Leno dengan sabar menunggu ayah serta pamannya di tempat gym. Sudah 5 tahun dia hidup dan terbiasa dengan kebiasaan dua orang dewasa ini. Leno dengan tenang menunggu sambil meminum jus buah buatan sang ibu.
Leno yang bosan akhirnya menghampiri sang ayah yang sedang melakukan pull up. Semua otot jelas terlihat, tapi Leno sama sekali tak mengerti kenapa sang ayah senang sekali melakukan hal itu.
"Kenapa sayang"
"Papah kapan selesai?" Baryu melihat ke arah jam, sekitar 10 menit lagi mungkin ia harus menyudahi.
"Hmm, 10 menit." Leno mengangguk dan pergi, ia melihat sang paman sedang dalam posisi terlentang.
Leno menghampiri William yang kini sedang mengangkat barbel dengan kedua tangannya.
"Om ngapain?"
"Olahraga."
"Biar apa?"
"Biar sehat."
"Emang om sakit?" William ingin tertawa tetapi ia berusaha menahannya karena beban di tanganya masih berada di atas.
William meletakan bebannya, ia kini mengambil posisi duduk dan memperlihatkan otot lengannya.
"Om ga sakit, tapi olahraga biar sehat dan bentuk otot, liat nih kayak punya om."
"Otot buat apa?"
"Biar kamu bisa makan apa aja." Leno terdiam sejenak, ia mulai berpikir semua makanan kesukaan yang dapat ia makan.
"Apa bedanya? Aku juga bisa makan apa aja?" William tersenyum, ia lalu mencolek perut keponakanya yang menggemaskan.
"Kalau orang biasa ga pernah olahraga cuma bisa makan satu, tapi kalau kamu banyak otot, kamu bisa makan lebih banyak."
Sedang berpikir, Baryu datang dan mengusap rambut putranya.
"Kalau kamu mau jadi laki-laki sejati, kamu harus punya otot kayak papah sama om kamu." Leno kini melihat ke wajah ayahnya.
"Kenapa?"
"Ya emang gitu."
"Nanti kalau kamu gede, bakal banyak cewe yang suka."
"Kayaknya masih kejauhan deh lu ngomong gitu ke Leno."
"Gapapa, harus di latih sedari dini," ucap Baryu mengangkat Leno ke pelukannya.
Mereka berdua tidak tau bahwa bayi kecil ini sedang memproses beberapa informasi yang sepertinya akan membuat dia salah paham
.
.
.
Leno bersandar pada bahu ibunya dan mendengarkan dongeng sebelum tidur.
"Pada akhirnya, Moni tumbuh menjadi lelaki yang sehat, selesai."
"Moni bukan lelaki yang sehat!"
"Kenapa gitu?"
"Kata papah sama om, lelaki harus berotot! Kalau ga berotot berarti ga sehat!"
Elisha hanya terdiam dan mendengarkan walau dalam batinnya ia ingin memarahi dua manusia yang mengajari anak lelakinya tidak benar.
"Emang papah sama om Liam ngomong apa?"
"Hmmm.... Cowo harus berotot!" ucap Leno dengan percaya diri.
Elisha mencubit hidung Leno, ia kemudian mengecup keningnya.
"Sayang, otot emang bagus tapi ga harus sampai kayak papah sama om kamu."
"Tapi kalau aku punya otot kaya papah sama om, aku bebas makan apa aja sepuasnya."
.
.
.
Baryu yang sedang bermain game di ponsel kaget karena sang istri menutup pintu dengan keras. Wajahnya juga terlihat sedang tidak baik-baik saja.
"Leno dah tidur?" tanya Baryu untuk sedikit basa-basi, tak lupa ia langsung menaruh ponselnya. Elisha hanya mematikan lampu dan kini suasana menjadi gelap.
Baryu melihat sang istri tak menjawab membuat ia membatin sepertinya ada yang salah.
Elisha menarik selimut membelakangi sang suami. Tentu saja Baryu tau istrinya sedang marah, tapi dia tidak mungkin diam saja. Dengan lembut Baryu memeluk sang istri dari belakang.
"Kenapa? Jangan diemin aku dong, kamu kan tau, aku mana ngerti salahnya dimana kalau kamu ga ngomong." Elisha menyalakan lampu tidur.
Elisha membalikan tubuhnya, wajah tampan sang suami yang tidak bisa di bantah kini menjadi seperti anak kecil. Ia ingin marah tapi mata bulatnya yang seperti anak kecil mengingatkan ia pada Leno.
Elisha menghela napas. "Aku tau kamu sama si Liam hobi olahraga dan cinta otot-otot kalian ini," ucap Elisha sambil menunjuk otot lengan suaminya yang sudah ia anggap terlalu berlebihan.
"Ajarin Leno biar suka olahraga boleh, tapi jangan bikin dia salah konsep, masa tadi dia bilang kalau cowo itu harus berotot, dia tuh mikirnya kalau mau sehat dan jadi cowo harus berotot, itu kan udah salah Baryuuuu!"
Wajah kesal Elisha mirip dengan Leno saat kesal, itu sebenarnya imut menurut Baryu. Namun, ia sadar putranya sudah salah mengartikan sesuatu, walau sebenarnya tidak salah juga. Lelaki memang perlu otot yang bagus.
"Iya maaf, nanti aku jelasin yang bener ke Leno," ucap Baryu sambil mengusap pipi istrinya.
"Tapi ga salah juga kan kalau cowo berotot lebih bagus?"
"Baryu!!" Baryu langsung mencium bibir istrinya untuk membungkam. Itu adalah hal menyenangkan walau nanti ia akan kena marah lebih lanjut.
.
.
.
Bertahun tahun kemudian,
Tiga pria dengan kaos tanpa lengan memperlihatkan otot-otot mereka. Tentu saja itu adalah Baryu, William dan Leno.
"Mau kemana kalian?" tanya Elisha sambil membawa sarapan di piring.
"Ke Gym mah."
Elisha hanya membatin, sepertinya doanya tidak dikabulkan. Putranya sama saja terobsesi dengan otot, mungkin karena diasuh dua pria ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanficKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak