[Nararendra Family] Perdana nyupirin mamah

177 10 0
                                    

Deril mengambil jaket hitam lalu membuka loker dimana kunci mobil biasanya disimpan. Kunci mobil milik mamahnya segera ia ambil.

Untuk pertama kalinya, setelah mendapatkan SIM mengemudi, Deril akan menggunakan mobil di jalanan.

Deril keluar dan melihat mobil mamahnya sudah terparkir di luar, mobil hitam mulus kesayangan mamahnya itu segera Deril naiki.

Mamah keluar dengan tampilan casual, benar - benar seperti anak muda. Mamah yang akan masuk ke mobil tiba - tiba berhenti.

"Bentar dek, keknya ada yang ketinggalan," ujar mamah lalu berbalik ke dalam rumah.

Deril menghela napasnya, ia memasang sabuk pengaman dan menggenggam erat stir mobil di hadapannya. Ia berharap semua lancar.

Mamah terlihat kembali keluar, ia segera masuk ke mobil dan memasang sabuk pengaman.

"Ga ada yang ketinggalan lagi?" tanya deril sambil melihat ke arah mamahnya

"Udah kok, udah semua."

"Ok, let's go."

Mobil pun berjalan, mamah terlihat santai. Mamah membuka tas miliknya dan mengambil lipstik.

Deril yang melihat melalui ekor matanya merasa penasaran, perasaan bibir mamahnya sudah merah kenapa mau menggunakan lipstik lagi.

"Ngapain sih pake lipstik lagi?"

"Mamah belum pake lipstik tadi"

"Boong aj.a"

"Udah nyetir yang bener, gausah hirauin mamah."

Deril hanya berdecak karena jawaban mamahnya.

"Mah."

"Hm ...."

"Kalau nanti aku ada nabrak gimana?"

"Asal ga nabrak benda hidup gapapa."

"Santai banget ngomongnya."

"Mamah udah siap jiwa dan raga, disetirin kamu, bahkan mobil mamah udah berasuransi kalau kalau kamu nyetir, maksudnya kalau ada yang bikin ngegores."

Deril terdiam, ia tidak tau harus senang atau sedih dari kalimat mamahnya itu.

Semua berjalan dengan lancar, mamah dengan santai akan menggunakan eyeliner. Namun, mobil mereka tiba - tiba mengerem mendadak sehingga kini terdapat coretan panjang di samping mata mamah.

"Kamu gapapa?" ujar mamah spontan dan langsung melihat ke anaknya.

Deril langsung melihat ke arah mamahnya. "Gapapa ... tapi ..., " ujar deril dengan ragu sambil menunjuk ke arah coretan panjang eyeliner di wajah mamahnya.

"Gapapa, tenang aja, kamu fokus nyetir lagi "

Deril berusaha kembali fokus, ia sedikit menyalahkan mobil di depan yang sembarangan. Deril juga sedang bingung, apakah mamahnya baik - baik saja? apalagi tujuan mereka sekarang adalah kantor mamahnya.

"Tenang aja, mamah gapapa."

"Beneran mah?" Deril melirik sedikit ke mamahnya, ia sedikit kaget karena mamahnya membuat coretan itu seperti sebuah pola , seolah - olah itu memang gaya make up nya.

"Hm, lumayan juga," gumam mamah melihat makeup yang telah ia lakukan.

"Kenapa mamah malah buat begitu?"

"Daripada dihapus, makan waktu, santai ... mamah kamu masih tetep cantik kok"

Deril tertawa, memang mamahnya cantik dan ia harus akui itu.

"Makasih ya mah."

"Buat?"

"Hmm... Jadi penumpang pertama aku," ujar deril saat ini memarkir mobilnya di tepi kantor mamahnya, tidak terasa 30 menit perjalanan pertama kali berhasil  ditempuh.

"Kerja bagus," ucap mamah mengusap rambut putranya itu lalu turun dari mobil.

Deril melihat mamahnya berjalan masuk ke kantor, tak lama ponsel deril berbunyi dan itu dari papahnya.

.

"Mamah dah sampai kantor" ucap Deril tanpa basa basi karena tau apa yang diinginkan papahnya.

' Hooh, baguslah ... gimana rasanya nyetir?'

"Ah Kecil, besok - besok aku dah bisa bawa mobil ke tempat kakek nenek."

'Sombong banget, baru juga bisa nyetir.'

"Iyalah."

'Yaudah, pulangnya ati - ati, awas kl mamah kamu lecet.'

"Iya ... iya ..."

Deril lalu menulis pesan dan mengirimnya ke grup dengan para sahabatnya. Ia mengirim gambar dimana ia duduk di kursi mengemudi.

'ayo jalan - jalan, gue udah bisa menyetir.' Tulis deril dalam pesan nya.

Tentu saja banyak reaksi beragam, namun jawaban Rega membuat Der menghela napas panjang.

"Tunggu, gue harus buat asuransi jiwa kalau lu yang nyetir."

Short storyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang