Bagian II : 21

911 159 0
                                    

***

Dalam gelap malam, tanah-tanah meledak. Mesiu bertebaran di udara. Derak kasar dari kendaraan perang mengiringi suara-suara tembakannya.

Matahari terbit, namun langit tetap gelap. Tertutup asap, tertutup debu sisa-sisa geranat. Bom diledakan, peluru ditembakan... seolah, orang-orang itu berharap dapat melihat kembang api dengannya.

Orang-orang berlari. Mereka yang memakai seragam, juga mereka yang hanya punya selembar kaus tipis, bertelanjang kaki. Wajah tergores, bahu memar, perut lapar, kaki penuh darah, namun mereka tetap berlari. Sesekali berbalik, berhadapan untuk saling melawan.

Perang sudah terjadi selama belasan tahun, namun orang-orang belum berhenti. Mereka harus menghentikan perang itu, sebelum perang yang menghentikan mereka. Namun apa daya, tanpa bersepakat perang belum bisa berakhir. Dan rasanya, bersepakat jauh lebih sulit dari pada mati.

Meski sudah dibuatkan aturan-tidak boleh menyerang masyarakat umum, warga sipil-peluru, bom dan granat tidak bisa membaca aturan itu. Di medan perang, di pengungsian dekat medan perang, bahkan mereka yang seharusnya dilindungi tetap terluka, tetap mati, tetap hancur, melebur bersama mesiu, dengan suara baling-baling pesawat tempur sebagai soundtrack-nya.

Tidak ada hari tanpa darah ketika Lalisa Kim tinggal di sana. Menjadi pasukan khusus, yang membantu melindungi para pengungsi. Sekalian menyelamatkan warga negaranya yang tidak sengaja terjebak dalam peperangan itu. Melindungi para petugas medis dari negaranya yang jadi relawan di sana. Melindungi para jurnalis perang yang mengabadikan momen mengerikan itu.

Lebih dari dua tahun Lalisa Kim bertahan di sana. Memeluk, mengangkat tubuh-tubuh kecil yang awalnya hangat lalu berubah dingin. Bertahan dengan hari-hari penuh ledakan. Bertahan dengan malam-malam bising yang mengerikan. Sampai... tidak lagi ia rasakan kakinya sendiri, tangannya sendiri. Sampai... tidak lagi bisa ia tahan air matanya, yang mengalir sama derasnya dengan keringat dan darah.

***

Post ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang