Chapter Eighteen - 18

2.9K 111 7
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم

assalamu'alaikum.

ost : Kamu dan Kenangan - Maudy Ayunda.

lagu di atas wajib kalian putar, biar ngena.

cung yang nangiss di chap kemarin 😭🙌 nah, untuk part ini, siap siap ya.. Siapin tisu lagi, jangan pake baju lapnya, karena part ini bakalan lebih mewek😭

- Selamat menggulir halaman ini! -

***

02.15

Setelah sadar dari pingsannya, Saheera terus saja memanggil manggil nama Nafi, adiknya. Setelah tahu kabar bahwa Nafi meninggal, hati Saheera rasanya terhimpit batu besar, sesak sekali rasanya.

Ia pun langsung pergi ke rumah sakit ditemani oleh Fathar. Tangis Saheera tak juga kunjung berhenti, sampai matanya bengkak. Hidungnya juga sangat memerah karena terlalu lama menangis.

Ketika sudah depan ruang ICU, Saheera melihat banyak anggota keluarganya yang sudah menangis disitu. Hati nya pun semakin sakit, saat melihat Fara yang termenung sembari memegang foto Nafi kecil.

Saheera berlari lalu memeluk Fara. Ia mengusap punggung Bundanya. "Bunda? Bunda ikhlas ya? Adek udah tenang."

Tidak ada jawaban, Fara terus saja termenung dengan tatapan kosong. Ia seperti tidak mempunyai semangat hidup lagi.

Saheera mengurai pelukannya, ia pun menangkup kedua pipi Fara. "Nda? Jangan gini Nda, istighfar. Sira ga kuat ngelihat Bunda kaya gini."

Diam. Fara masih saja terus melamun dengan tatapan kosongnya. Hal itu membuat Zaky dan Saheera semakin khawatir.

"Nda, jangan ngelamun gini. Hei? Istighfar ayo," ujar Zaky dengan memeluk istrinya. Ia menaruh kepala Fara untuk bersender di bahunya.

"Ayah, ruangan Nafi mana? Sira mau kesitu dulu, Sira titip Bunda Yah."

Zaky mengangguk. Lalu ia menunjukkan ruangan di mana jasad Nafi berada.

Fathar pun menemani Saheera untuk melihat sang adik. Mereka berdua memasuki ruangan serba putih. Manik mata Saheera dan Fathar, langsung menangkap jasad di atas brankar yang sudah diselimuti kain putih.

Tidak percaya bahwa itu benar adik nya. Saheera pun menangis dan menutup mulutnya dengan tangan. Ia berlari untuk mendekati jasad Nafi. Fathar pun mengikuti kemana Saheera pergi.

Tangan nya yang bergetar membuka kain putih itu secara perlahan. Saat dibuka, nampaklah wajah damai Nafi yang tertidur untuk selamanya.

"Fathar, i-ini Nafi?" Saheera menatap Fathar penuh harap.

Ia berharap Fathar mengatakan bahwa ini semua hanya lah mimpi. Nafi tidak pergi. Nafi masih hidup. Nafi masih bersama mereka, dalam keadaan sehat. Ia berharap Fathar menjawab itu.

"Ra, ikhlas ya?" Fathar memeluk tubuh Saheera. Ia mengusap pundak itu agar tegar menghadapi cobaan ini.

Saheera memegang pipi tirus adiknya yang pucat. Bibir yang biasanya selalu meledek Saheera itu, sudah tertutup kelu. Bibir Nafi sangat pucat.

New LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang