Chapter Forty - 40

1.7K 80 9
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

assalamu'alaikum.

ohayoo, aku revisi inii pagi sebelum berangkat sekul🙄🙄


- selamat menggulir halaman ini! -

***

Di sore hari, Pangeran memilih menghabiskan waktunya untuk duduk menikmati matahari yang mulai tenggelam di gazebo. Padahal tadi Dion, Evan dan juga Fenus sempat mengajaknya untuk bermain basket, tapi Pangeran menolaknya.

Tempatnya sama, tapi tidak dengan suasananya. Pangeran memiliki banyak sekali kenangan di sini. Dari kecil, gazebo ini adalah tempat favorit Pangeran jika sedang bersama Riana.

Ketika tengah terdiam, Pangeran salah fokus dengan tulisan dari spidol permanen yang terlihat di dinding kayu gazebo.

Posisi kaki Pangeran yang menjuntai ke tanah itu pun ia angkat untuk duduk di atas gazebo. Tangannya mulai menyentuh pelan tulisan tangan anak kecil itu.

Terlihat berantakan memang tulisannya, tapi tidak kenangannya. Menurut Pangeran, kenangan dari tulisan itu sangat tersusun rapih di benaknya.

Ini tulisan arka waktu kecil
nanti arka lihat lagi kalau udah gede
arka sayang mama
mama cantik sama kayak kak nesi
papa ganteng kayak arka
arka sayang semuanya

Bibirnya tertarik ke atas untuk membentuk sebuah senyuman. Pangeran mengusap tinta spidol yang sudah mulai kusam itu. Di bawahnya, ada tulisan tangan yang sangat rapih, berbeda jauh dengan tulisan sebelumnya.

ini mama. pesan mama kalau arka udah besar, jadi anak baik ya. jangan suka nakal, nanti mama cubit kalau nakal. harus jagain kak nessy, arka juga harus bisa jaga diri arka sendiri.

Tulisan yang akan selalu Pangeran ingat. Karena itu pesan dari Mamanya, wanita yang paling Pangeran sayang.

Dari Riana, ia banyak belajar tentang suatu hal. Bagi Pangeran, Riana adalah lentera di kehidupannya. Sosok malaikat yang selalu menjadi panutan untuk anak-anaknya.

Seperti sekarang ini, banyak yang berubah di hidupnya saat Riana pergi meninggalkan Pangeran. Hidupnya sudah mulai tidak terarah. Pangeran butuh Riana, Pangeran butuh sosok ibu di hidupnya.

Pangeran menoleh ke belakang saat merasakan tepukan pelan di pundaknya. Ia menghela napas berat saat melihat kehadiran Wiran di sana.

"Boleh Papa ikut duduk di sini?"

Pangeran hanya mengangguk sebagai jawaban. Wiran pun duduk di sebelah Pangeran. Rasanya sudah lama Wiran tidak bisa duduk berdua seperti ini bersama Pangeran. Karena biasanya ia akan selalu sibuk bekerja dan Pangeran akan pergi keluar bersama teman-temannya.

Dilihatnya tulisan yang ada di dinding gazebo itu, lalu Wiran tersenyum tipis. Sekarang ia tahu alasan mengapa raut wajah Pangeran tampak murung begitu.

"Inget apa aja tentang Mama?" Tanya Wiran sambil menoleh pada anaknya itu.

Awalnya Pangeran sedikit tak suka saat ditanya begitu, tapi ia mulai luluh ingin menjawab.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang