بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
assalamu'alaikum. hehe haloo Wa😁 mauuu baca part ini? jgn lupa vote okeiii
btw part ini bakal ada lagi cerita yang tidak terduga hhehe
- selamat menggulir halaman ini! -
***
"Ada hal yang kamu belum tahu, Ra. Ayah sama Bunda minta maaf ga ngasih tau kamu dari dulu. Menurut kita hal itu ga perlu di bahas lagi, maka nya Ayah sama Bunda gak ngungkit kejadian itu. Tapi, mungkin emang udah saat nya kamu tau."
Di rumah orang tua nya, Saheera menjelaskan peristiwa tadi siang. Saat ia melihat seorang siswa mempunyai paras yang mirip seperti Nafi.
"K-kejadian apa Yah?"
Sebelum bercerita, Zaky menarik napasnya dalam dan menghembuskankannya secara perlahan. Ia memandang Saheera dan Fathar secara bergantian, berharap anaknya itu tidak kecewa karena mereka baru memberitahukannya sekarang.
"Belasan tahun yang lalu, di rumah sakit Bina kasih, Bunda mau lahiran, Ra. Awalnya Dokter gaada ngasih tau apa-apa tentang anak yang lagi dikandung sama Bunda."
"Singkat cerita Bunda kamu udah ngelahirin Nafi. Tapi.. Ternyata kata Dokter Bunda ngandung anak kembar."
Mulut Saheera terbuka sedikit, seakan terkejut mendengar kabar ini. Fathar yang berada di sampingnya tetap setia mengelus tangan istrinya itu.
"Dan ternyata bener, malam itu Bunda ngelahirin Nafi.. Dan kembarannya yang bahkan waktu itu belum sempet Ayah sama Bunda kasih nama."
"Waktu Bunda lahiran, kamu inget kan kalau kamu gaada di rumah sakit? Kamu di rumah Fatimah waktu itu, dan Ayah belum ngasih kabar apa-apa kalau Bunda kamu punya anak kembar."
"Besoknya, waktu Ayah ditemenin susternya mau ke ruangan bayi, mau ngambil kedua adek kamu, di situ Ayah kaget karena, cuman ada bayi Nafi di situ."
"Sedangkan kembarannya udah gak ada di box bayi, Ra."
"Suster pun panik dan langsung nyuruh satpam buat ngecek CCTV. Ternyata ada orang asing yang masuk ke ruangan itu, Ra. Dia pake masker sama topi, dan waktu keluar dari situ dia emang bawa bayi, Ra."
"Dan bayi yang diculik itu, kembarannya Nafi."
Entahlah, Saheera tidak bisa lagi menahan air mata nya. Ia menangis. Ternyata ia tidak hanya mempunyai Nafi, tapi ada satu adiknya lagi yang sekarang entah kemana dan apa kabarnya.
"Te..terus kabar kembarannya Nafi gimana Yah?"
Bukan Zaky, melainkan Fara yang menjawab. "Bunda sama Ayah udah lapor polisi, Ra. Tapi tetep aja penculiknya gak ketemu. Sampai di mana Bunda udah ikhlas. Kalau emang Bunda harus kehilangan anak bungsu Bunda, Ra."
"Sampai sekarang kita gak tau kabar adiknya Nafi gimana. Kita gatau penculik itu bawa dia kemana, dan masih hidup apa enggak." Fara berkata lirih dengan isak tangisnya.
"Jarang kita ketemu orang yang benar-benar semirip itu sama wajah seseorang, kecuali kalau emang kembar. Apa gak lebih baik kita cek aja Yah orang yang dilihat Saheera tadi siang? Siapa tau,"
Fathar menjeda ucapannya. "Itu kembarannya Nafi."
Disusul anggukan setuju oleh Fara. Ia juga berniat ingin melihat langsung anak itu. Dan entah mengapa, Fara mempunyai firasat bahwa itu adalah anaknya. Semoga saja.
***
"ASSALAMU'ALAIKUM WARAHMATULLAHI WABARAKATUH! PANGGILAN KEPADA PANGERAN ARKA NIATAMA, MURID KELAS XI IPA 5! AGAR SEGERA DATANG KE MEJA PIKET, ADA YANG INGIN BERKUNJUNG!"
Kaki Pangeran sudah berada tepat di depan meja piket. Netranya memandang sepasang suami istri yang sudah berkepala empat.
Dan wanita berhijab yang ia menemuinya kemarin, dan mengatakan bahwa Pangeran mirip dengan adiknya.
"Cewe kemarin? Mau apa lagi dia?" Batin Pangeran menggerutu.
"Pangeran, ke sini. Ada yang mau menemui kamu," Ujar bu Patmi, selaku guru piket di sekolah itu.
Dahi Pangeran mengernyit, menimbulkan garis-garis kecil di sana. "Ada perlu apa?" Tanya Pangeran.
Fara. Wanita itu bahkan sekarang sudah duduk di kursi yang di sediakan karena tak sanggup lagi untuk berdiri. Kakinya mendadak lemas, saat melihat sosok remaja yang sangat mirip.. Dengan Almarhum Nafi.
Wanita itu menangis di pelukan Zaky. Begitupun Zaky, ia seakan mimpi saat melihat Pangeran. Matanya bahkan tak berkedip melihat itu. Karena, anak itu sangat mirip, bahkan bisa di bilang tidak ada bedanya dengan Nafi.
Pun dengan Fathar. Respon laki-laki itu sama halnya dengan yang lain. Pikirannya terasa nge-blank melihat itu.
"Semirip itu sama Nafi?" Batin Fathar dengan rasa tak percaya.
Saheera yang memang sudah lebih dulu melihatnya kini tersenyum hangat saat melihat kehadiran Pangeran. Rasa rindunya sangat terobati kala melihat wajah Pangeran yang sama persis dengan Nafi.
"Assalamu'alaikum, Pangeran."
Pangeran mendengus kasar. "Wa'alaikumussalam."
Dengan langkah lemas dan tatapan tak percayanya, Fara beranjak dari duduknya, lalu berjalan mendekati Pangeran.
"Na..Nafi."
Tangannya merentang seakan-akan ingin memeluk Pangeran. Dan dengan wajah ketusnya, Pangeran mundur menjauh dari jangkauan Fara.
"Jangan lancang dan sok akrab. Kita gak kenal."
Deg.
Hati Fara terasa sakit mendengar itu. Air mata nya luruh saat Pangeran mengatakan bahwa mereka tidak saling mengenal.
Walaupun memang faktanya begitu. Pangeran dan keluarga Saheera baru saja bertemu. Apapun kenyataannya, intinya Pangeran tidak mengenal mereka.
"Nafi.. Bunda kangen kamu nak." Fara tersenyum hangat, seperti senyuman yang biasa ia tunjukkan pada Almarhum Nafi.
"Bu, kalau saya di panggil ke sini buat hal yang gak guna, mending saya balik aja ke Kelas. Pun saya ga kenal sama mereka."
Dahi Fathar mengernyit tak suka. Ia akui, wajah Pangeran sangat mirip bahkan tidak ada buangnya dengan Nafi. Tapi, sifat mereka sangat berbanding balik, bahkan sangat jauh berbeda.
Sosok Nafi yang dirinya kenal itu adalah remaja yang sopan. Pada siapa pun itu, Nafi pasti akan berlaku sopan. Terserah mau orang itu dikenalnya atau tidak.
Melihat sifat Pangeran yang seperti ini, tentu membuat kesan yang berbeda bagi Fathar. Ia bahkan bisa merasakan sakit hati yang dialami Fara karena ucapan Pangeran.
"Pangeran, maaf udah ganggu waktu kamu. Tapi apa bisa kita ngobrol sebentar? Ada beberapa hal yang pengen kita tau dari kamu." Saheera berusaha meluluhkan Pangeran.
"Gue sibuk, ga bisa."
Jawaban itu tentu membuat Fathar kembali menarik kesimpulan bahwa anak ini tidak ada sopan santunnya sama sekali.
"Bentar aja ga bisa? Toh juga kalau udah dapet izin dari gurunya gapapa," Kata Fathar yang sedikit kesal pada Pangeran.
Pangeran menatap Fathar tak suka. "Kalau gue bilang gabisa ya nggak bisa. Jangan maksa bisa? Udah dibilang kita gak kenal."
Fathar mendekat ke arah Pangeran yang masih setia memandan nya tajam. Fathar menepuk pundak Pangeran beberapa kali.
"Bro, ikut sama kita dan buktiin sama sama. Bisa jadi orang yang ngurus lo dari kecil.."
"... Itu bukan orang tua kandung lo."
***
gatau mau bilang apa, assalamualaikum🙏
KAMU SEDANG MEMBACA
New Love
Teen Fiction𝐬𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐛𝐚𝐜𝐚, 𝐡𝐚𝐫𝐚𝐩 𝐟𝐨𝐥𝐥𝐨𝐰! __ Singkat saja, kisah ini menceritakan tentang pertemuan yang tidak disengaja, antara dua insan berbeda gender. Dan dari pertemuan itulah, semuanya dimulai. __ "Oke, gue mau maafin lo, tapi ada sy...