Chapter Two - 2

5.1K 186 2
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

Assalamu'alaikum pren'ku!

By the way, mau ngasih quotes dikit nihh mwehehe.

"Sukses adalah sebuah perjalanan, bukan sebuah tujuan. Usaha lebih sering penting daripada hasilnya."

- Selamat menggulir halaman ini! -

***

Seorang pria bertubuh atletis baru saja keluar dari sebuah kamar mandi. Tubuh atasnya yang tidak terbalut apa pun, membuat perut kotak kotaknya terpampang dengan jelas.

Kaki jenjangnya berjalan ke arah lemari guna mengambil pakaian. Malam ini, ia hanya menggunakan kaos hitam polos, dan juga celana pendek selutut.

Tangan kekarnya beralih mengeringkan rambutnya yang masih basah menggunakan handuk kecil. Wajahnya sangat tampan, ditambah air dari rambutnya yang terus membasahi wajah tegasnya.

Ting!

Suara notifikasi terdengar dari ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Ia segera mendekatinya lalu mengambil ponsel itu, untuk ia cek. Ternyata, pesan dari seseorang.

Daffa :

Thar, nongki?

Fathar:
Males

Daffa :
Kenapa lo? Tumben tumbenan di ajak males

Fathar:
Lagi ga mood gue

Daffa :
Ya makanya ikut nongki sama kita, ngilangin stress

Fathar:
Makin stress kalo sama lo pada

Daffa:
Terserah, males ngeladenin orang gila

___

Fathar terkekeh pelan melihat balasan terakhir dari temannya itu. Bukannya Fathar tak ingin ikut, hanya saja ia sekarang tengah malas untuk keluar rumah. Jangan kan rumah, keluar kamar saja ia malas.

Ia menaruh kembali ponselnya ke atas kasur. Setelah itu, tubuhnya ia duduk kan di pinggiran kasur menghadap ke arah balkon kamarnya.

Pikirannya kembali teringat dengan suatu kejadian yang membuatnya trauma untuk mendekati atau mencintai yang namanya wanita, kecuali Mamanya.

Mengingat hal itu, bisa membuat Fathar hancur seketika. Ia sungguh tak mau lagi yang namanya mengenal wanita. Walaupun sudah berulang kali orang tuanya mencoba untuk menjodohkan Fathar.

"Gue benci sama lo, tapi gue juga cinta sama lo," gumam Fathar dengan pandangan yang tak lepas dari arah balkon. Kebetulan, gorden jendelanya tengah terbuka, jadi ia bisa melihat langit malam yang indah dengan bebas.

"Tapi itu dulu," Fathar tersenyum smirk mengingat kejadian itu.

"Gue harap, hama kayak lo ga akan pernah balik lagi ke hadapan gue."

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang