Chapter Six - 6

3.1K 111 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Assalamu'alaikum.

kalian kalau gabut, biasanya ngapain? jgn bilang main hp pls😊

- Selamat menggulir halaman ini! -

***

"Ma, Pa, Fathar belum siap banget nikah. Kenapa harus secepet ini sih? Apa ga nunggu aku atau Saheera tamat kuliah dulu?"

Perihal ditetapkannya tanggal akad Fathar dan Saheera, ternyata masih ada pihak yang menolak, yaitu Fathar sendiri. Lelaki itu masih belum terlalu siap untuk menikah. Mengapa Fathar harus memiliki orang tua yang punya sifat memaksa? Oh tidak-tidak, bagaimanapun juga, Arfan dan Rusmei tetap lah orang tuanya. Istigfar Fathar, berdosa sekali kamu.

"Thar, bukannya tadi di rumah om Zaky kamu bilang kalau kamu itu udah siap nikah sama Saheera? Terus kenapa sekarang jawabannya ga konsisten? Hm?" Arfan menatap anaknya dengan tatapan tajam. Ia tidak suka sekali jika anaknya tidak mempunyai pendirian yang tetap. Pribahasanya, Bagaikan air di daun talas.

Fathar mengacak rambutnya kesal. "Pa! Aku jawab kaya gitu karena ada Om Zaky sama tante Fara. Lagian, kenapa Papa sama Mama ngotot banget sih mau nikahin aku sama cewe itu? Masih banyak cewe di luar sana, ga harus Saheera!"

Rusmei tersenyum miring mendengar ucapan Fathar. Cewe lain? Oke lah, Rusmei jawab. "Yaudah, bawa cewe lain itu ke depan Mama sama Papa, bisa?"

Seketika, Fathar gelagapan. Ia menyesal berkata seperti itu. "Y-ya mereka ga langsung mau lah kalo diajak!"

"Halah, omong kosong," Tukas Rusmei.

Fathar mengusap wajahnya kasar. Sulit sekali ya harus meladeni orang tuanya ini. Maunya menang sendiri, ia selalu harus mengalah. "Intinya gini, pertanyaan aku kenapa Papa sama Mama pengen banget aku cepet-cepet nikah? Kenapa ga nunggu aku yang cari calon aku sendiri? Kenapa harus pilihan Mama Papa? Kenapa?" Pertanyaan bertubi Fathar lontarkan untuk kedua orang tuanya.

"Thar, umur kita itu udah ga lagi muda. Kita ga tau kapan maut ngejem-"

"Kenapa malah bahas maut? Fathar ga suka kalian bahas itu." Jika sudah membahas kematian, Fathar sangat benci. Apalagi, yang dibahas kematian orang tuanya, orang yang paling Fathar sayangi.

"Tapi emang bener kan kata Papa kamu, kita gatau kapan maut ngejemput Mama sama Papa. Contohnya aja kalau kita tiba-tiba meninggal, siapa yang ngurusin kamu Thar? Kalau kamu ngerasa kamu udah bisa hidup mandiri, kamu salah. Dari hal yang kecil aja kamu masih butuh bantuan Mama. Contohnya, nyari kemeja buat kuliah. Cariin baju koko, nyiapin sarapan kamu, bangunin kamu sholat subuh. Nanti kalo Mama ga ada, siapa yang bakal ngurusin kamu Thar? Siapa yang bakal peduliin kamu? Hm? Kamu itu anak Mama. Putra kecil Mama. Sedewasa apa pun umur sama pola pikir kamu, kamu itu tetep putra kecil Mama, yang suka nangis kalo ga dibeliin apa yang dia mau. Anak ganteng Mama yang manja banget sama Mama, sama Papanya juga. Dan sekarang dia udah dewasa. " Mata Rusmei mulai berkaca kaca, saat ia mengatakan hal itu. "Ngomong sama Mama Thar, Siapa? Siapa yang bakal ngelakuin itu semua lagi kalo Mama ga ada? Siapa Thar?"

"Ma, cukup! Mama ga bakalan pergi ninggalin Fathar! Mama bakalan selalu ada di samping Fathar! Semua hal kecil itu, tetep bakalan Mama yang ngelakuin." Fathar mulai mendekat ke arah Rusmei, lalu ia memeluk tubuh Mamanya yang lebih pendek darinya. Rusmei pun membalas pelukan Fathar, ia terisak kecil.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang