"Hyung, aku dan yang lain dapat panggilan dari perusahaan. Eomma Kai mungkin nanti malam baru datang. Sehun Hyung, apakah bisa menjaga Kai?"
"Tenang saja. Jadwal Hyung kosong hari ini."
"Terimakasih Sehun Hyung. Kalau ada apa apa kabari aku langsung yaa.."
"Baiklah, Soobin-ah.."
Tut! Panggilan berakhir.
Sehun kembali menatap wajah teduh yang masih tertidur di atas brankar itu. Sambil merapihkan Surai rambutnya yang lembut. Sehun tersenyum. Sehun bahagia. Setidaknya kali ini dia tidak kehilangan orang yang Ia sayangi.
Tapi, terlalu lama menatap wajah teduh itu membuat Sehun kembali mengingat adik kandung nya. Sehun rindu. Meskipun sudah terlalu lama. Tapi, tetap saja. Sehun rindu adiknya itu.
"Hey.. Kai-ah, apa yang membuat mu betah tidur? Umm.. Jangan jangan kau bertemu Suho ku ya disana. Umm... Pasti dia senang sekali bertemu denganmu. Tapi, belum saatnya kamu menyusul dia.. okay?! Kalau begitu, bangunlah.. Banyak orang yang menunggu mu disini.. Kau sudah terlalu lama tidur..." Sehun mengajak Kai berbicara. Walau Sehun tau, Ia tak akan mendapatkan jawaban dari nya.
Sehun menghela nafas. Menundukkan kepalanya ke atas ranjang sambil terus menggenggam tangan Kai yang bebas infus. Tanpa sadar, air mata Sehun mengalir.
Sehun ingat betul bagaimana pertemuan pertama mereka yang membuat Sehun kembali merasakan kehadiran seorang adik. Sehun ingat betul bagaimana pemuda itu selalu merengek padanya agar menjaga rahasia nya. Sehun ingat betul senyuman manis dan tawa yang menggemaskan itu setiap bertemu dengannya. Sehun ingat betul bagaimana pemuda itu selalu berpura pura baik baik saja di depan semua orang. Ya. Sehun rindu.
Puk!
Tiba tiba dari belakang datang seseorang yang menepuk pundak Sehun. Reflek Sehun mengangkat kepalanya dan segera menghapus jejak air matanya. Kemudian berbalik badan. Sehun mendapati seorang wanita yang tingginya hanya se-pundaknya.
"Lea? Kau sudah kembali? Bagaimana pemotretan mu di Jepang?" Ya. Lea yang datang. Lea tersenyum hangat.
"Lancar. Semua berjalan lancar. Bagaimana dengan adikku Oppa?"
"Keadaan stabil. Bahkan sudah ada perkembangan. Semoga sebentar lagi dia cepat sadar." Kedua orang itu kemudian menatap Kai.
"Oppa, Terimakasih.." Ucap Lea.
"Untuk?" Sehun mengernyitkan dahi.
"Untuk semuanya. Untuk Oppa yang selalu ada untuk Kai. Untuk Oppa yang selalu menjaga kesehatan Kai. Untuk Oppa yang berusaha menyelamatkan Kai waktu itu. Terimakasih Oppa.." Lea tersenyum hangat. Dibalas senyuman lagi oleh Sehun. Ah.. rasanya senyuman manis itu adalah senyuman terindah yang pernah Sehun lihat setelah senyuman Ibu nya.
"Yaa.. Sama sama... Aku menyayangi Kai layaknya Adik kandung ku sendiri."
"Ummm.. Oppa.. Ada yang ingin aku bicarakan.." Ucap Lea sedikit ragu.
"Katakan saja.."
"Apakah Oppa mencintai ku?" Pertanyaan itu sukses membuat jantung Sehun berdetak kencang tak karuan.
"Apa maksudmu Lea?" Entah kenapa Sehun bodoh sekali dengan apa yang Ia ucapkan.
"Oppa, Umm.. Aku... Ummm... Aku... Eh..." Lea ragu. Sangat ragu. Namun belum selesai Ia berbicara.
Greb!
Sehun menarik Lea ke dalam pelukannya. Lea terkejut bukan main tapi tentu saja tidak menolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
It's Okay to be Not Okay | Hueningkai
FanfictionMenceritakan kehidupan seorang Hueningkai. "Aku akan menjadi matahari bagi semua orang." 🐧☀️🐧☀️🐧☀️🐧☀️🐧☀️🐧☀️🐧 WARNING!! Tokoh dalam cerita tidak ada sama sekali sangkut pautnya dengan TOKOH DI DUNIA NYATA.. Terimakasih ^^ Betewe, Sorry for typ...