Chapter Twenty Seven- 27

1.8K 64 0
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

assalamualaikum.

lebih suka minuman rasa apa?
kalau aku lebih suka dia EGDJDHKSKS canda. aku sukanya es kosong aja, satu tim sama Saheera

- slamat menggulir halaman ini!

***

Ketika baru selesai mandi, Saheera pun mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Ia beranjak untuk duduk di kursi meja rias.

Saheera ingin melakukan ritual malam, yaitu dengan memberikan beberapa skincare untuk wajah dan tubuhnya.

Hanya butuh waktu sebentar saja, Saheera bersiap untuk segera tidur.

Baru saja hendak memejamkan matanya, pintu kamar itu terbuka karena kehadiran Fathar dengan setelan casualnya.

Cowok itu baru saja selesai nongkrong bersama teman temannya.

"Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

Fathar melepas hoodienya, lalu segera masuk ke dalam kamar mandi untuk bersih-bersih. Dirinya sangat lelah hari ini. Satu hari full dengan kegiatan, mulai dari kuliah, merencanakan pembangunan Cafe bersama Arfan, hingga saat malam diajak nongkrong oleh teman-temannya.

Arfan memang ingin membangun sebuah Cafe di lahan yang baru saja ia beli untuk Fathar. Arfan ingin Fathar yang mengelola Cafe itu. Agar anaknya bisa lebih mandiri, dan menafkahi Saheera dengan hasil keringatnya sendiri.

Tak berapa lama kemudian, Fathar keluar dengan kaos putih polos dan celana selutut.

Wajah laki laki itu tampak kelelahan. Ia sangat butuh sebuah pelukan ternyaman agar lelahnya hilang.

Tubuhnya berhasil Fathar rebahkan di atas kasur yang empuk itu. Sangat nyaman. Saheera yang melihat itu pun tersenyum tipis, terlihat dari raut wajahnya bahwa Fathar tengah kelelahan.

"Cape?" Tanya Saheera perhatian.

Yang ditanya hanya mengangguk saja. Ia beralih merapatkan tubuhnya dengan Saheera. Tangannya melingkar di perut ramping Saheera. Fathar membenamkan wajahnya di ceruk leher Saheera.

Tanpa harus diberi aba-aba, Saheera sudah mengelus rambut hitam Fathar agar laki-laki bisa nyaman dan cepat tertidur.

"Sira," Panggil Fathar dengan suara yang sedikit serak.

Kening Saheera mengerut, tumben sekali Fathar memanggilnya dengan sebutan itu. Biasanya ia akan memanggil dengan sebutan 'Saheera' bukan 'Sira'.

"Iya?"

Fathar sedikit menggeliat untuk mencari tempat ternyamannya di leher Saheera. "Pusing," adunya dengan nada yang terdengar manja.

"Iya aku pijitin." Tangan Saheera dengan halus memijat kepala Fathar agar pusingnya sedikit mereda.

"Tadi ketemu sama Papa." Fathar bercerita tanpa ditanya. Ia berusaha untuk bercerita walaupun matanya sudah sangat mengantuk. Entah mengapa, akhir-akhir ini Fathar jadi lebih terbuka dengan Saheera.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang