[Gallan Family] Harus sabar

105 13 2
                                    

Masih tersisa 2 suap untuk menghabiskan makanan di dalam piring. Sambil memangku Juan yang masih 5 bulan, Gallan sengaja meledek bayi kecil itu dengan mendekatkan sendok ke mulutnya. Juan kecil membuka mulut, tetapi sendok itu pergi ke ayahnya. Satu kali hanya membuat Juan terlihat kesal, tetapi kedua kali akhirnya membuat Juan menangis.

"Gallan." ucap Serin dengan dingin, suaminya memang tidak tau waktu untuk bercanda. Di restauran yang sedang ramai malah membuat anaknya sendiri menangis.

Gallan hanya bisa tersenyum, ia langsung menggendong Juan dan membawanya keluar untuk ditenangkan.

"Ade nangis?" tanya Rega sambil menunjuk adiknya yang dibawa pergi keluar.

"Iya, Gara-gara dijailin papah, kakak ga boleh gitu ya?" Rega menganggukkan kepalanya. Sambil menguyah makanan di mulut, is melihat ke sekeliling di mana banyak orang di tempat ini.

.

.

.

Gallan kembali dengan Juan yang sudah tenang, walau matanya masih merah dan sedikit berair.

"Sini sama mamah." Serin segera mengambil putra bungsunya dari Gallan, ia tidak mau suaminya berulah.

"Kamu makanya udah?" tanya Gallan saat melihat di piring masih tersisa makanan.

"Udah, tadi kebanyakan porsinya. Tolong kakak disuapin dulu, aku mau mimiin Juan." Mendapat ciuman di pipi Juan tertawa senang.

Gallan mengerti, ia menyerahkan kunci mobil pada Serin. Gallan segera duduk di tempat Serin ia mengambil sesendok makanan di piring Rega dan berniat menyuapinya.

"Kakak aaa," ucap Gallan sambil menyodorkan sendok, tetapi anak sulungnya malah melihat ke arah lain.

Gallan mengikuti kemana pandangan putranya. Ia menghela napas sejenak lalu memegang dagu kecil Rega.

"Masih kecil bisa aja liat yang cantik." Gallan lalu membuat kepala Rega menghadap ke arahnya. Dengan muka polosnya, Gallan hanya bisa memberikan senyuman.

"Makan dulu." Gallan lalu menyuapi Rega yang kembali melihat ke arah gadis kecil bersama keluarganya. Memang dia terlihat cantik dan menggemaskan, jadi wajar jika Rega tertarik.

.

.

.

Di mobil, Serin mengusap rambut Juan. Sambil menyusu pada ibunya, tangan kecil Juan berusaha memasukan jarinya pada Serin. Itu adalah tanda sebuah terimakasih.

Serin memegang tangan mungil itu lalu mencium telapak tanganya. "Maaf ya, papah kamu emang jailnya kebangetan. Tapi dia sayang banget sama kamu."

Entah mengerti atau tidak, Juan tersenyum setelah mendengar ucapan ibunya.

.

.

.

Masuk kembali ke dalam restoran. Ia tak melihat Rega di kursinya. Hanya ada Gallan yang tersenyum sambil memakan eskrim. Serin memastikan kemana pandangan suaminya dan ternyata Rega sedang menghampiri meja dimana ada anak perempuan bersama keluarga.

Gallan yang asik menyaksikan bagaimana putra pertamanya beraksi tidak sadar jika sang istri sudah datang dengan anaknya.

"Ayo balik hotel."

"Eh, sekarang?"

"Iya, Rega jemput sana."

.

.

.

Sambil digendong ayahnya, Rega melambaikan tangan. Bahkan ia berbalik badan hanya untuk terus melambaikan tangan.

"Kiss bye, kiss bye," ucap Gallan melatih Rega menjadi lelaki.

"Rega." Rega langsung berbalik dan melihat ke arah ibunya.

"Lain kali gaboleh gitu." Diberi nasihat Rega langsung menyembunyikan wajahnya pada dada sang Ayah.

Gallan menahan tawanya. Gallan berbisik lirih pada Rega, "mamah emang galak."

"Gausah ngajarin anak ga bener."

"Siapa? Orang aku ga bilang apa-apa." Kalimat yang diakhiri juluran lidah memang untuk memancing amarah. Sayangnya level kesabaran Serin sudah terlatih sehingga ia memilih mengabaikan kelakuan kekanakan suaminya.


Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang