Chapter Nineteen - 19

2.6K 100 0
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

assalamu'alaikum.

ada yang TIDAK SUKA rendang di sini?? pls bilang ada, kalau iya kita temenan! 🤝

- Selamat menggulir halaman ini! -

***

Akibat terkena hujan tadi siang, malamnya Saheera jadi terkena demam. Suhu tubuh wanita tinggi sekali. Badannya pun menggigil kedinginan.

Ia sekarang tengah berada di kamar bersama Fathar. Fara juga tadi sudah membuatkannya segelas teh hangat. Tak lupa tadi mereka memanggil dokter untuk memeriksa Saheera.

"Masih dingin?" Tanya Fathar pada Saheera.

Anggukan lemah Fathar dapatkan dari istrinya itu. "Yaudah tidur aja, pake selimutnya." Ia menyelimuti tubuh Saheera hingga keatas dada.

"Kamu mau kemana?" Tanya Saheera seakan tidak ingin ditinggal oleh Fathar.

"Kemana emang? Gue gak ke mana-mana," Balas Fathar.

"Jangan pergi, ya?" Tersirat ketakutan dari nada bicara Saheera.

Fathar duduk di samping Saheera yang rebahan. Ia menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Tangan kekarnya terus memijat kepala Saheera.

"Gue ga kemana mana. Udah, sekarang tidur." Fathar memperbaiki posisi selimut Saheera.

Saheera pun memejamkan matanya. Walaupun sedikit susah untuk tidur. Karena ia terus kepikiran tentang Nafi. Ia masih memikirkan adiknya itu.

Perlahan namun pasti, kesadaran Saheera mulai menghilang. Ia pun mulai memasuki alam bawah sadarnya.

***

Keesokan harinya, suhu tubuh Saheera mulai mereda. Pusing di kepalanya pun berangsur hilang. Sekarang, ia tengah duduk di kasur menonton televisi yang ada di kamar nya sambil memakan buah apel yang sudah diiris Fathar.

Tiba-tiba Fathar masuk dengan nampan berisi nasi beserta lauk pauknya dan segelas air putih. Ia berjalan, menaruh nampan itu di atas nakas, lalu Fathar ikut duduk di samping Saheera.

"Gimana? Udah enakan?" Tanya Fathar sembari mencomot satu potong apel.

Anggukan Saheera ia tunjukkan dari pertanyaan Fathar tadi. "Alhamdulillah, lumayan. Kepala aku juga udah ga pusing lagi."

"Jangan minum es dulu, Banyakin istirahat, jangan banyak pikiran." Sudah seperti orang tua yang menasehati anaknya, begitulah Fathar pada Saheera.

"Iyaaa Fathar."

"Satu lagi, jangan lama lama larut dalam kesedihan. Bisa?"

Mulut Saheera yang tengah mengunyah apel tadi sontak berhenti, kepalanya menoleh ke arah Fathar. Mata nya kembali berkaca kaca, teringat dengan almarhum adiknya.

Fathar menghela napasnnya. Ia pun mendekat, lalu menarik Saheera kedalam pelukannya. Tangannya terangkat untuk mengusap punggung Saheera.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang