Baby Leno baru saja memejamkan matanya dalam dekapan mamahnya, Elisha. Wajah mungil Leno membuat sang mamah tersenyum saat melihatnya.
Susana ruang tengah begitu sepi karena di rumah ini hanya ada dirinya saja. Baryu belum kembali dari tempat kerja, ditambah pembantu serta baby sitter baru saja pulang.
"Yah.. Leno tidur"Suara dari pria berparas tampan yang tak lain adalah adik dari Elisha terlihat kecewa, William terlihat ingin bermain dengan keponakannya itu.
"Kok aku ga denger kamu masuk will?" Ujar Elisha pada sang adik karena ia tak mendengar suara kendaraan atau pintu dari tadi.
"Aku sama supir, terus pintu kakak tuh kebuka." William duduk di samping sang kakak sambil tangannya mengusap pipi Leno.
"Astaga aku lupa " Elisha baru sadar ia lupa mengunci pintu.
"Will, tolong ambilin makanan kakak di dapur." Tanpa perlu dua kali perintah, William langsung berdiri dan melaksanakan perintah sang kakak.
Baby Leno mulai menggeliat, ia seperti akan terbangun. Dengan pelan, Elisa menepuk - nepuk pelan tubuh kecil Leno.
"Kakak makan dikit banget," ucap William sambil membawa piring makanan milik kakaknya. Ia lalu meletakan di meja yang ada di hadapan kakaknya.
"Itu ga dikit, Will tolong jaga Leno dulu." Meski sedikit kaku, William dengan hati - hati kini mengambil Leno dari mamahnya.
William tersenyum melihat wajah keponakannya, padahal jika dengan bayi - bayi lainya ia tidak pernah seperti itu, apakah karena Leno adalah keponakannya itu menjadi berbeda.
"Bukan kah Leno sangat tampan?" ucap William dan dibalas dengan tatapan heran sang kakak.
"Serius ...," ucap William menekankan perkataannya itu benar.
"Engga ah."
"Diantara bayi - bayi yang aku liat, cuma Leno yang ganteng gini"
"Hiperbola."
"Eh ... Ada lagi sih."
"Ha?" Sambil mengunyah makanan nya, Elisha tak begitu paham pikiran adiknya tapi beberapa detik kemudian dia paham.
"Will ...."
William hanya tersenyum, ia tau kakaknya sudah mengerti maksudnya.
"Oh iya, tadi aku ngeliat salah satu istri temen kak Baryu di kantor"
"Yang mana?"
"Hmm ... kayaknya istri kak Johan deh" Elisha terdiam.
"Tadi si bareng Bu Wina" Elisha paham, Firma hukum keluarganya, jika ditangani oleh Wina kemungkinan besar adalah perceraian.
"Will"
"Ya?"
"Jangan ngomong soal ini ke Baryu."
"Tenang aja, itu rahasia perusahaan."
Suara pintu terbuka membuat William dan Elisha kini bersamaan melihat Baryu yang baru kembali dari kantor.
Setelan kemeja biru yang kini sudah tergulung bagian lengan memperlihatkan otot lengan Baryu. Papah muda satu ini tersenyum melihat istrinya yang tersenyum padanya.
"Udah disini aja," ucap Baryu yang pasti tertuju pada William.
"Hiburannya di sini."
"Anak gue bukan hiburan." Baryu berjalan makin mendekat dan langsung mencium kening istrinya.
"Ciri - ciri istri prioritas," sindir William pada Baryu karena kakak iparnya itu melewati Leno yang posisinya tadi lebih dekat dari arah Baryu berjalan.
Tanpa terbebani ,Baryu duduk di samping sang istri dan meletakan lengannya di belakang punggung istrinya.
"Nikah sama cewe yang lu suka, nanti lu paham."
"Sulit."
"Kenapa?"
"Nunggu jandanya lama."
"HEH!" William membuat kakak iparnya itu melotot. Namun, hanya senyuman tanpa dosa yang William perlihatkan pada sang kakak.
Baryu mengalihkan pandangannya, dia tidak mau ikut campur urusan saudara ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak