***
Jiyong sedikit terkejut ketika Teo yang membukakan pintu untuknya. Karena Lisa tidak menjawab pesannya, tidak juga mengangkat teleponnya, Jiyong memutuskan untuk langsung datang ke rumah gadis itu. Namun setelah menekan bel, justru Teo yang keluar, dengan luka gores di dahinya.
Tentu Jiyong dipersilahkan masuk. "Kau datang untuk mencari Lisa?" Teo bertanya, setelah Jiyong duduk di kursinya, berhadapan dengannya yang sedang memakan sarapannya. Teo sarapan sedikit terlambat hari ini, karena ia pun baru saja tiba di rumah itu. Beberapa menit sebelum Jiyong datang. Mungkin kalau Jiyong tidak melihat handphonenya di tempat parkir tadi, mereka bisa berpapasan di lift.
"Iya," pria itu berkata jujur. "Lisa tidak menjawab teleponku, jadi aku datang," susulnya, sembari memperhatikan luka di dahi Teo yang belum diobati.
"Apa? Ini? Aku hanya terbentur," Teo berbohong, sebab tidak mungkin ia berkata pada Jiyong kalau mantan istrinya yang membuatnya terluka seperti itu. "Lisa ada di rumah ibunya sekarang, mungkin masih tidur sekarang, jadi belum menjawab teleponmu," kata Teo kemudian. "Kau mau sarapan di sini? Kenapa datang pagi sekali?" tanyanya, padahal saat itu sudah pukul sembilan pagi. Dan biasanya Lisa sudah bangun, meski nantinya ia pergi tidur lagi.
Jiyong mengulas senyum canggungnya. Haruskah ia berkata kalau dirinya merindukan kekasihnya? Boleh dia bilang begitu pada ayah kekasihnya? Karena ragu, pria itu memilih untuk tidak menjawabnya. Saking canggungnya, Jiyong justru menawarkan diri untuk mengobati luka di dahi Teo. "Aku biasa mengobati teman-temanku di barak saat wamil kemarin, Lisa yang mengajariku," katanya kemudian, asal memilih alasan.
Teo menatap aneh pada Jiyong. "Aku bisa mengobatinya sendiri," tolak Teo.
"Ah... Baik," pelan Jiyong, yang sekarang mengalihkan pandangannya ke sekeliling rumah itu. Membiarkan Teo kembali menikmati sarapannya—nasi instan dan beberapa lauk yang ada di lemari es, yang bahkan tidak dihangatkan.
"Sampai Lisa menghubungimu dan memintamu datang, jangan mencarinya dulu," kata Teo, masih sembari menyuap makan paginya. "Biarkan dia menghabiskan sedikit lebih banyak waktu dengan ibunya," susulnya.
"Apa terjadi sesuatu kemarin?"
"Hm... Kau tahu kalau Lisa sakit, iya kan? Kau menyembunyikannya selama beberapa Minggu, di Galleria Foret," Teo mengangguk, sembari melempar fakta yang ia ketahui.
Mendengar serangan fakta-fakta itu, Jiyong membisu. Lantas ia tundukkan kepalanya, kemudian meminta maaf. "Aku harusnya memberitahumu, Paman. Aku benar-benar minta maaf," pelan pria itu, meski ia sempat diam sebentar, memilih memanggil Teo dengan panggilan Paman atau Jenderal.
"Kau memang seharusnya memberitahuku. Bagaimana bisa kau menyembunyikan putriku satu-satunya di rumahmu tanpa memberitahuku?" gerutu kesal Teo, jelas membuat Jiyong semakin menundukan kepalanya.
"Aku minta maaf, Paman," hanya itu yang bisa Jiyong katakan sekarang. Ia tidak bisa beralasan apapun sekarang, sebab alasannya hanya akan membuatnya terlihat semakin buruk. Kalau ia bilang dirinya hanya menuruti permintaan Lisa, Teo pasti akan semakin mengomelinya—bagaimana bisa kau menuruti permintaan seorang anak yang sakit?
Namun tidak sekejam yang Jiyong bayangkan, Teo langsung memaafkannya. Dengan catatan, Teo minta Jiyong untuk tidak menyembunyikan apapun lagi, meski Lisa yang memintanya. Beritahu aku apa yang perlu aku tahu, dengan begitu aku bisa menjaga putriku—begitu yang Teo minta dari Jiyong.
Baru, setelah membuat Jiyong berjanji, Teo melemparkan pertanyaannya yang selanjutnya. "Seberapa parah penyakitnya?" tanya Teo, yang tidak bisa melihat rekam medis putrinya, karena putrinya sudah dewasa dan Lisa sengaja meminta dokternya untuk merahasiakan rekam medis itu termasuk dari orangtuanya.
"Sekarang dia sudah jauh lebih baik," kata Jiyong, lantas memberi tahu Teo semua yang ia ketahui. Tidak bisa ia sembunyikan lagi rahasia kekasihnya, karena takut pada pria di depannya. "Paman tidak terkejut?" tanya Jiyong, setelah ia beritahu Teo semua yang diketahuinya, termasuk Lisa yang panik saat mendengar suara klakson mobil, pintu dibanting dan senjata mainan.
Sebagai ayah, tentu Teo terkejut mendengarnya. Namun selain ayah, pria itu juga bekerja di bidang yang sama dengan putrinya. Teo tahu, kalau Lisa bukan satu-satunya tentara yang mengalaminya.
"Aku juga mengalami hal yang sama dengannya," kata Teo, menjawab pertanyaan Jiyong. "Karena itu aku menyuruhnya tinggal di sini. Tinggal di rumah dinas hanya akan membuatnya jadi semakin parah," susulnya kemudian.
"Tapi apa yang terjadi? Kenapa Lisa di rumah ibunya? Tidak di sini?" Jiyong yang penasaran akhirnya bertanya, lalu Teo beritahu apa yang terjadi kemarin. "Separah itu? Aku tidak boleh meneleponnya? Hanya bicara sebentar, tidak boleh?" tanya Jiyong, yang sekarang mulai merasa resah. Ia tidak tahu bagaimana keadaan Lisa sekarang, namun dirinya tahu suaranya akan membantu—meski begitu, rasanya tentu aneh kalau ia mengatakan itu pada Teo.
"Mengingat kebiasaan ibunya, tidak boleh. Tidak... Tidak akan ada yang menjawab teleponmu. Meski kau ke sana, mereka akan menyuruhmu pulang. Lisa harus beristirahat- tapi apa Soohyuk tidak tahu kalian berkencan? Kenapa dia tidak memberitahumu?" kata Teo, yang tadi diusir setelah diperintah untuk datang.
"Mungkin dia lupa," asal Jiyong, yang saat ini sangat ingin menemui kekasihnya. "Biasanya Lisa baik-baik saja setelah tidur," katanya kemudian, ingin mencari-cari alasan agar ia bisa menemui kekasihnya.
"Biasanya begitu. Tapi setelah melihat kejadian kemarin, mustahil ibunya percaya begitu saja. Beberapa hari kedepan, Lisa akan berada dalam pengawasan khusus," kata Teo dan benar saja. Meski sudah mencoba untuk datang ke rumah Soohyuk, Jiyong tidak diizinkan menemui Lisa.
Lisa harus istirahat dan dia sedang tidur sekarang—hanya itu yang Jiyong dapat saat berkunjung ke sana. Selama beberapa hari, Lisa diperlakukan bak Rapunzel yang dikurung. Tidak ada yang bisa menghubunginya, tidak juga ada yang bisa menemuinya. Bahkan Teo hanya bisa melihat Lisa ketika putrinya itu tidur. Meminta bantuan Soohyuk juga sia-sia, pria itu tidak berdaya di depan ibunya. Soohyuk tidak bisa membantah perintah ibunya yang luar biasa kalut.
***
![](https://img.wattpad.com/cover/338957235-288-k622701.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Post It
Fanfiction"Apa G Dragon single?" Kwon Jiyong berkata, mengulang pertanyaan dari Eric Nam yang memandu acara talk show hari ini. Ia mengigit bibirnya, dengan alis bertaut. Bukan karena gugup, bukan karena takut, tidak juga sedang mencari-cari alasan untuk meng...