Bagian I : 3

1.4K 199 9
                                    

***

Kwon Jiyong sudah menerima surat panggilan itu sejak dua hari lalu. Saat pagi, setelah ia bangun dari tidurnya, dilihatnya surat itu ada di atas mejanya. Tergeletak dengan logo yang menakutkan. Ia sudah melihatnya, namun terus mengulur-ulur waktu untuk membukanya. Berlaga sibuk, hingga ia tidak sempat menyentuh surat menakutkan itu.

Sampai pagi tadi, ia masih menolak membuka suratnya. Meski pada akhirnya ia tetap membuka dan membaca isi suratnya. Meski pada akhirnya ia menyesal karena sudah membaca isi suratnya. Pagi tadi, Kwon Jiyong menolak kenyataan itu. Ia simpan kembali suratnya di atas meja. Ia tinggalkan kembali surat itu di dalam rumahnya.

Sayang, meski sudah meninggalkan selembar surat tadi di rumah, isi suratnya tetap menghantui. Membuatnya terus menenggak alkohol di depannya, membuatnya luar biasa tertekan. Hingga, di tengah mabuknya, ia telepon seseorang yang mungkin bisa membantu-Lalisa Kim-tetangga masa kecilnya. Satu-satunya keluarga tentara yang ia kenal. Bukan... Lisa adalah satu-satunya tentara aktif yang ia kenal.

Beberapa hari setelahnya, mobil SUV hitam dengan roda yang sedikit lebih besar dari roda pada umumnya berhenti di depan YG Entertainment. Dari dalam mobil itu, Lalisa keluar, masih dengan pakaian kerjanya. Beberapa orang berkumpul di sebrang jalan, penasaran dengan siapa yang datang. Sayang, yang datang bukan lah idola mereka, tapi seorang tentara yang entah siapa.

Tanpa mempedulikan mereka yang berbisik, penasaran tentang siapa dirinya, Lisa melangkah ke bagasi mobilnya. Membuka bagasi mobil itu, berharap ia punya pakaian bersih di sana. Namun sayang, sudah satu minggu ia belum mencuci. Tidak ada pakaian bersih di sana. "Augh! Harusnya aku pulang dulu tadi," gerutunya, sebab stok pakaian bersih yang biasanya ada di mobil, ternyata habis.

Sembari menutup bagasinya, Lisa menelepon. Awalnya ia menelepon G Dragon, pria yang hari ini memintanya untuk datang. Namun sial, pria itu tidak menjawab panggilannya. Sudah tiga kali Lisa menelepon dan masih tidak ada jawaban. Lantas, ia tekan nomor telepon lainnya. Kali ini Soohyuk, kakaknya yang ia telepon.

"Oppa, aku ada di depan agensimu," kata Lisa, tepat setelah panggilannya dijawab.

"Bukankah kau harusnya ada di tempat latihan? Kenapa ada di sana?" tanya Soohyuk.

"Ini hari liburku. Tapi temanmu menyuruhku ke sini. Beberapa hari lalu dia meneleponku, menangis," cerita Lisa.

"Jiyong?"

"Hm... Dia," angguk Lisa. "Aku ada di depan agensimu, masih memakai seragam dan tidak punya baju ganti, lalu orang itu tidak menjawab teleponku. Bagaimana ini? Oppa dimana? Bisakah kau datang ke sini? Aku pinjam bajumu," pinta Lisa.

"Aku di mobil," jawab Soohyuk, yang tidak lama setelahnya suara dari klakson mobil mengudara. Disusul kekehan Soohyuk dalam teleponnya.

Di belakang Lisa, di sebelah mobil SUV gadis itu, Soohyuk berada di sana. Di dalam sebuah van dengan kaca hitam, bagian dalam mobil itu tidak terlihat dari luar, karena gelapnya kaca. Masih sembari terkekeh, Soohyuk kemudian keluar dari vannya. Diikuti oleh seorang pria lain, Kwon Jiyong dan dua staff yang juga tersenyum, menahan geli atas lelucon payah itu.

"Hormat!" seru Jiyong, menggoda Lisa dengan tangan terlipat ke depan dahinya dan badan tegap yang dibuat-buat. Memberi hormat pada adik temannya yang datang seragamnya.

"Augh! Kekanakan," heran Lisa. "Harusnya aku tidak ke sini," katanya, mengakhiri panggilan tadi, lantas menyimpan handphonenya ke saku. "Aku pergi saja-"

Post ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang