah belajar mulu, aku ga suka!" Baryu langsung tertawa, tetapi perasaanya menjadi tidak enak.
"Terus kenapa mau jadi kayak papah?"
"Papah banyak main, ga kayak mamah." Wajah cerah Leno berbanding terbalik dengan Baryu. Sepertinya anaknya tidak mengerti pekerjaannya.
"Kok kamu bilangnya main mulu?"
"Papah di depan komputer terus! Kan om Liam sama papah kalau di depan komputer main!"
Elisha berusaha menahan tawa dengan mengalihkan pandanganya. Baryu segera mencubit pipi Leno. Putranya sudah salah paham dengan pekerjaan sang ayah.
"Papah kalau di depan komputer ga cuma main game, papah juga kerja, kamu kira desain papah buat itu nge-game?"
Baryu yang terlanjur gemas mulai memainkan pipi Leno seperti adonan kue, tentu saja anak itu berteriak memberontak.
.
.
.
Leno kecil sedang mengutak-atik mobil mainannya yang tidak dapat bergerak. Ia akhirnya menyerah dan membawa mobil itu ke ruang kerja sang ayah.
"Pahh, papah." Panggil Leno dengan manja ketika membuka pintu. Walaupun baru di taman kanak-kanak, ia sudah cukup tinggi.
Dengan hanya kaus kutang dan celana pendek, Leno langsung berlari ke ayahnya dan memberikan mobil-mobilan ke tangan sang ayah.
"Gamau jalan."
"Baterainya kali habis?" Leno menggeleng dengan kuat. Ia baru mengganti baterai mobil-mobilnya itu.
Baryu akhirnya berdiri dari kursi kerja dan mengajak si anak untuk pergi mencari solusi.
.
.
.
Elisha yang baru bangun, samar-samar mendengar suara sang anak. Ia keluar dari kamar dan menemukan Baryu serta Leno sedang membongkar mobil mainan.
Elisha mendekat dan memperhatikan, Leno memberikan banyak pertanyaan yang dengan sabar di jawab oleh Baryu.
Rasa penasaran pun muncul pada diri Elisha. "Kamu bongkar begitu nanti ga bisa pasang lagi."
Dua lelaki ini langsung menengok. Leno kemudian melihat ke ayahnya.
"Lah, waktu kuliah aja aku desain mobil ukuran kecil, masang beginian mah ah, gampang"
"Aku mau buat roket!" Hal konyol keluar dari mulut kecil Leno membuat ayah serta ibunya kini bingung.
"Kalau kamu mau buat roket, kamu harus belajar yang giat." Wajah Leno langsung lesu.
"Ga kok, ga sulit, papah tau anak papah pasti bisa."
Elisha hanya bisa tersenyum getir, ayah dan anak yang sangat bersahabat ini kini saling mengangkat tangan sambil berteriak bahwa mereka pasti bisa. Tentu saja, Elisha merasa sedikit tersingkir.
"Ih jadi dokter aja seru!"
"Ga mau!"
Tanpa mereka sadari, William baru datang sambil membawa oleh-oleh dari luar kota.
"Yaudah jadi pengacara gimana?"
"GA!" jawab anak dan ibu kompak. Baryu yang sedang memegang rangka mobil mainan Leno hampir menjatuhkannya karena tertawa mendengar penolakan dari ibu dan anak ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak