[Baryuda Family] stretch mark

88 7 2
                                    

Baryu keluar dari kamar ganti dengan piyama tidur. Ia langsung menghampiri istri serta anaknya, pipi mungil Leno disentuh telunjuk Baryu dengan hati-hati.

"Sini biar sama aku, kamu mau mandi kan?" Elisha tersenyum, sambil mengangguk. Ia menyerahkan Leno ke gendongan Baryu dengan perlahan agar putra mereka tidak terbangun.

"Titip bentar ya."

"Lama juga gapapa, aku dah nyiapin sesuatu buat kamu tadi."  Elisha mengerutkan dahi, ia tak mengerti dengan ucapan pria di hadapannya ini.

"Udah, sana mandi biar makin cantik."

Sebelum pergi Elisha mencium kening Leno. Bayi yang akan menginjak 3 bulan sebentar lagi, kini tertidur dengan nyaman dalam pelukan ayahnya.

.

.

.

Saat masuk ke kamar mandi, senyum mengembang di wajah Elisha. Bagaimana tidak, jika sang suami ternyata menyiapkan bathtub berendam dengan wewangian kesukaannya.

Tidak hanya itu, bahkan ia meletakan bunga mawar di dalamnya.

"Sempet-sempetnya, pantes lama di kamar mandi," gumam ibu muda ini menyambungkan prasangkanya tadi.

Elisha mulai membuka baju dan masuk ke dalam bathtub, air hangat sangat nyaman tubuhnya. Elisha meraba bagian perutnya yang masih terasa stretch mark disana.

Kulitnya belum kembali ke keadaan sebelumnya pasca melahirkan, selain itu berat tubuhnya juga begitu. Ia merasa saat ini adalah masa tubuhnya paling besar.

"Hahh menyebalkan," keluh Elisha sambil menutupi matanya dengan lengan kanan sambil bersandar di bathtub.

.

.

.

Tak lama setelah Elisha masuk ke kamar mandi, Leno terbangun dan menangis. Baryu segera merubah posisi menggendong menjadi Tiger on trees, untungnya Leno kembali tenang.

Setelah beberapa waktu, melihat bayangan Leno di cermin yang malah terlelap, Baryu mengganti posisi menggendongnya. Merasa sudah bisa dibaringkan, Baryu meletakan Leno di box bayi.

Baryu memastikan bayi kecil ini tidak menangis. Karena Leno tidur dengan tenang, Baryu berniat untuk sedikit mengejutkan istrinya.

.

.

.

"Wow, apakah aku menikahi malaikat?" Elisha yang baru mengenakan pakaian dalam sedikit kaget dengan suara Baryu. Suaminya itu masuk ke ruang ganti begitu saja.

"Malaikat dari mana? Liat aja nih badan aku jelek begini." Elisha menatap cermin dimana tubuhnya banyak berubah setelah hamil dan melahirkan.

Beberapa garis stretch mark yang jelas terlihat di perut wanita itu. Meskipun begitu, Baryu tak pernah merasa hal itu mengganggunya. Bahkan ia merasa jika istrinya tetap cantik seperti saat bertemu.

Baryu langsung menghampiri Elisha dan memeluknya dari belakang. Ia memberikan di leher istrinya lalu mengusap stretch mark  di perut Elisha.

"Kata siapa? Kamu tuh hot mama tau." Elisha tak kuasa menahan tawanya. Ia tak menyangka kata-kata 'hot mama' keluar dari mulut suaminya itu.

"Seriously!" Baryu menguatkan pelukannya, ia menyadarkan dagunya di pundak Elisha lalu menatap bayangan mereka berdua.

"Tapi aku ga pede."

"Kenapa ga pede?"

Melihat istrinya yang diam Baryu melirik pada mata istrinya. Ia mendadak mengecup pipi Elisha agar wanita itu tidak banyak berpikir negatif.

"Yaudah nanti kita Konsul ke dokter, aku denger itu bisa diilangin, tapi aku ga masala sama sekali, kamu tetep cantik di mata aku."

Elisha melepaskan pelukan Baryu, ia lalu menghadap suaminya dan mengalungkan tangan ke pundak yang kokoh. Baryu melingkarkan lengannya ke pinggang Elisha.

Mereka bertatap mata dengan intens dan ketika Baryu berniat mencium bibir Elisha, suara tangisan Leno membuat merek berdua harus berhenti.

Keduanya tertawa, Baryu mau tak mau melepaskan kesempatan romantisnya, meskipun begitu ia sempat mengecup kening istrinya.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang