[Gallan-Yoga] Boys always be boys

433 18 1
                                    

Rega kecil berlari bersama Juan sambil membawa pistol air ditangan mereka. Juan dan Rega bahkan menabrak tubuh Gallan yang sedang menelepon. Gallan hanya tersenyum dan membiarkan dua putranya itu. Tak lama suara pintu terbuka, menandakan dua putranya baru saja keluar rumah. Gallan mematikan panggilan telepon dan mengikuti putranya dari belakang.

"Der.... Ayo main!" teriak Juan sambil keluar halaman. Karena halaman rumah mereka berdua tidak berpagar, hanya ada karpet rumput serta beberapa tanaman di sana. Sehingga anak - anak mereka mudah bermain bersama.

Mengalihkan pandangannya, Gallan melihat sosok Yoga yang juga kini melihatnya dengan pandangan mengajak ribut. Memang begitulah wajah Yoga selama hidup menjadi tetangganya sejak mereka lahir.

"Hei, mau ikut main?" ujar Yoga mulai memancing Gallan.

"Kau kurang kerjaan ya?"

"Kau takut ya?" Gallan langsung menyeringai

"Ayo lakukan, kita buat permainan menarik"

.
.
.

Serin, istri dari Gallan, kini sedang menikmati waktu bersama adik iparnya yang tak lain juga istri dari Yoga. Mereka duduk bersama di kafe sambil memakan cake manis serta secangkir kopi.

Beberapa kali pria melirik ke arah mereka berdua, karena memang penampilan keduanya cukup menawan. Tidak ada yang tau kalau mereka sudah memiliki anak.

"Ah ...,sudah lama tidak bersantai begini," ujar Sarah sambil menyuap cake coklat miliknya.

"Memang dirumah kamu tidak bersantai"

"Tidak! Apalagi putra ku itu sangat cerewet dan suami ku juga sangat suka meledeknya, mereka seperti tidak ada habisnya ribut." Serin hanya tertawa mendengar curahan hati adik iparnya. Serin meminum kopinya dan tak sengaja melihat Aren, kakak Yoga, datang dengan putrinya.

"Bibi ...," sapa Atha putri dari Aren yang sangat manis.

"Ini kenapa aku ingin memiliki seorang putri, lihatlah kau bisa mendandaninya dengan sangat cantik," ucap Sarah berdiri dari kursinya dan segera menyambut keponakannya yang cantik.

"Bibi juga cantik"  balas Atha mencium pipi Sarah dan tersenyum. Aren menarik kursi di samping Serin dan duduk di sebelahnya.

"Kau tak ingin seorang putri?" Serin menghela napasnya.

"aku juga ingin, tapi sudah sulit." Aren menepuk pundak Serin.

"Nanti kau akan memilikinya saat dua putra mu memiliki kekasih."

"Itu masih sangat lama," potong Sarah sambil menggendong Atha.

"Kenapa kau tak hamil lagi?" Goda Aren pada Sarah.

"Hamil satu kali saja sudah melelahkan, aku tak ingin dua kali, lagi pula aku sudah menganggap Atha seperti putriku sendiri."

"Hamil kedua rasanya berbeda, lagi pula Deril juga sudah lebih besar," ucap Serin sambil menyuapi Atha ice cream.

"Tidak! aku akan semakin pusing."

.
.
.

"WOAAAAH!" teriak Yoga karena tembakan nya hampir saja mengenai kaleng sasaran.

lima orang lelaki ini sedang bermain untuk menjatuhkan botol kaleng minuman dengan jarak tertentu menggunakan pistol air mainan.

Gallan langsung mencoret pipi Yoga dengan spidol hitam karena ia gagal dalam percobaan. Sebenarnya, muka mereka berdua sekarang sudah sama sama jeleknya dengan coretan spidol hitam. Kali ini gantian Deril yang mencoba namun sama saja gagal. Rega dan Juan dengan cepat melemparkan tepung pada muka Deril.

Orang - orang yang lewat akan melihat 2 orang dewasa dan 3 anak -  anak ini sudah tidak karuan. Tubuh 3 anak kecil penuh dengan tepung, sedangkan  muka 2 orang dewasa sudah penuh dengan coretan spidol.

Kali ini giliran Gallan, sebelum mulai ia membisikan sesuatu pada Juan. Saat Gallan akan menembak ke sasaran,Juan dari arah lain mendekat dan melemparkan batu sehingga kalengnya jatuh.

"Woaah! Berhasil!" ucap Gallan pura pura bahagia.

"urang!" Yoga tau memang sahabatnya ini selalu ada cara untuk curang.

"Mana? Aku tidak curang?"

"Juan melempar batu kesana!"

Juan dengan santai mengangkat tangannya seolah ia tak tau apapun.  Yoga segera menyemprot muka Gallan dengan pistol mainan dan karena disemprot menggunakan air, Gallan tentunya membalas.

Rega, Juan dan Deril melihat kedua orang tuanya seperti asik bermain air akhirnya ikut - ikutan, tapi Rega mengambil selang keran disamping rumahnya lalu menyemprotkan ke arah mereka. Deril yang tak mau ketinggalan juga sama.

Tanpa mereka sadari, 2 orang wanita yang baru pulang melihat ulah mereka semua.

"Kau tau, aku hamil 9 bulan dan melahirkan dengan susah payah, tapi lihatlah mereka," ujar Sarah merasa 2 lelaki dirumahnya ini memang memiliki ulah yang ada - ada saja.

"Kau tau, boys always be boys." Serin tersenyum walau sebenarnya sedikit kesal, karena kalau main air begini biasanya kedua putranya akan sakit, dan kalau sudah begitu yang repot juga dia.

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang