[Dentama Family] kakak ?

340 14 0
                                    

Suasana malam hari terasa lebih dingin dibanding biasanya. Julio kecil yang kini berusia 5 tahun masih dengan nyaman berada dalam pelukan mamahnya. Dengan menyandarkan kepalanya pada dada mamahnya yang bersandar pada bantal ditopang oleh punggung kasur. Tangan kecil Lio bermain dengan rambut mamahnya, terlihat mata sayu tanda Julio sebenernya sudah mengantuk.

Seharusnya ini memang jam tidurnya, tetapi entah kenapa meski sudah dibacakan dongeng dua mata itu tidak mau berkompromi.

"Mah ...," ujar Lio lirih masih sambil memainkan rambut mamahnya.

"Aku ingin seorang kakak," sambung Lio.

Tanpa disadari, Johan yang awalnya akan masuk ke dalam kamar terhenti. Ia mendengar ucapan putranya itu membuatnya ragu untuk masuk.

Johan mengintip dari celah kecil pintu yang sedikit terbuka. Ia melihat tangan sang istri mengusap - usap rambut Lio dengan lembut dan memperlihatkan wajah tersenyum tapi mata yang terlihat sedih.

"Kamu memilikinya, tapi mereka sekarang ada di tempat yang sangat jauh."

"Mereka? Aku memiliki lebih dari satu?"

"Uhm."

"Mengapa mereka pergi ke tempat yang sangat jauh?"

"Hm ... karena disana mereka seharusnya,"

"Kenapa mereka meninggalkan ku?" Lio berhenti bermain rambut mamahnya, ia lalu melihat ke atas ke arah mamahnya.

"Mereka tidak meninggalkan mu, mereka selalu mengawasi mu." Lio  mengerutkan keningnya.

"Mamah berbohong."

" Mamah tidak berbohong sayang."  Lio menghela napasnya seolah - olah ia tak puas dengan jawaban mamahnya.

"Lalu seperti apa mereka?" Kini mata sayu Lio kembali melebar, ia nampak sangat tertarik dengan percakapan kali ini.

"Mereka tampan dan cantik seperti papah" Lio dan mamah langsung memandang ke arah Johan yang masuk ke dalam kamar.

"Benarkah?"

Johan kini berada di samping sang istri dan mengambil tubuh Julio untuk berada dalam pelukan nya.

"Kakak pertama mu mungkin bisa tampan atau cantik, tapi kakak kedua mu itu sangat cantik"

"Apa maksud papah, aku tidak mengerti" Julio nampak protes karena  kata kata papahnya tak dapat dia pahami.

"Suatu saat kamu akan mengerti"

"Kenapa harus suatu saat, jelaskan sekarang!" Johan hanya tersenyum melihat putranya itu protes. Namun, tidak terlihat ia akan mengabulkan keinginan putranya

"Sekarang waktunya tidur" ujar Johan kini menggeser posisinya dan membuat tubuh Lio berbaring di tempat tidur serta menyelimutinya.

"Mah...!" teriak Lio berusaha melepaskan pelukan papahnya yang tak mau melepaskan Lio di posisi tiduran sekarang. Johan bahkan berpura - pura tidur dengan memejamkan matanya dan tidak menggubris Lio. Hanya senyum di wajah Johan yang menandakan ia sedang bercanda

"Bukan kah besok kamu mau ke kebun binatang bersama Ciko, jadi sekarang tidur ya."

Mamah mematikan lampu utama dan kini ruangan menjadi gelap. Tangan kecil Lio berhasil keluar dari selimut lalu mencari tangan mamahnya yang ada di sebelah kirinya lalu memejamkan matanya.

"Tidur nyenyak sayang," ucap mamah sambil mengecup kening putranya sambil menggenggam tangan kecil putranya .

Dalam suasana hening dan gelap, Johan membuka matanya, meski tidak terlalu terlihat ia merubah posisinya. Tangan yang awalnya memeluk tubuh Lio kini mencari tangan kecil putranya serta tangan sang istri lalu menggenggam kedua tangan itu. Setelah itu,Johan kembali menutup matanya dan tertidur.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang