Masih dalam acara outbound, permainan awal adalah untuk para pemuda di rentang SMA hingga kuliah.
Deril, Juan dan Rega berjalan di belakang Era. Meskipun jarak usia mereka berbeda sekitar 3 tahun tapi proporsi tubuh mereka sungguh sangat jauh.
" Bukan kah cuaca mulai panas?" eluh Rega sambil meminum air mineral botol yang ia bawa.
"Jangan cengeng" ujar Deril yang berjalan di depan Rega. Mendengar hal itu, Rega langsung menggunakan botol air minumnya untuk memukul pundak Deril
Juan yang melihatnya hanya tertawa, Sedangkan Era yang berada paling depan hanya bisa geleng geleng kepala karena adik adik sepupunya ini mulai bertingkah
"Berhentilah bercanda" tegur Era pada Deril dan Rega
"Aku dipukul! Ini kekerasan" ucap Deril masih sambil mengeluh sakit di pundaknya
"Itu karena mulut mu menyebalkan, dan berhentilah pura pura sakit begitu"
Deril berbalik dan berniat memeluk Rega namun Era segera menarik tubuh Deril lalu menyuruh nya berjalan di depan
Mereka akhirnya sampai di tempat untuk duduk peserta outbound hari ini.
"mamah mana kak?"tanya Juan sambil menggunakan kipas tangan karena terasa panas
Rega melihat ke sekeliling, ia juga tidak tau dimana mamahnya berada, sampai akhirnya dia melihat mamah nya sedang bersama papah mereka kini berada di dekat stand makanan.
"Itu tuh disana" tunjuk Rega ke kedua orang tua mereka. Juan yang melihat mamahnya tiba tiba berdiri
"Aku mau ke mamah" Juan lalu memberikan kipas tangan pada kakaknya dan berjalan menuju mamahnya.
"Dek! Bawain es buah kalo balik" teriak Rega dan Juan hanya memberikan simbol ok dengan tangan nya.
"Nitip "
"Sama, nitip"
Juan hanya mengangguk angguk lalu berlari ke arah mamah nya.
Disisi lain sepertinya panitia sudah memulai acara perlombaan.
"reg ayo main pukul bantal" Ucap Deril yang duduk di sebelah kiri Era
"Ogah"
"Takut ya"
"Engga tuh"
Era yang posisinya di tengah kembali harus mendengarkan keributan dua anak kecil ini.
"Bisa diem ga?"
Deril dan Rega langsung diam, mereka lalu menyaksikan nama nama dipanggil untuk memulai permainan.
"Ga pernah liat anak itu deh" ucap Rega saat melihat beberapa anak sesuainya menuju panitia
"Bukan ga pernah liat, kita aja ga pernah keluar" jawab Deril merasa memang mereka jarang keluar
"Beda komplek soalnya" Rega dan Deril langsung melihat ke arah Era
"Tau dari mana?" Ujar mereka berdua bersamaan
"Kakak ganteng kalian tuh social butterfly"
"Dih" Rega dan deril langsung membuang muka.
'Peserta selanjutnya untuk bersiap, Ananda Nararendra Deril dan Ananda Samudera Sakha '
Deril langsung melihat dari atas sampai bawah bagian tubuh Era.
"Masa lawan gapura kabupaten sih" ucap deril merasa itu tidak adil, proporsi badan Era terlalu timpang dengan nya.
"Takut lu?"
"Bukan takut"
"Terus?"
"Ga adil"
'Ananda Deril dan Ananda Samudera, diharap segera mendekat ke sumber suara'
Deril menelan ludahnya, kalau dihajar Era sudah pasti sakit. "Udah jangan banyakan mikir" Era langsung berdiri dan menarik lengan Deril untuk berdiri.
"Bentar bentar, keknya ada yang salah"
"Ga ada yang salah" Era mengalungkan satu lengan ke leher deril dan membawa sepupu kesayangannya itu ke panitia.
Rega nampak sangat senang karena bukan dia yang harus melawan Era. Disisi lain, Juan sambil membawa 4 gelas es buah diatas nampan dia bawa hanya tertawa saat Deril diseret oleh Era
Juan menghampiri kakaknya dan memberikan satu gelas es buah, sisanya ia letakan di kursi kosong tempat Era sebelumnya duduk.
"Taruhan siapa yang menang?"
" Kak era lah"
"Iyasih"
.
.
."Pak... Masa saya lawan manusia ini si?"
"Loh bener kok, ini tadi diacak yang keluar nama kamu sama Era"
"Tapi pak... Ini gapura kabupat-- mmphhh" Era membekap mulut adik kecilnya itu dan langsung meminta perlengkapan untuk permainan perang bantal diatas lumpur.
Entah bagaimana sekarang Deril harus menerima kenyataan musuh di hadapannya.
"Baiklah aku akan membuktikan bahwa aku akan mengalahkan mu"
"Hmm... Lakukanlah"
"Awas saja"
"KAAAK!! PUKUL YANG KERASSS KAMU AKAN TRAKTIR MAKAN" Deril menengok ke belakang, dua sepupu ga tau diri itu memang sangat suka melihat yang lain tersiksa
Disisi lain, Yoga sedang memayungi istrinya dari teriknya matahari.
"Pasti kalah telak" ujar Yoga langsung tau anaknya akan kalah
"Kayaknya sih gitu" jawab mamah Derik dengan santai.
"TENANG AJA, KAMU TETEP ANAK PAPAH WALAU KALAH" Kali ini ini suara papahnya sendiri masuk ke kuping Deril dengan nyaring.
Benar benar mereka itu.
.
.
.Permainan pun dimulai, Deril terlihat agresif menyerang sedangkan Era hanya tersenyum.
"Mau dipukul muka apa badan?"
"Ini nego?"
"Buru jawab"
"Mana yang ga sakit?"
"Dua duanya ga sakit"
"Badan aja badan, muka ini berharga" awalnya era ingin memukul badan Deril tapi karena jawaban sedikit mengesalkan Era dengan keras menghantam bagian wajah Deril dan baru bagian tubuhnya membuat deril terjatuh.
"Yaaaa..... Pembohong!" Ucap deril saat dirinya kini terkena lumpur,
"Makanya jawab jangan bikin kesel" melihat Era akan turun, Deril dengan sengaja langsung mendorong tubuh Era dengan kuat membuatnya jatuh ke lumpur juga, Deril segera berlari menjauh karena tau Era pasti mengejarnya.
Tingkah dua sepupu ini memang tidak mengherankan, lagipula mereka sebenernya sama saja seperti kedua orang tua mereka di masa lalu, walau kali ini dengan versi yang berbeda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak