Chapter Thirty Seven - 37

2K 83 4
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

assalamu'alaikum. yeayy mapii kembali Wa, ada yang nungguin?

mau cerita dikit hhe.

pusing mikirin kalau New Love tamat, apa aku publish aja cerita yang udh ada di draft? kekk masih bingung gtu loh, kadang juga suka insecure sama tulisan sendiri yang masih berantakan, alurnya juga nggak sebagus cerita author lain. dan karena "minder" akhirnya buat semangat nulis nurun, bener² fakir percaya diri. jgn kan mau publish cerita baru, sama New Love aja kadang masih suka insecure. do'ain aku yaa smoga bisa ttp semangat ngelahirin karya yang baruu lagi🕊💓

aku udah, giliran kalian. ada cerita seru dan lucu apa harii inii?? cerita dongg, lagi pgn ketawa juga wkwk😺

- selamat menggulir halaman ini! -

***

Di malam hari, setelah selesai dengan urusan dapurnya, Saheera pun kembali ke kamar dengan semangkok mie instan dan juga air mineral yang dingin. Saheera memang lebih suka air dingin biasa, daripada sejenis jus atau minuman rasa lainnya.

Cuaca malam ini juga terasa sangat dingin akibat hujan yang baru saja turun selepas maghrib tadi. Tentu Saheera memilih memasak mie instan saja, karena sangat cocok dinikmati saat cuaca dingin seperti ini.

Membuka pintu kamar, Saheera berjalan masuk. Dilihatnya Fathar yang masih mengerjakan tugas kuliahnya. Fathar tampak duduk di atas kasur sembari memangku laptop.

Duduk di tepi ranjang, Saheera meletakkan mie instannya di atas nakas. Fathar yang merasakan kasurnya tengah diduduki pun menoleh ke arah Saheera, ia tersenyum.

"Udah masa nya?"

Saheera mengangguk. "Mie instan hehe kamu mau kan?"

"Mau. Disuapin kan?" Alis Fathar terangkat bertanya.

"Boleh dong, apa yang engga buat suami aku," Balas Saheera sambil meraih mie instannya kembali.

Mendengar itu membuat Fathar terkekeh ringan. Ia pun membuka mulutnya saat Saheera menyodorkan sesendok mie. Fathar mengunyahnya dengan mata terpejam.

Dahi Saheera mengernyit. Lalu bertanya. "Kenapa? Ga enak? Jangan salahin aku, salahin pabrik mienya aja, kan yang racik bumbu mereka, bukan aku," cerocos Saheera.

"Yang nyalahin siapa sih, sayang. Belum juga ngomong udah nyambar aja, istri siapa sih?" gemas Fathar mencubit hidup Saheera.

Bibir Saheera pun manyun, ia tertawa pelan. "Ya kamu habisnya pake merem segala, kirain ga enak."

Menanggapinya hanya dengan kekehan ringan. Fathar pun kembali fokus menatap layar laptopnya untuk lanjut mengerjakan tugas. Sesekali ia menerima suapan dari Saheera.

Hingga mie instan habis, Saheera mengambil air yang ada nakas lalu di minumnya. Dasar Saheera ini, sudah tahu cuaca dingin tapi tetap minum air yang dingin. Apa tidak beku?

Tidak, karena minum air dingin itu sungguh suatu kenikmatan. Bagi sebagian orang, itu hanyalah sebuah air dengan suhu yang dingin. Tidak ada istimewanya sama sekali, apalagi rasanya yang hambar.

Berbeda dengan Saheera dan penulis cerita ini, mereka sangat menyukai air dingin hingga susah untuk makan jika tidak ditemani air dingin.

Saheera keluar sebentar untuk ke dapur, karena ingin menaruh bekas makan mereka tadi. Setelah itu ia kembali ke kamar, dan ikut duduk di sebelah Fathar. Ia ikut menatap layar laptop suaminya.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang