Tiga hari sebelum menjelang ulang tahun sang papa, Rega terlihat serius menggambar sesuatu. Sambil tengkurap dan bersenandung tak jelas, terlihat Rega menikmati menggoreskan crayon di atas kertas berukuran A4.
Mama masuk ke ruang bermain anak anaknya menemukan putra pertama sedang asik menggambar, sedangkan putra keduanya tidak terlihat sama sekali. Mama mendekati Rega, mencoba mengintip apa yang sedang putranya itu gambar.
"MAMAH Jangan LIAT!" pekik Rega seolah tidak seorang pun boleh tau apa yang sedang ia gambar.
"Engga, mamah ga liat." Dengan tubuh kecilnya, Rega menimpa kertas gambar tersebut.
"Makan dulu yuk, mamah udah masak." Rega hanya mengangguk-angguk.
Mama mengusap rambut Rega lalu berusaha mencari putra bungsunya.
"Juan, makan dulu yuk," ucap mamah mencoba mencari anaknya. Mama mendekati kasur berbentuk rumah-rumahan milik Juan.
Entah apa yang sedang putra kecilnya itu pikirkan. Dia sedang menatap batu peliharaan sang ayah.
"Juan...," panggil mama tetapi Juan seperti sedang serius dengan kegiatannya.
'anak sama bapak sama aja.'
Mamah akhirnya masuk ke dalam dan duduk di samping Juan.
"Shutts... Tadi dia mau ngomong Mah, gara-gara Mamah dia diem lagi kan," gerutu Juan kini mengambil batu di hadapannya dan mengusap usap seperti hewan peliharaan.
Mama hanya berpikir ide yang buruk saat memperbolehkan suaminya memelihara batu, haruskah ia melempar batu ini sekarang?
"Yaudah mamah minta maaf, tapi makan dulu yuk." Tanpa basa-basi tubuh Juan yang sudah semakin besar kini digendong oleh mama, tak lupa batu di tangan satunya yang ia ingin buang.
.
.
.
Satu hari sebelum ulang tahun Gallan, kini tangan kecil Rega serta Juan saling beradu menggerakkan layar iPad di hadapan mereka.
"Yang ini aja!"
"Gamau! Banyak stroberi!"
Mama yang berada di tengah kedua anaknya hanya terdiam membiarkan mereka berdua.
"Ih! Kakak!"
"Adek!"
Orang bilang lucu memiliki dua anak berjarak dekat, tetapi kalau sedang begini rasanya lebih baik jika hanya satu saja.
"Yaudah jangan dua-duanya, masih banyak model yang lain loh buat cake-nya." Mama mengganti slide contoh cake dan membuat dua anak lima tahun ini langsung memajukan mulut kecil mereka untuk protes.
.
.
.
Hari ulang tahun Gallan. Mama dengan hati-hati bangun dan beranjak dari tempat tidur agar sang suami tidak terbangun.
Terlihat dua pasang mata bulat sudah menunggunya. Masih menggunakan piyama merah muda serta kuning, Juan dan Rega mengikuti mama mereka ke garasi di mana mereka menyembunyikan kue ulang tahun.
Pada akhirnya kue ulang tahun dipilih adalah setengah yang Rega mau dan setengah yang Juan mau. Mama yang membuat kue itu dengan hati-hati meminta Rega serta Juan mengambil properti lain seperti terompet, topi, dan money gun.
"Ayok, kasih kejutan buat papah," ucap mama sambil membawa kue dan membiarkan dua putranya berjalan di depan.
Setelah menggunakan semua atribut mereka pergi ke kamar utama dimana Gallan masih tertidur nyenyak.
.
.
.
Lampu yang awalnya padam, tiba-tiba menyala membuat Gallan segera terbangun. Samar-samar sosok sang istri serta dua anaknya datang menghampiri.
"HAPPPY BIRTHDAY PAPAH" teriak Rega serta Juan sambil berlari dan naik ke tempat tidur lalu menekan pistol mainan mereka dan uang-uang berhamburan keluar.
Sebenarnya awal idenya tidak begitu, tapi Juan dan Rega tertarik dengan mainan tersebut sehingga mama membelinya.
"Makasih Sayang," ucap Papah langsung memeluk kedua putranya. Waktu terlihat sangat cepat berlalu, bagaimana dua bayi kecil yang hanya bisa menangis dan merengek kini bahkan merencanakan kejutan di pagi buta.
"Aku punya hadiah buat papah!" ucap Rega langsung mengambil sesuatu dalam baju tidurnya.
Gallan menerima hadiah tersebut, terlihat sebuah gambar pria yang sedang tersenyum.
"Itu papah," ujar Rega, tetapi Juan yang melihatnya merasa itu tidak mirip.
"Ga mirip papah!" Rega langsung menarik baju adiknya dan membuat Gallan serta sang istri kaget.
"Eh, jangan berantem, bagus kok gambar kakak" ucap Gallan sambil berusaha memisahkan kedua putranya.
"JELEEEKKK" teriak Juan karena kini rambutnya dijambak sang kakak.
"Kakak, adek ... Tiup lilin yuk, papah belum tiup lilinnya loh." Entah mengapa cara itu berhasil membuat Rega dan Juan berhenti bertengkar.
Mama yang duduk di samping Gallan menyalakan lilin di kue ulang tahun. Rega berada di belakang sang mama dan Juan di samping papa.
"Make wish." Gallan menutup matanya sambil tersenyum, Juan dengan isengnya menyentuh pipi sang ayah membuat Gallan mengakhiri doanya dengan sedikit ingin tertawa.
Mereka meniup lilin bersama dan kini Juan turun ke bawah tempat tidur.
"Aku juga punya hadiah!"
"Apa?"
Juan merentangkan tanganya, di pikiran mama sudah terlintas kemungkinan apa yang akan diucapkan anak bungsunya ini.
"Aku! Hadiah paling lucu sedunia!" Mama dan papa saling menahan tawanya, siapa yang mengajarinya?
Berbeda dengan reaksi kedua orang tuanya, Rega langsung turun dan memukul kepala Juan.
Tentu, perkelahian ronde kedua dimulai.
.
.
.
Sambil bermata sembab karena saling menangis, tetapi dua kakak beradik ini makan kue ulang tahun bersama sambil dipangku kedua orangtuanya.
Juan berusaha menyuapi sang mama, sedangkan Rega memakan suapan kue dari papanya.
"Anak-anak udah kasih hadiah, mamanya kasih apa?" Semua mata mengarah pada mama.
"Mamah kasih kado apa?" tanya dua bayi ini dengan kompak membuat mama hanya tersenyum saja.
.
.
.
Gallan datang ke ruangan Willy, kakak iparnya terlihat tau bahwa sang adik ipar ingin pamer sesuatu.
"Ngapain lu bawa bingkai foto?" ujar Willy merasa aneh dengan barang dibawa Gallan.
"Liat nih," ucap Gallan kini memamerkan gambar sang anak sulung, lalu kini satu tangan Gallan mengeluarkan ponsel dan menyalakan pesan suara Juan
'Aku hadiah papah paling lucu sedunia!'
Muka Willy terlihat kesal, dia langsung mengambil gagang telfon dimeja.
"Panggil security ke ruang saya, ada orang gila masuk ke ruangan."
Gallan memasang muka mengejek. "makanya nikah, kapan lu kenalin cewe lu?"
"Pernah ngerasain dilempar papan nama?"
Gallan langsung tersenyum dan buru-buru keluar, sudah cukup 5 menit waktu untu pamer dan menganggu kakak iparnya. Hanya Gallan yang berani memperlakukan anak pemilik perusahaan seperti itu, jika yang lainya, bercanda saja tidak berani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short story
FanfictionKumpulan cerita pendek kehidupan keluarga anak anak 95LTEKNIK memulai kehidupan keluarga kecil mereka. *Dapat dibaca secara acak karena timeline waktu bersifat acak