[Gallan Family] Permen kapas kakak

185 15 2
                                    

Terlihat bosan dengan acara Tv,
Gallan kini memperhatikan Juan yang baru berusia 2 bulan dalam dekapannya. Juan memiliki bulu mata yang panjang seperti dirinya dan kini, entah apa yang ada dalam mimpi Juan, ia tersenyum dalam tidurnya.

Gallan gemas melihat kelakuan putra bungsunya, rasanya ingin mencubit pipi putih Juan dengan gemas.

"PAPAAAAH!!" teriakan Rega terdengar sangat nyaring. Gallan langsung menengok ke belakang dimana Rega berlari ke arahnya setelah turun dari gendongan sang mamah.

Rega berlari sambil membawa sebuah permen kapas di tangan. Wajah cerianya menunjukan dia senang setelah pergi jalan - jalan dengan mamahnya.

"Pelan - pelan, Kak." Gallan menggunakan satu tanganya lagi untuk membantu Rega yang ingin naik ke atas sofa.

Tidak langsung duduk, Rega masih berdiri dan menunggu mamahnya untuk segera ke tempatnya juga. Gallan tetap menjaga agar Rega tidak jatuh sambil tetap menjaga satu bayinya lagi yang tertidur.

"Kamu beli dimana?" Rega menunjuk arah luar, tetapi matanya masih fokus pada sang mamah.

Saat mamah kini ada di dekatnya, Rega langsung melompat tanpa pikir panjang. Tindakan spontan Rega memang sering membuat Gallan maupun sang istri harus siap - siaga.

"Kakak...," ujar Gallan dan sang istri bersamaan. Namun, wajah tanpa dosa Rega membuat dua orang dewasa ini hanya bisa menghela napas.

Tidak lama dalam pelukan sang mamah, Rega menghampiri papah dan adik kecilnya.

Rega bersandar di pundak papahnya sambil melihat Juan yang masih tertidur.

"Papah," panggil Rega sambil menyodorkan permen kapasnya ke muka Gallan.

"Mau makan permennya?"

"Ya!" Mamah segera mengambil Juan. Gallan lalu merangkul Rega dan membawanya ke pelukan.

Gallan mencium pipi Rega dengan gemas dan membuat Rega juga tertawa senang.

Karena sedikit berisik, mata Juan terlihat terbuka. Mamah yang menyadari si bungsu terbangun memberikan kecupan di kening Juan.

"Adek!" ucap Rega saat menyadari adiknya terbangun. Rega ingin menyentuh Juan tetapi Gallan menahan tubuh Rega dalam pelukannya membuat Rega berteriak keras agar dilepaskan.

Gallan melepaskan Rega karena tatapan istrinya sudah menakutkan. Rega turun ke bawah dan menghampiri Juan untuk memberikan ciuman di pipi adik kecilnya.

Karena memberikan ciuman terus menerus membuat Juan menangis, Gallan terpaksa mengangkat tubuh kecil Rega agar berhenti.

"Yuk makan permen kapasnya dulu, adek mau minum susu dulu."

Walau sedikit ngambek tapi sepertinya Rega setuju.

.

.

.

Baru beberapa menit berlalu, suara langkah kecil Rega terdengar dan membuat mamah melihat ke belakang dimana Rega berlari sambil menangis.

"Mamah...!" panggil Rega sambil menangis yang disusul Gallan.

Sambil menahan sedikit sakit karena sedang menyusui Juan, Mamah harus mengurusi putra pertamanya.

"Kenapa sayang, sini ke mamah."

"Papah jual!"

"Papah dijual?"

"Iya...!" Anak 14 bulan yang menangis ingin membuang ayahnya sendiri membuat Serin ingin tertawa.

"Ih masa papah dijual?" Gallan berusaha menyentuh putranya tetapi selalu di tolak dan membuat tangisan Rega makin keras.

Rega naik ke sofa sambil berusaha menyelip di belakang tubuh mamahnya.

"Kenapa? Kakak marah sama papah?" Rega mengangguk sambil memeluk punggung mamahnya.

Satu anak menangis, satu lagi sedang menyusu dan suami yang kini masih bisa tertawa setelah membuat anaknya menangis. Serin berusaha bersabar menghadapi situasi seperti ini.

"Kamu ngapain Rega sih?"

"Aku ga ngapa - ngapain, tadi dia yang minta permennya di cuci ya aku biarin aja."

Mendengar tentang permen, tangis Rega makin keras. Mamah paham, memang sang suami yang cari gara - gara.

"Papah minta maaf, yuk cari permen yang baru," bujuk Gallan sambil berusaha menyentuh tangan Rega namun langsung di tepis.

"Rega ga mau sama papah?" Rega mengangguk masih dengan tangan kecilnya yang memeluk punggung mamah, hanya saja tangisannya sudah lebih mereda.

"Yaudah yuk sama mamah." Juan yang selesai meminum asi kini berpindah dalam gendongan Gallan.

Setelah merapikan pakaian, tubuh Rega kini dalam gendongan sang mamah. Mata merah dan sisa air mata di pipi Rega masih terlihat jelas.

"Maafan dulu sama papah." Gallan sudah mengulurkan tanganya karena satu tangan lainya menjaga tubuh Juan dalam gendongannya. Namun, wajah Rega terlihat jelas tidak senang.

"Kakak ...." Rega menjabat tangan besar papahnya tapi langsung menariknya kembali. Kini Rega memeluk tubuh mamahnya dengan manja.

.

.

.

Rega kembali ke rumah dengan membawa permen kapas yang baru bahkan bertambah satu buah dari sebelumnya. Sampai di dalam rumah, hal pertama ia lakukan adalah mencari papahnya.

"Papah!!" Mamah ingin heran tapi memang begitu anaknya, padahal beberapa menit sebelumnya ingin menjual sang ayah, tetapi kini sudah mencarinya lagi.

Gallan keluar dari kamar Juan dan melihat Rega dengan permen baru.

"Wah permen baru, papah minta." 

"No!" Rega mengatakan hal tersebut tapi ia kemudian menjulurkan lidah seolah meledek sang papah.

Gallan yang melihat tingkah putranya tidak tinggal diam, Gallan segera mengejar Rega yang kini berlari untuk berlindung di balik tubuh sang mamah.

"Kalau ada yang nangis mamah ga ngurusin loh ya." Gallan berhasil menangkap putranya dan menggendongnya.

"Siapa yang nangis ya?"

"Mamah!"

Serin hanya bisa tersenyum, memang lelaki di rumah ini memiliki kelakuan yang sama.




Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang