Bagian I : 4

1.3K 199 2
                                    

***

Lisa menggandeng lengan kakaknya. Dengan pakaian yang serba kebesaran, gadis itu memeluk lengan Soohyuk. Sedang di belakang mereka, seseorang mengekor. Siapa lagi kalau bukan Kwon Jiyong. Di dalam pusat perbelanjaan, mereka berjalan bersama. Beberapa pasang mata melihat mereka, memperhatikan ketiganya. Pasti bertanya-tanya, siapa gadis itu? Kenapa gadis dengan pakaian aneh itu melangkah bersama dua pria tampan? Dengan Soohyuk juga G Dragon? Kenapa gadis yang berantakan itu menggandeng mesra lengan Soohyuk? Mereka jelas penasaran.

"Oppa, kenapa dia ikut?" bisik Lisa, bicara pada kakaknya, menyinggung G Dragon yang terus mengekor.

"Biarkan saja, dia sedang butuh hiburan," santai Soohyuk, namun tetap ikut berbisik.

"Aku bisa mendengarnya," celetuk Jiyong dari belakang. "Sebenarnya kemana kalian akan pergi? Apa yang kau cari?" tanyanya heran, sebab mereka sudah melewati beberapa toko pakaian.

"Skin care," jawab Lisa, yang kemudian menunjuk sebuah toko berisi banyak botol-botol mahal.

"Kau juga pakai skin care?" komentar Jiyong, membuat Lisa langsung menoleh ke belakang. Menatapnya dengan dahi berkerut. "Ah... Pakai? Pantas saja, wajahmu tetap bersih padahal-"

"Oppa, kenapa kau terus membuatku kesal? Sejak kemarin? Kau sengaja melakukannya?" potong Lisa, berbalik untuk melihat lawan bicaranya. Menatap sebal pada pria yang disukainya itu.

Ya, Lisa menyukainya. Sudah lama. Namun karena Jiyong tidak balas menyukainya, hubungan mereka hanya sebatas teman, tetangga, atau adik. Jiyong memakai banyak alasan untuk menolaknya, mungkin sikapnya hari ini pun ia lakukan untuk menolaknya. Untuk memberitahu Lisa, kalau ia tidak bisa membalas perasaannya. Untuk membuat adik teman dekatnya itu, berhenti menyukainya.

Jiyong berpaling, melangkah lebih dulu sedang Soohyuk menatap punggung pria itu, bergantian dengan menatap wajahnya. "Sesuatu terjadi di antara kalian?" tanya Soohyuk dan Lisa menaikan bahunya.

"Sepertinya dia sangat stres," kata Lisa, ikut menatap prihatin pada pria yang kini justru melangkah masuk lebih dulu. Melangkah ke deretan rak berisi botol-botol perawatan tubuh untuk laki-laki.

Tiba di sana, Soohyuk mengekori adiknya. Membawakan keranjang untuk sang adik, melayaninya seolah dirinya lah staff dalam toko itu. "Bagaimana harimu akhir-akhir ini?" tanya Soohyuk, sementara sang adik sibuk memilih sunscreen untuk ia bawa pulang.

"Sibuk," kata Lisa. "Aku ingin tinggal sendiri," susulnya tiba-tiba, berbalik menatap Soohyuk lantas menanyakan pendapat pria itu.

"Tiba-tiba? Lalu appa? Kau tidak ingin tinggal dengannya lagi?" tanya sang kakak, yang sampai hari ini masih tinggal bersama ibu mereka.

"Aku tidak tinggal dengannya, sudah lama," geleng Lisa. "Aku bertemu dengannya setiap hari, tapi kami tidak tinggal bersama," susulnya. "Appa tinggal di rumah dinas, aku di barak. Tapi... Sepertinya aku ingin keluar dari barak. Mungkin menyewa rumah kecil di dekat markas? Barang-barangku semakin banyak sekarang," ceritanya.

"Tentu saja makin banyak. Apa kau menjual semua ini di barak?" tanya Soohyuk kemudian, sebab Lisa memasukan beberapa botol sunscreen ke dalam keranjang belanjanya.

Ia menggeleng. "Tidak," katanya. "Untuk mempertahankan wajahku ini, aku memang butuh banyak," ucapnya, sembari menyentuh pipinya dengan kedua tangannya. "Sunscreen, serum, essence, toner, aku butuh banyak," akunya.

"Selama ini gajimu cukup untuk semua ini?"

Sekali lagi Lisa menggeleng. "Appa masih memberiku uang saku. Tidak... Dia selalu senang saat memberiku uang, dan aku hanya ingin membuatnya senang. Setiap kali appa ingin memberimu uang, oppa menolaknya. Itu membuatnya sedih. Dia masih sehat, dia masih bekerja, uangnya banyak, tapi oppa tidak mau menerima uangnya, nakal," omelnya. "Sesekali terima uang darinya. Sesekali minta lah bantuannya," susulnya dan Soohyuk hanya berdecak, lalu mengangguk mengiyakannya. Hubungan Soohyuk dan ayahnya terlalu canggung untuk bisa Lisa pahami.

Tidak seperti Lisa yang amat mengidolakan ayah mereka, Soohyuk tidak seberapa menyukainya. Bukan berarti ia membenci ayahnya, hanya saja, cerita ibunya tentang Teo Kim membuatnya sedikit tidak menyukainya. Soohyuk tahu kalau Teo ayah yang baik, namun ia pun tahu kalau ayahnya bukan lah pasangan yang baik-meski ia tidak berselingkuh dengan wanita lain.

"Aku ingin melihat pakaian di sana," lapor Jiyong, menghampiri kakak beradik itu setelah tidak ditemukannya sesuatu yang ingin ia beli.

Soohyuk mengangguk, sedang Lisa berpaling tidak seberapa peduli. Gadis itu pergi, mencari beberapa kebutuhannya yang lain. Memasukan semuanya ke dalam keranjang, lantas pergi ke kasir untuk membayarnya. Soohyuk menwarkan diri untuk membayar semua itu, namun Lisa menolaknya. Mengatakan kalau ayah mereka sudah memberinya uang untuk semua kebutuhan itu.

"Oppa tahu? Aku... tentara paling cantik di markas," pamer Lisa. "Setiap kali ada yang selesai wamil, mereka meminta nomor teleponku. Lalu kemarin... Ji Chanwook mengajakku makan malam," bisiknya, dengan senyum yang mengembang lebar.

"Kemarin? Wamilnya sudah selesai?" Soohyuk ikut berbisik dan Lisa menganggukan kepalanya.

"Hm... Kemarin dia pulang," angguknya.

"Lalu? Kau pergi dengannya? Makan malam?" tanya Soohyuk dan Lisa menggeleng.

"Aku sibuk," katanya sembari menggeleng.

Lisa terus mengoceh, menceritakan hari-harinya di markas militer. Sepanjang perjalanan itu, ceritanya tidak pernah habis. Sampai malam datang dan selesai mengisi perut, mereka kembali ke YG. Mobil Lisa masih ada di sana. Malam ini Lisa harus kembali ke markasnya. Ia harus kembali bekerja besok dan enggan berangkat pagi-pagi sekali agar tidak terlambat.

"Sungguh kau akan langsung kembali? Tidak menemui eomma lebih dulu?" tanya Soohyuk dan Lisa menggeleng.

"Lain kali aku akan menemuinya, saat liburan selanjutnya," tolak Lisa. "Lagi pula penampilanku hari ini tidak pantas untuk menemuinya. Aku akan mampir ke rumahmu saat liburan selanjutnya," katanya, menenangkan sang kakak.

"Eomma pasti kecewa," komentar Soohyuk, namun adiknya hanya diam. Mengulas sebuah senyum yang sulit diartikan.

Lisa tahu, meski ia tidak mengunjungi ibunya sekarang, ibunya akan tetap kecewa. Ibunya sudah kecewa sejak Lisa memilih jalan karirnya dulu. Sejak Lisa bersikeras ingin pergi ke Angkatan Darat, sama seperti ayahnya.

Seperginya Lisa dari sana, Kwon Jiyong yang sebelumnya tidak banyak bicara-sebab ia tidak bisa ikut campur dalam urusan keluarga temannya-menegur Soohyuk. "Apa kau harus bilang begitu padanya?" komentar Jiyong. "Dia hanya akan dimarahi kalau bertemu dengan ibumu sekarang, dan dia tahu itu," susulnya.

"Lalu sampai kapan kami harus tinggal seperti ini?" balas Soohyuk. "Mereka sama-sama keras kepala, menurutmu siapa yang harus aku dulukan? Siapapun yang aku prioritaskan, yang satunya akan terluka," gerutunya. "Augh! Lagi pula apa yang dilihatnya dari pekerjaan itu? Kenapa dia memilih pekerjaan itu? Aku tidak bisa memahaminya," keluhnya, pada seorang teman dekatnya. Teman yang sejak kecil berada di sisinya.

"Dia pasti punya alasan, sama seperti alasanmu memilih pekerjaanmu sekarang," kata Jiyong, dengan bahu yang ia angkat. "Ah... Aku punya janji dengan kekasihku. Aku pergi duluan. Aku harus memberitahunya tentang surat panggilan itu," pamitnya kemudian, melangkah ke arah mobil pribadinya yang juga ada di tempat parkir agensi itu.

***

Post ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang