***
"...aku menangis tersedu-sedu, lalu Kapten Kim memulangkanku bersama beberapa tentara lain yang gugur," kata Lisa, setelah ia menghabiskan setengah mangkuk nasinya. Tangannya masih gemetar saat ia mengangkat sendok, namun suaranya tidak lagi terdengar menyedihkan. "Tapi... Dalam perjalanan ke bandara, truk kami diserang. Seorang teroris datang dengan bom di dadanya, dia meledakan diri dan truk kami terbalik karena ledakannya. Sebagian dari kami tidak selamat, lalu kami terpisah. Aku dan beberapa temanku pergi ke pelabuhan terdekat dan menumpang kapal sampai ke sini," ceritanya, tanpa menyinggung kalau kapal yang ia naiki berisi belasan penjahat. Kapal yang menyeludupkan imigran-imigran ilegal. Tidak juga menyinggung kalau seluruh barang-barangnya dicuri pemilik kapal itu, hanya apa yang ada di sakunya yang berhasil ia selamatkan—dompet juga handphonenya.
Jiyong memijat pelipisnya setelah mendengar kisah itu. Lantas Lisa mengukir senyum di wajahnya, "semuanya sudah berakhir, aku tidak apa-apa," katanya, ingin menenangkan lawan bicaranya. Pria yang sekarang duduk di depannya, membantu menaruh lauk di atas sendoknya.
"Tetap saja-"
"Oppa," Lisa menyela keluhan-keluhan Jiyong. Menyela omelan yang mungkin akan keluar dari mulut pria itu. "Selama beberapa hari, boleh aku tinggal di sini?" tanyanya kemudian.
"Kenapa? Tidak ada apa-apa di sini. Aku bisa mengantarmu pulang ke rumah ayahmu, atau menelepon Soohyuk untuk menjemputmu," tawar Jiyong namun Lisa menggelengkan kepalanya.
Gadis itu tidak ingin pulang. Lisa tidak ingin bertemu ayahnya, Teo Kim. Ia pun tidak ingin bertemu kakaknya, Soohyuk, juga ibunya, Kim Ovkin. "Tolong, biarkan aku bersembunyi di sini, selama beberapa hari," pinta Lisa, ia tidak lagi tersenyum. Kini, ia tunjukan raut memohon pada pemilik rumah itu. "Hanya sebentar... Hanya beberapa hari... Setelah itu aku akan pulang sendiri," bujuk Lisa membuat Jiyong akhirnya menganggukan kepalanya.
"Baiklah, kau bisa tinggal di sini," pria itu langsung menyerah. "Tapi... Kenapa?" susulnya, ingin tahu.
"Oppa tahu hubungan keluargaku jadi semakin hancur karena aku pergi, iya 'kan?" kata Lisa, yang tentu saja Jiyong ketahui. Ia ingat betapa marahnya Soohyuk ketika Lisa memutuskan untuk pergi ke medan perang sebagai pasukan khusus. "Kalau aku muncul dalam keadaan seperti ini, hubungan keluargaku, tidak akan bisa diperbaiki lagi," susulnya.
"Kau sakit?" tanya Jiyong dan Lisa menaikan alisnya. "Maksudku bukan hanya fisikmu," susulnya menjawab alis yang terangkat itu.
"Ah... Hm... Aku sakit," Lisa mengangguk. "Aku rasa ini PTSD, tapi aku tetap perlu dokter untuk memastikannya. Aku akan mengatasinya, nanti setelah responnya tidak separah yang oppa lihat tadi, di pelabuhan, aku akan pulang. Karena itu, izinkan aku tinggal di sini selama beberapa hari, ya?" bujuk Lisa sekali lagi, meski tadi Jiyong sudah mengizinkannya. "Juga jangan memberitahu siapapun, termasuk oppaku, ya?" susulnya dan Jiyong kembali menganggukan kepalanya.
"Kalau dia sampai tahu, oppamu pasti akan membenciku," gumam Jiyong kemudian. "Kalau dia tahu aku yang mendukungmu untuk masuk pasukan khusus, kalau dia tahu aku juga yang membantumu bersembunyi di sini, dia pasti mengakhiri persahabatan kami di sini," katanya, masih sembari melihat gadis di depannya mengunyah makan malamnya.
"Kalau dulu aku berterima kasih karena oppa mendukungku, sekarang aku minta maaf karena oppa harus melihat betapa jeleknya aku hari ini," jawab Lisa, jadi sedikit santai setelah mandi dan diberi makan.
Baru beberapa menit setelah makan dan mencuci piringnya, Lisa terlelap di sofa. Jiyong sudah melarangnya mencuci piring, namun gadis itu bersikeras. Ia mencuci piringnya, lalu duduk di sofa untuk beristirahat. Rencananya ia hanya akan duduk sebentar di sana, namun belum sampai lima menit, matanya terpejam dan tidak lagi bisa di buka.
Terlampau lelah membuatnya terlelap seperti seorang yang pingsan. Pelan-pelan matanya terpejam lalu tubuhnya terkulai di sofa. Nafasnya berhembus beraturan, dan sedikit sudut bibirnya terangkat, membentuk sebuah senyum yang teramat tipis. Jiyong mengangkat tubuh gadis itu. Tidak mengira kalau Lisa akan seringan itu, sekurus itu. Apa gadis ini tidak makan di tempatnya bertugas?—heran Jiyong, sembari membaringkan tubuh Lisa di atas ranjang kamar utama. Lalu menyelimutinya.
Sebentar Jiyong berdiri di sebelah ranjang, menatap gadis di atas ranjang itu sembari menghela nafasnya. Sudah lama sekali sejak terakhir kali mereka bertemu. Letnan Kim pergi bahkan sebelum Jiyong dibebas tugaskan. Ia meninggalkan Prajurit Kwon sendirian di kamp milter yang sesak itu.
"Aku senang bisa melihatmu lagi, Lisa," gumam Kwon Jiyong, yang sekarang duduk di tepian ranjang. Hanya duduk, sembari memandangi wajah gadis yang terlelap nyenyak itu.
Malam itu, ingatan Jiyong membuka lagi lembar-lembar memori beberapa tahun lalu. Ia ingat saat-saat dirinya menangis dan menelepon Lisa karena surat panggilan wajib militernya datang. Ia pun ingat, ketika ia melihat langsung perselingkuhan mantan kekasihnya. Namun, di antara semua ingatan itu, memori yang paling berkesan adalah saat Letnan Kim—gadis di depannya itu—memanggilnya 'oppa' di depan banyak prajurit lain.
Jiyong dan puluhan prajurit lain sedang lari pagi ketika itu. Kaki Jiyong sakit saat itu dan ia pindah ke baris paling belakang. Di tengah-tengah lari pagi, Kwon Jiyong hampir terjatuh karena nyeri di kakinya. Namun tubuhnya langsung membeku ketika sebuah suara terdengar dari belakangnya. "O- oh!Oppa!" seru Lisa ketika itu, memegangi lengannya, menahan tubuhnya agar tidak tersungkur, menabrak prajurit di depannya.
Ia tidak tahu, kapan letnannya itu datang. Ia tidak tahu, kalau Letnan Kim juga sedang lari pagi di sana. Jiyong terlalu fokus pada larinya, pada kakinya yang nyeri, sampai tidak ia sadari kehadiran Lisa beberapa meter di belakangnya. Berkat Lisa, Jiyong tidak jadi jatuh. Dan berkat gadis itu juga, rumor tersebar di barak—Letnan Kim menyukai G Dragon—begitu rumor yang beredar. Membuat Jiyong gemas, membuat Jiyong ingin memamerkan dirinya, mengatakan pada semua orang kalau Letnan Kim memang menyukainya, kalau Letnan Kim sudah lama menyukainya dan sudah beberapa kali ia tolak. Jiyong ingin menyombong, Jiyong ingin membanggakannya, terlebih di depan Mark Lee dan beberapa pria lain yang menyukai Lisa.
Namun sayang, ketika rumor itu beredar, Letnan Kim justru pergi bertugas bersama anggota regu pasukan khusus lainnya. Sayang, ketika Jiyong menikmati rumor itu, Lisa justru dipindah tugaskan.
Sekarang, saat Letnan Kim kembali, Jiyong tidak lagi bisa menyombong. Sebab akhirnya, kini ia yang jatuh hati pada gadis itu. Ditinggal pergi ke medan perang, membuat Jiyong sadar betapa ia merindukan gadis itu. Membuat Jiyong akhirnya tahu kalau ia menyukainya.
***

KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fiksi Penggemar"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...