[IF STORY - Gallan] SWITCH

118 11 2
                                    

Ketika suara telepon rumah berdering, Juan dan Rega langsung berlari untuk berebut mengangkat duluan.

"Kakak, adek jangan lari-lari." Perintah ayah mereka seakan angin lalu bagi anak 7 tahunan ini.

.

.

.

Juan berhasil mengambil gagang telepon terlebih dulu. Membuat Rega mundur dan memilih berdiri di samping adiknya.

"Halo!"

'Juan ini papah, sekarang kalau ada papah di rumah itu bukan papah.' Juan menjauhkan telepon dari telinganya lalu memberikan pada Rega.

Wajah bingung Rega saat menerima telepon sangat ketara. Namun,sebagai kakak ia harus melakukanya dengan berani.

"Halo? Ini siapa?"

'Rega ini papah."

"Papah kan dirumah, kamu siapa?'

'Rega, papah tau kamu nuker surat cintanya Deril buat cewe di kelasnya kan? Sekarang kamu percaya kan ini papah." Rega langsung menutup telepon tersebut.

Tak lama, Rega serta Juan terdiam saat sang ayah ada di hadapan mereka. Juan dan Rega saling menatap satu sama lain.

"Kalian kenapa? Tadi siapa yang telepon?" Bukanya menjawab Juan langsung menarik tangan kakaknya untuk pergi.

.

.

.

William menghela napasnya, walau secara fisik itu adalah William, tetapi sebenarnya itu adalah Gallan.

Ya, saat terbangun dirinya malah ada di tubuh mantan dari sang istri. Serta masalah terbesar adalah banyaknya penjagaan untuk orang sakit.

"HAH! BANGSAT!" teriak Gallan merasa frustasi dengan keadaanya.

Disisi lain, William dalam diri Gallan menikmati makan malam bersama yang tak pernah ia rasakan.

"Kata dokter kamu harus konsumsi banyak protein, biar cepet sembuh." William tersenyum, ia hanya mengangguk saja saat Serin mengambilkan makanan untuknya.

"Mamah tadi ada hantu," ucap Juan melaporkan kejadian tadi siang.

"Hantu? Hantu apa?"

"Tadi ada hantu ngaku di telep-" belum sempat berbicara, Rega langsung menutup mulut adiknya dengan makanan agar ia tak bicara.

"Kakak, jangan gitu." Serin merasa Rega sedikit berlebihan pada adiknya.

William terlihat menyadari sesuatu, mata Rega serta dirinya bertemu. Ia memberikan senyum, tetapi nampak sekali jika mata Rega curiga padanya.

.

.

.

Di kamar, dua anak ini berada di dalam selimut.

"Tadi itu hantu!"

"Bukan! Itu papah!"

"Hantu!" karena suara Juan semakin naik, Rega langsung membekap mulut  adiknya.

"Jangan keras-keras, tapi tadi yang telepon tau rahasia aku sama papah."

"Jangan-jangan papah yang dirumah yang hantu?!"

"Kalau hantu ga bisa napak di lantai."

"Penyihir? Alien?"

Dua anak ini makin berimajinasi, tentu saja bukan keduanya.

.

.

.

Serin terdiam saat menerima laporan dari sekretarisnya.

"Sepertinya suami anda dan William kecelakaan disaat yang sama, hanya saja luka yang dialami William lebih parah, dan sekarang mereka memperketat penjagaan."

"Apa sudah di temukan penyebab kecelakaan?"

"Secara laporan itu adalah kesalahan pengemudi, tetapi ada sedikit kejanggalan pada kecelakaan dialami William, apakah anda ingin menghubunginya?"

Serin menggeleng, hubungannya dengan Gallan terakhir ini sedang tidak baik. Bahkan, walaupun suaminya mengalami hilang ingatan, ia tidak mau menyulut api dengan menghubungi William.

"Berikan saja bantuan jika dari pihak mereka meminta."

.

.

.

Gallan tidak tau kehidupan apa yang dijalankan oleh William, tetapi jelas itu bukan hal menyenangkan. Gallan merasa tidak bisa gegabah karena ia bisa saja semakin terkurung.

"Apa ada yang bisa saya bantu?" Seorang pria paruh baya bertanya, Gallan terdiam sejenak.

"Kapan kakak ku datang?"

"Saya rasa 3 hari kedepan, karena kendala cuaca, anda harus sedikit bersabar."

Gallan merasa jalan keluar satu-satunya adalah berbicara pada Elisha. Ia harus memastikan orang yang berada di tubuhnya adalah William atau orang lain. Gallan merasa akan berbahaya jika di dalam tubuhnya adalah orang lain, walupun ia juga kesal jika di dalam tubuhnya itu adalah William.


Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang